Muhammadiyah selama ini dikenal sebagai organisasi yang konsen dalam bidang dakwah, pendidikan, sosial dan kesehatan. Hal itu terbukti, dan semua mengakui bahwa parsyarikatan memiliki banyak sekolah, rumah sakit, hingga panti asuhan.
Ketua PP Muhammadiyah, KH Sukriyanto AR menyatakan hal tersebut saat menyampaikan kata sambutan pembukaan Tanwir II Pemuda Muhammadiyah dengan tema "Transformasi Kader untuk Kepemimpinan Bangsa yang Berkarakter" di Hotel Aryaduta Pekan Baru, Riau, petang tadi (Jumat, 22/11).
Meski begitu, menurutnya, ada dua bidang lagi yang harus digarap oleh Muhammadiyah, termasuk Pemuda Muhammadiyah. Pertama bidang ekonomi. "Lihat gedung-gedung tinggi itu, mana milik Muhammadiyah, milik umat Islam. Nggak ada," jelasnya.
Karena itu, dia mendesak, Pemuda Muhammadiyah menggelar berbagai kegiatan yang mendorong munculnya semangat kewirausahaan. Apalagi, 9 dari 10 pintu rizki itu ada di perdagangan. "Sekarang mau buat acara harus cara hari libur. Kalau pedagang, bisa hari apa saja," jelasnya.
Kedua adalah bidang seni-budaya. Menurutnya, seni-budaya islami harus diketengahkan. Hal ini penting, karena banyak kesenian atau lagu-lagu yang diajarkan sejak kecil itu tidak mendidik.
Misalnya, lagu "Balonku Ada Lima" yang mudah membuat anak-anak galau hanya karena satu balon meletus. Lalu lagu "Naik Kereta Api" yang mengajarkan anak-anak suka gratisan, tidak mau berusaha sejak dini. Termasuk lagu "Dua Mata Saya" membentuk anak-anak rakus karena disebutkan punya satu mulut tidak berhenti makan.
"Muhammadiyah ingin membawa seni ke tengah. Tapi seni yang beretika, profetik, dan yang mendekatkan kepada Allah. Seperti saat kita membaca novel Buya Hamka, puisi Taufik Ismail, atau lagu Bimbo. Bisa mendekatkan diri kepada Allah," imbuhnya.
Karena itulah, dakwah Muhammadiyah harus di-kaffah-kan dengan menggarap bidang ekonomi dan seni-budaya. Termasuk saat ini, Muhammadiyah berencana membuat film Soedirman, dimana membutuhkan sutradara dan penulis skenario yang handal.
[zul]