Berita

foto: net

Politik

Stafsus Presiden Jelaskan Bedanya Krisis 98 dengan Situasi Saat Ini

SENIN, 26 AGUSTUS 2013 | 10:59 WIB | LAPORAN: ALDI GULTOM

Fundamental ekonomi Indonesia saat ini jauh lebih kuat apabila dibandingkan pada 1998 dan 2008. Meskipun begitu, kewaspadaan, kecepatan dan ketepatan dalam policy-respons perlu terus ditingkatkan.

Diuraikan Staf Khusus Presiden bidang Ekonomi dan Pembangunan, Firmanzah, ketika krisis ekonomi terjadi pada 1998, Indonesia baru tersadar bahwa fundamental ekonomi nasional belum kuat benar untuk menopang gejolak eksternal. Padahal, dalam beberapa waktu sebelum krisis, ekonomi Indonesia mampu tumbuh secara mengesankan. Misalnya, pada  1994 angka pertumbuhan ekonomi mencapai 7,54 persen dan bahkan pada 1995 mencapai 8,22 persen. Sementara itu, cadangan devisa kita tertinggi pada 1996 mencapai 19,125 miliar dolar AS.

Namun, lanjut Firmanzah, buruknya pengelolaan perbankan serta tidak terkendalinya penumpukan utang luar negeri swasta ditambah dengan posisi rupiah yang dianggap overvalued mengakibatkan kerentanan (vulnerabilitas) pada sistem keuangan kita pada saat itu.


"Sejumlah faktor non-ekonomi pada saat itu juga membuat krisis 1998 lebih dalam dan jauh lebih kompleks. Akibatnya krisis multidimensi dan tidak hanya terbatas pada krisis ekonomi saja," papar Firmanzah lewat situs resmi Sekretariat Kabinet, Senin pagi (26/8).

Ia menjelaskan, faktor non-ekonomi antara lain seperti sentralitas kekuasaan, belum berjalannya sistem dan budaya demokrasi secara lebih substansial, kebebasan pers dan media yang sangat terbatas, terbatasnya akses politik dan rendahnya partisipasi segenap eleman bangsa dalam pembangunan di berbagai bidang. Akibatnya, krisis keuangan yang terjadi di sejumlah negara seperti Korea Selatan dan Thailand membuat goncangan hebat dalam sistem ekonomi, politik, tata-kelembagaan dan sosial di Indonesia pada tahun 1998.

Adapun pada saat krisis subprime mortgage 2008, menurut Firmanzah, tekanan tidak hanya terjadi pada rupiah dan cadangan devisa, tetapi juga bagaimana kita mengelola tekanan inflasi pada saat itu. Ia menyebutkan, cadangan devisa kita sampai akhir 2008 mengalami tekanan dan tercatat sebesar 51,6 miliar dolar AS. Sementara nilai tukar rupiah terhadap dollar AS pada 19 November 2008 ditutup pada posisi Rp. 12.190/dolar Amerika Serikat. Di era reformasi posisi ini merupakan tertinggi dan lebih tinggi bila dibandingkan pada penutupan 11 April 2001 sebesar Rp 11.755/dollar AS.

"Kita bersyukur, bahwa dampak krisis subprime mortgage telah mampu kita lewati bersama dan ekonomi kita mampu tumbuh sebesar 6,1 persen pada 2008," ungkap Firmanzah.

Menurut Guru Besar Fakultas Ekonomi Universita Indonesia itu, posisi fundamental ekonomi dan non-ekonomi kita saat ini jauh lebih kuat bila dibandingkan pada 1998 dan 2008.

Dari sisi ekonomi, cadangan devisa kita tercatat sebesar 92,67 miliar dolar AS, rasio utang terhadap PDB hanya dalam kisaran 24 persen, pertumbuhan ekonomi meskipun diperkirakan menurun namun tetap diproyeksikan diatas 5,9 persen pada 2013, dan investasi di sektor riil meningkat 30,3 persen pada semester I-2013. [ald]

Populer

Ketika Kebenaran Nasib Buruh Migran Dianggap Ancaman

Sabtu, 20 Desember 2025 | 12:33

OTT KPK juga Tangkap Haji Kunang Ayah Bupati Bekasi

Jumat, 19 Desember 2025 | 03:10

Uang yang Diamankan dari Rumah Pribadi SF Hariyanto Diduga Hasil Pemerasan

Rabu, 17 Desember 2025 | 08:37

Kejagung Ancam Tak Perpanjang Tugas Jaksa di KPK

Sabtu, 20 Desember 2025 | 16:35

Adik Kakak di Bekasi Ketiban Rezeki OTT KPK

Senin, 22 Desember 2025 | 17:57

Kajari Bekasi Eddy Sumarman yang Dikaitkan OTT KPK Tak Punya Rumah dan Kendaraan

Sabtu, 20 Desember 2025 | 14:07

OTT Beruntun! Giliran Jaksa di Bekasi Ditangkap KPK

Kamis, 18 Desember 2025 | 20:29

UPDATE

KPK Siap Telusuri Dugaan Aliran Dana Rp400 Juta ke Kajari Kabupaten Bekasi

Rabu, 24 Desember 2025 | 00:10

150 Ojol dan Keluarga Bisa Kuliah Berkat Tambahan Beasiswa GoTo

Rabu, 24 Desember 2025 | 00:01

Tim Medis Unhas Tembus Daerah Terisolir Aceh Bantu Kesehatan Warga

Selasa, 23 Desember 2025 | 23:51

Polri Tidak Beri Izin Pesta Kembang Api Malam Tahun Baru

Selasa, 23 Desember 2025 | 23:40

Penyaluran BBM ke Aceh Tidak Boleh Terhenti

Selasa, 23 Desember 2025 | 23:26

PAN Ajak Semua Pihak Bantu Pemulihan Pascabencana Sumatera

Selasa, 23 Desember 2025 | 23:07

Refleksi Program MBG: UPF Makanan yang Telah Berizin BPOM

Selasa, 23 Desember 2025 | 23:01

Lima Tuntutan Masyumi Luruskan Kiblat Ekonomi Bangsa

Selasa, 23 Desember 2025 | 22:54

Bawaslu Diminta Awasi Pilkades

Selasa, 23 Desember 2025 | 22:31

Ini yang Diamankan KPK saat Geledah Rumah Bupati Bekasi dan Perusahaan Haji Kunang

Selasa, 23 Desember 2025 | 22:10

Selengkapnya