.Detasemen Khusus (Densus) 88 masih dibutuhkan untuk memberantas terorisme. Belum saatnya dibubarkan. Kecuali kalau terorisme sudah nggak ada lagi di negeri ini.
“Dulu waktu banyak bom, Polri didesak untuk tangkap teroris. Sekarang kerja Densus sudah baÂgus, kan sayang kalau dibuÂbarÂkan,†ujar sesepuh Polri, Komjen Pol (Purn) Noegroho DjajoesÂman, kepada Rakyat Merdeka, kemarin.
Seperti diketahui, wacana pemÂbubaran Densus 88 dipeloÂpori MUI, PP Muhammadiyah dan seÂjumlah ormas.
Densus yang sudah 10 tahun bergelut memberantas terorisme ini dianggap sudah keterlaluan. InÂdikasinya, ada beberapa doÂkuÂmentasi serta video yang mereÂkam sejumlah pelanggaran HAM terhadap terduga teroris.
Noegroho Djajoesman selanÂjutnya mengatakan, membuÂbarÂkan Densus 88 karena tuduhan peÂlanggaran HAM oleh segelintir kelompok, sama sekali tidak menÂjadi solusi.
“Membentuk detasemen seheÂbat Densus bukanlah perkara riÂngan,’’ kata bekas Kapolda Metro Jaya itu.
Berikut kutipan selengkapnya;Apa Mabes Polri meninÂdakÂlanjuti atau membiarkan saja wacana itu?Ini kan suatu wacana. Boleh-boleh saja disampaikan secara luas kepada publik. Tapi perlu diÂingat, wacana ini sensitif. Jangan dibiarkan berkembang tak beruÂjung pangkal, hanya menjadi kegaÂduhan baru di dalam negeri.
Densus dianggap merampas hak terduga teroris seperti peÂraÂwatan dokter, beribadah, dan kekebasan memilih pengaÂcara, ini bagaimana?Saya rasa apa yang menjadi hak-hak terduga atau tersangka, selama dalam pemeriksaan, pasti akan diperoleh dan tentunya diseÂsuaikan dengan situasi saat itu. Hak-hak tersebut bukan hanya berlaku bagi terduga atau terÂsangka teroris. Tapi juga terhadap seluruh pelaku kejahatan.
Ada agama tertentu merasa terstigma jelek karena pola pemÂberantasan terorisme, tangÂgapan Anda?
Agama dan terorisme dua hal yang bertentangan. Boleh diteluÂsuri, bahwa kenyataan dan fakta seÂjarah terorisme membuktikan bahÂwa agama dan terorisme tak selalu melekat. Stigma ini sangat tidak benar dan relevan.
Dari beberapa kasus di IndoÂnesia dan mancanegara, jika diÂcerÂmati, sesungguhnya terorisme hanya memanfaatkan agama demi memperjuangkan tujuan seÂbeÂnarnya, yakni politik tertentu. SeÂbaiknya kita tidak perlu memÂbawa-bawa agama dalam wacana pembubaran Densus ini. Dengan adanya Densus selama ini, kita rasakan banyak manÂfaatÂnya bagi bangsa dan negara.
Apa ada kepentingan politik tertentu yang menuntut DenÂsus dibubarkan?Saya tidak mau masuk dalam masalah ini.
Tapi saya hanya mengharapkan adanya pemikiran yang jernih dari kita semuanya serta menyaÂdari betapa bahayaÂnya masalah terorisme bila tidak segera ditaÂngani secara tuntas.
Benarkah Densus mengÂangÂgap kekerasan itu halal untuk teroris?Tidak benar. Hanya saja dalam penanganan kasus terorisme ini tidak sama dengan penanganan kejahatan lainnya karena tingkat ancaman dan dampaknya pun berbeda. Kalau pun ada peÂnyimÂpangan, itu semata-mata perÂbuatan oknum.
Namun seÂbaikÂnya jaÂngan digeneralisir. CuÂkup keÂsalahan dievaluasi dan diÂperbaiki. Mari kita dorong baÂgaimana kesaÂtuan Densus bisa seÂnantiasa profeÂsioÂnal dalam meÂlaksanakan fungsi dan tugasnya.
Dengan adanya kritik dari maÂsyarakat, tentunya Densus 88 akan lebih meningkatkan profeÂsionalismenya.
Bagaimana dengan bukti video kekerasan yang dijadiÂkan pembenaran?Saat ini kan sedang diteliti dan diperiksa kebenarannya. Setahu saya Kabareskrim Polri pun telah memberikan klarifikasi.
Bicara kekuatan senjata, atuÂran serta kelembagaan, Densus itu kan lebih terproÂteksi, kenaÂpa melakukan keÂkerasan?Sebagaimana yang telah saya sampaikan tadi, tingkat ancaman dan dampak kejahatan terorisme ini sangat tinggi dan luas. Para pelaku terorisme ini sangat ideoÂlogis dan justru membenarkan seÂgaÂla cara.
Contoh beberapa kasus seperti Bom Bali I dan II, peleÂdakan Hotel JW Marriot dan seÂbaÂgainya telah merenggut nyaÂwa banyak orang yang tidak berdosa.
Bagaimana dengan stigma Densus itu kaki tangan negara Barat?Stigma itu kan hanya penafsiÂran sementara orang saja. Tapi maÂsalah penanganan kasus teÂrorisme ini mau tidak mau harus berkoordinasi dengan negara lain, baik untuk kepentingan informasi maupun pendataan. Tidak meÂnutup kemungkinan pelaku-pelaku terorisme di negara kita ini mempunyai kaitan dengan peÂlaku-pelaku terorisme di luar negeri.
Faktanya Densus mendapat bantuan dana dan pelatihan dari asing?Bantuan dan pelatihan itu kan suatu bentuk kerja sama. Yang jelas, mereka tidak di bawah kenÂdali atau perintah kekuatan asing.
Mabes Polri dan Badan NaÂsional Penanggulangan Teroris dituding membiarkan Densus melanggar HAM, ini bagaiÂmana?Jangan terlalu berpikir negatif. Sebagai bagian dari institusi PolÂri, Densus 88 pun tidak lepas dari pengamatan serta penilaian dari Pimpinan Polri.
Kalaupun terjadi penyimÂpaÂngan, pasti pimpinan Polri akan mengambil langkah tegas.
Densus sepertinya tak bisa membela diri atas tuduhan itu, kenapa?Saya rasa ini langkah yang baik dan tepat. Ada pepatah dalam bahasa Inggris menyebutkan,
Silent is golden. Yang penting bagi bangsa ini kan rasa aman dan nyaman lahir-bathin.
Bukankah di awal berdiri tahun 2003 Densus 88 dikenal ramah?Saya menilainya sih sama saja. Mungkin juga mulai terkuaknya seluruh jaringan terorisme di tanah air, membawa sikap Densus pun menjadi lebih hati-hati dan waspada. [Harian Rakyat Merdeka]