Berita

sulthan fatoni

PBNU: Ketidakmengertian Denny JA Bisa Kita Maklumi

SABTU, 10 AGUSTUS 2013 | 17:51 WIB | LAPORAN: ALDI GULTOM

Pakar riset politik, Denny JA, melontarkan kritik pedas tentang Sidang Isbat menentukan Hari Raya Idul Fitri yang tiap tahun digelar pemerintah bersama ormas-ormas Islam.

Menurut pendiri Lingkaran Survei Indonesia itu, sidang isbat membuat umat Islam Indonesia tampak bodoh di mata dunia internasional yang sudah bisa memprediksi waktu melalui science dan teknologi sejak jauh hari. Lagipula, masyarakat membutuhkan kepastian mengenai Idul Fitri lebih awal. Pemerintah sudah membuat tanggal merah hari Lebaran dalam kalender yang diterima sejak 1 Januari. Seharusnya pemerintah konsisten.

Wakil Sekjen Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU), Sulthan Fatoni, menyambut kritik Denny JA itu. Menurut dia, kalau dilihat dari perspektif keilmuan, maka pernyataan Denny itu bisa jadi ada benarnya.


"Bisa jadi benar apa yang Beliau sampaikan. Hanya, soal sidang isbat dan soal lainnya ini kan ranah dan tuntunan agama. Ranah agama itu ada yang bisa dilogikakan, ada yang kita harus meyakini tanpa kita logikakan, ada juga yang bersifat intuisi," terang Sulthan kepada Rakyat Merdeka Online, Sabtu (10/8).

Dalam beberapa kasus keagamaan, ada hal-hal yang harus manusia terima sebagai ranah ulama untuk mengkaji, menggali dan menetapkannya. Sementara, Denny JA tidak mengerti persoalan itu.

Misalnya, dia mencontohkan, manusia tidak bisa mempertanyakan mengapa salat maghrib harus dilakukan tiga rakaat, namun salat subuh dua rakaat. Contoh lain adalah tuntunan agama yang menyerukan, kalau mau memulai puasa lihatlah bulan, dan kalau bulan terlihat maka berpuasalah. Begitu juga halnya dengan penentuan Idul Fitri.

"Saya pikir kritik Denny JA itu kan ranah logika. Ranah logika banyak juga di ke-Islaman, tapi dalam konteks puasa ini untuk mengawali dan mengakhirinya harus ada tuntunan agama. Dalam hal ini, ketidakmengertian Denny JA bisa kita maklumi," tegas Sulthan. [ald]

Populer

Ketika Kebenaran Nasib Buruh Migran Dianggap Ancaman

Sabtu, 20 Desember 2025 | 12:33

OTT KPK juga Tangkap Haji Kunang Ayah Bupati Bekasi

Jumat, 19 Desember 2025 | 03:10

Uang yang Diamankan dari Rumah Pribadi SF Hariyanto Diduga Hasil Pemerasan

Rabu, 17 Desember 2025 | 08:37

Kejagung Ancam Tak Perpanjang Tugas Jaksa di KPK

Sabtu, 20 Desember 2025 | 16:35

Adik Kakak di Bekasi Ketiban Rezeki OTT KPK

Senin, 22 Desember 2025 | 17:57

Kajari Bekasi Eddy Sumarman yang Dikaitkan OTT KPK Tak Punya Rumah dan Kendaraan

Sabtu, 20 Desember 2025 | 14:07

OTT Beruntun! Giliran Jaksa di Bekasi Ditangkap KPK

Kamis, 18 Desember 2025 | 20:29

UPDATE

KPK Siap Telusuri Dugaan Aliran Dana Rp400 Juta ke Kajari Kabupaten Bekasi

Rabu, 24 Desember 2025 | 00:10

150 Ojol dan Keluarga Bisa Kuliah Berkat Tambahan Beasiswa GoTo

Rabu, 24 Desember 2025 | 00:01

Tim Medis Unhas Tembus Daerah Terisolir Aceh Bantu Kesehatan Warga

Selasa, 23 Desember 2025 | 23:51

Polri Tidak Beri Izin Pesta Kembang Api Malam Tahun Baru

Selasa, 23 Desember 2025 | 23:40

Penyaluran BBM ke Aceh Tidak Boleh Terhenti

Selasa, 23 Desember 2025 | 23:26

PAN Ajak Semua Pihak Bantu Pemulihan Pascabencana Sumatera

Selasa, 23 Desember 2025 | 23:07

Refleksi Program MBG: UPF Makanan yang Telah Berizin BPOM

Selasa, 23 Desember 2025 | 23:01

Lima Tuntutan Masyumi Luruskan Kiblat Ekonomi Bangsa

Selasa, 23 Desember 2025 | 22:54

Bawaslu Diminta Awasi Pilkades

Selasa, 23 Desember 2025 | 22:31

Ini yang Diamankan KPK saat Geledah Rumah Bupati Bekasi dan Perusahaan Haji Kunang

Selasa, 23 Desember 2025 | 22:10

Selengkapnya