. Polri harus profesional dalam mengusut kasus pembunuhan sadis terhadap Sisca Yofie di Bandung, Senin pekan lalu.
Anggota Komisi III DPR, Martin Hutabarat, menilai sejauh ini pasca penangkapan pelaku dan penyerahan diri pelaku lainnya pada akhir pekan lalu, kasus pembunuhan Sisca Yofie masih mengandung banyak misteri dan kejanggalan. Motif sebenarnya pembunuhan terhadap Sisca juga belum terungkap.
"Polri jangan sampai terjebak dalam suatu skenario sehingga dengan mudahnya percaya pada keterangan dua orang yang mengaku sebagai pelaku pembunuhan," tegas Martin kepada Rakyat Merdeka Online, Selasa malam (13/8).
Sebab, banyak yang tidak logis dalam pengakuan pelaku. Kasus ini dikesankan atau dibuat seolah-olah murni kasus penjambretan yang berujung pada pembunuhan tak disengaja.
"Padahal pembunuhan yang dilakukan terhadap Sisca dilakukan dengan cara yang sadis dan biadab dengan menyeretnya sampai lebih 500 meter. Perbuatan seperti itu tidaklah lazim dilakukan penjambret, apalagi terhadap korbannya seorang wanita," ucapnya.
Martin melihat ada nuansa balas dendam yang kuat di belakang kasus ini. Begitu juga dengan cara pelaku yang datang menyerahkan diri ke polisi, sangat janggal dan lebih menunjukkan cara-cara seorang pembunuh bayaran.
Polri wajib mencurigai bahwa dua orang yang mengaku ingin menjambret Sisca itu adalah orang bayaran, yang disuruh membunuh atau disuruh mengaku oleh dalang pembunuhan yang sebenarnya.
"Orang yang mengaku itu bisa saja dibayar mahal, dijanjikan akan dijamin hidupnya
selama di penjara oleh orang yang menyuruhnya seperti yang terjadi pada beberapa kasus pembunuhan yang diduga melibatkan orang-orang penting di negara kita di waktu lalu. Sampai sekarang banyak kasus belum tuntas karena aktor intelektualnya belum didapat," terang Martin.
Karena kasus pembunuhan Sisca ini sudah menjadi peristiwa yang menarik perhatian umum karena cara pembunuhannya yang sadis, maka Polri harus melakukan penyidikannya secara prefessional dari fakta-fakta yang sudah dikumpulkan, termasuk yang sudah terungkap di media massa, serta keterangan dari para saksi.
Martin ingatkan, jangan sampai Polri terkoptasi mengikuti skenario yang dirancang membuat gelap atau kabur kasus ini, sehingga menimbulkan reaksi protes dari masyarakat.
"Pendeknya, Polri harus menunjukkan independensinya agar kasus ini terungkap secara jujur dan transparan agar masyarakat tak mencurigainya sebagai usaha Polri menutup-nutupi sesuatu," tandas Martin.
[ysa]