Pancasila saat ini sudah tak seperti dulu. Pancasila yang dulu sangat penting perlahan mulai enggan disentuh, bahkan tidak diperdulikan. Hal itu lantaran terjadi banyak perubahan dari era Orde Baru ke era Reformasi.
"Pancasila semakin tidak populer serta memudar sehingga bangsa dan Negara Indonesia mengalami kehilangan jati dirinya. Nilai-nilai adiluhung Pancasila sudah semakin tergerus dalam kehidupan sehari-hari," ujar Wakil Ketua DPR RI Priyo Budi Santoso saat menjadi Keynote Speaker dialog kebangsaan bertajuk ‘Melalui Peningkatan Nilai-Nilai Pancasila Menuju Harmonisasi Unsur-Unsur Penegak NKRI’ yang digagas BEM se Jakarta di Gedung Joeang 45, Jakarta, Rabu (24/4).
Bahkan, lanjut Priyo, karakter-karakter dan nilai yang terkandung dalam Pancasila saat ini sudah sangat sulit dijumpai pada masyarakat Indonesia. Kemandirian dan rasa toleransi sudah semakin kaku dan sulit menembus batas-batas primordialisme seperti agama, etnis, ras dan golongan. Pancasila tak lagi menjadi sumber energi dan landasan utama dalam kehidupan masyarakat Indonesia. Sehingga nilai teposiliro sekarang sudah semakin hilang dan amarah serta gesekan sosial smakin cepat melambung.
"Ternyata gesekan sosial yang terjadi akibat semakin lunturnya nilai-nilai kekeluargaan," terang dia.
Politisi Partai Golkar ini menambahkan, toleransi yang dulu dihormati sekarang sudah hilang dan berganti dengan munculnya ego-ego sentris.
"Dan saya mulai khawatir dan gusar akan nilai-nilai adiluhung Pancasila," demikian Priyo.
Ketua Bidang Ideologi dan Politik MPC Pemuda Pancasila, Ananda Ustajab Latief di tempat yang sama juga menilai hal senada. Kata dia, Pancasila saat ini sekarang hanya dianggap sebagai suatu simbol negara dan nilai-nilai filosofisnya mulai dilupakan. Padahal, Pancasila yang menjadi dasar negara dan sumber dari segala hukum dan perundang-undangan adalah nafas bagi eksistensi bangsa Indonesia.
"Lunturnya nilai-nilai Pancasila dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara, disebabkan oleh para pemimpin negara, Pancasila hanya dijadikan slogan di bibir para pemimpin, tetapi berbagai tindak dan perilakunya justru jauh dari nilai-nilai luhur Pancasila," ungkap dia.
Lunturnya nilai-nilai Pancasila pada sebagian masyarakat merupakan awal sebuah malapetaka bagi bangsa dan negara kita. Fenomena itu sudah bisa kita saksikan dengan mulai terjadinya kemerosotan moral, mental dan etika dalam bermasyarakat dan berbangsa terutama pada generasi muda.
"Timbulnya persepsi yang dangkal, wawasan yang sempit, perbedaan pendapat yang berujung bermusuhan dan bukan mencari solusi untuk memperkokoh persatuan dan kesatuan bangsa, anti terhadap kritik serta sulit menerima perubahan yang pada akhirnya cenderung mengundang tindak anarkhis," demikian Ananda.
[dem]