Seratusan orang di antaranya para ibu rumah tangga, berdemonstrasi di depan gerbang Kantor Pusat Pertamina, Gambir, Jakarta Pusat, Senin (8/7) siang.
Sembari membawa serta bakul berisi sayur mayur dan mengenakan topi caping, para ibu yang tergabung dalam Aliansi Rakyat Bersatu (Akrab tersebut memprotes kenaikan harga bahan bakar minyak (BBM) bersubsidi. Mereka protes karena kebijakan itu terjadi saat memasuki tahun ajaran baru sekolah dan Ramadhan.
"Dengan kenaikan BBM tentu hanya membuat kehidupan kami sebagai rakyat akan semakin menderita," lantang koordinator aksi Akrab, Johan Ali saat berorasi.
Ia memaparkan, sekitar 50 juta rakyat miskin yang notabene pengendara sepeda motor merasakan dampak langsung kenaikan harga BBM. Bukan hanya itu, para pengguna transportasi umum, termasuk petani, nelayan, dan usaha juga ikut terbebani. Untuk kaum nelayan saja, mereka harus mengeluarkan biaya produksi tambahan karena ketergantungan terhadap pembelian BBM mencapai 50-60 persen untuk sekali melaut.
Di satu sisi, lanjut dia, pemerintah justru tak sungkan-sungkan menghamburkan duit negara hingga ratusan miliar rupiah hanya untuk mensosialisasi kebijakan tersebut melalui stasiun televisi, iklan koran cetak, dan lain-lain.
"Kami meminta tolak kenaikkan BBM dan turunkan harga sembako. Pecat Edy Hermantoro (Dirjen Migas) dan Karen Agustiawan (Dirut Pertamina), juga turunkan SBY-Boediono," tegasnya.
[wid]