Berita

ilustrasi/ist

Nusantara

Gelombang Tinggi, Nelayan Cilacap Enggan Melaut

MINGGU, 02 JUNI 2013 | 10:40 WIB | LAPORAN: WIDIAN VEBRIYANTO

Ribuan nelayan yang tersebar di pesisir Cilacap enggan melaut akibat cuaca buruk yang terjadi di perairan selatan Jawa Tengah dan Daerah Istimewa Yogyakarta.

Salah seorang nelayan, Kardi, mengatakan dia dan nelayan lain lebih memilih menambatkan perahu daripada menanggung risiko jika tetap berlayar mencari ikan.

Di sejumlah perkampungan nelayan seperti Kemiren, Lengkong, dan Teluk Penyu, Cilacap, ratusan perahu tampak ditambatkan di daratan.


Beberapa nelayan tampak lebih memilih memperbaiki jaring mereka untuk menyambut datangnya musim panen ikan yang diperkirakan mulai berlangsung Juli.

"Gelombangnya cukup tinggi, kami tidak mau mengambil risiko, lebih baik memperbaiki jaring. Apalagi saat ini ikan masih sulit didapatkan," kata Kardi di Cilacap , Minggu (2/6).

Berdasarkan data HNSI Cilacap, di kabupaten ini terdapat sekitar 33 ribu nelayan yang sebagian besar hanya mengandalkan pendapatan dari melaut.

Kepala Kelompok Teknisi Stasiun Meteorologi Cilacap Teguh Wardoyo dalam kesempatan terpisah mengatakan kondisi perairan selatan Jateng dan DIY masih dipengaruhi gelombang tinggi akibat adanya daerah pusat tekanan rendah di Samudra Hindia selatan Jawa Timur.

"Gelombang tinggi diprakirakan masih akan berlangsung hingga Selasa (4/6)," katanya.

Dalam hal ini, kata dia, tinggi gelombang 1-4 meter berpeluang terjadi di pantai selatan Cilacap, Kebumen, Purworejo, dan Yogyakarta.

Selain itu, lanjut dia, tinggi gelombang 2-5 meter berpeluang terjadi di Samudra Hindia selatan Cilacap hingga Samudra Hindia selatan Yogyakarta.

"Kondisi cuaca di wilayah perairan diprakirakan berpeluang terjadi hujan ringan hingga sedang yang kadang disertai petir pada pagi hari dan antara sore hingga malam hari. Oleh karena itu, kami mengimbau nelayan untuk tetap waspada saat melaut karena gelombang tinggi dapat datang sewaktu-waktu," katanya seperti dilansir kantor berita Antara. [ian]

Populer

Camat Madiun Minta Maaf Usai Bubarkan Bedah Buku ‘Reset Indonesia’

Selasa, 23 Desember 2025 | 04:16

Adik Kakak di Bekasi Ketiban Rezeki OTT KPK

Senin, 22 Desember 2025 | 17:57

Ketika Kebenaran Nasib Buruh Migran Dianggap Ancaman

Sabtu, 20 Desember 2025 | 12:33

OTT KPK juga Tangkap Haji Kunang Ayah Bupati Bekasi

Jumat, 19 Desember 2025 | 03:10

Uang yang Diamankan dari Rumah Pribadi SF Hariyanto Diduga Hasil Pemerasan

Rabu, 17 Desember 2025 | 08:37

Kajari Bekasi Eddy Sumarman yang Dikaitkan OTT KPK Tak Punya Rumah dan Kendaraan

Sabtu, 20 Desember 2025 | 14:07

Terlibat TPPU, Gus Yazid Ditangkap dan Ditahan Kejati Jawa Tengah

Rabu, 24 Desember 2025 | 14:13

UPDATE

Kepala Daerah Dipilih DPRD Bikin Lemah Legitimasi Kepemimpinan

Jumat, 26 Desember 2025 | 01:59

Jalan Terjal Distribusi BBM

Jumat, 26 Desember 2025 | 01:39

Usulan Tanam Sawit Skala Besar di Papua Abaikan Hak Masyarakat Adat

Jumat, 26 Desember 2025 | 01:16

Peraih Adhyaksa Award 2025 Didapuk jadi Kajari Tanah Datar

Jumat, 26 Desember 2025 | 00:55

Pengesahan RUU Pengelolaan Perubahan Iklim Sangat Mendesak

Jumat, 26 Desember 2025 | 00:36

Konser Jazz Natal Dibatalkan Gegara Pemasangan Nama Trump

Jumat, 26 Desember 2025 | 00:16

ALFI Sulselbar Protes Penerbitan KBLI 2025 yang Sulitkan Pengusaha JPT

Kamis, 25 Desember 2025 | 23:58

Pengendali Pertahanan Laut di Tarakan Kini Diemban Peraih Adhi Makayasa

Kamis, 25 Desember 2025 | 23:32

Teknologi Arsinum BRIN Bantu Kebutuhan Air Bersih Korban Bencana

Kamis, 25 Desember 2025 | 23:15

35 Kajari Dimutasi, 17 Kajari hanya Pindah Wilayah

Kamis, 25 Desember 2025 | 22:52

Selengkapnya