Sebelum nyapres, Letjen (Purn) Prabowo Subianto, Bekas Komandan Jenderal Komando Pasukan Khusus (Kopassus) diminta buka-bukaan terlebih dulu terkait kasus penculikan belasan aktivis yang terjadi pada 1997-1998.
“Kalau Prabowo hanya ingin menjadi pengusaha sukses terus bilang lupakan masa lalu mungkin (publik) masih bisa terima. Tapi, kalau Prabowo ingin jadi presiden, harus jujur menceritakan apa yang terjadi pada tahun-tahun itu,†kata pengamat politik Universitas Indonesia Ade Armando saat dijumpai di aula FKUI, kemarin.
Dikatakan Ade, masih banyak aktivis yang hilang diculik dan belum kembali hingga kini. Jika mereka semua telah meninggal dunia, maka Prabowo yang kini sudah memegang tiket capres dari Partai Gerakan Indonesia Raya (Gerindra) diminta mengungkap di mana saja kuburannya.
Dikatakan Ade, saat peristiwa itu terjadi, Prabowo masih pegang tongkat komando Pangkostrad. Hingga kini, bekas menantu Soeharto itu belum pernah diajukan ke Mahkamah Militer Luar Biasa (Mahmilub). Prabowo saat itu, lanjut Ade, hanya diperiksa Dewan Kehormatan Perwira (DKP). “Prabowo mengaku tahu ada Tim Mawar (yang menculik). Tapi, tidak tahu kalau itu sampai ke penyiksaan,†kata Ade.
Mahmilub akhirnya memvonis bersalah beberapa bawahan Prabowo. Mereka dipecat dari jabatannya. Ada yang ditahan beberapa waktu, lalu bebas. Prabowo sendiri akhirnya diberhentikan dari dinas kemiliteran. “Sampai sekarang Prabowo tidak pernah cerita soal aktivis lain yang masih hilang dan mungkin sudah mati itu,†tegas dosen FISIP UI itu.
Prabowo, lanjut Ade, harus bisa menunjukkan bahwa dirinya bersih, sekaligus menunjuk pelakunya. “Kita tidak mau punya capres yang masa lalunya dirahasiakan atau kita tidak tahu,†bebernya.
Dia menegaskan, penculikan, penyiksaan, dan pembunuhan secara sistematis merupakan kejahatan HAM berat.
Anggota Dewan Pembina Partai Gerindra, Permadi, menilai Ade sedang berupaya menghancurkan elektabilitas Prabowo. “Jelas sekali ada orang-orang yang ingin menjegal Prabowo menjadi presiden,†kata Permadi.
Permadi mengatakan, pada 1997-1998 itu ada banyak tim yang mendapat tugas menculik. Jadi, bukan hanya tim yang berada di bawah kendali Prabowo. Lagipula sebagai tentara loyal, semua tindakan Prabowo didasarkan atas perintah atasannya.
“Bahkan suatu ketika dalam rapat Partai Gerindra, Prabowo menyampaikan bahwa dirinya pernah disuruh membunuh Permadi. Dia itu disuruh. Mengapa yang menyuruh tidak pernah diutik-utik?†ujarnya.
Sebagai Pangkostrad kala itu, lanjut Permadi, Prabowo hanya memiliki tiga atasan.
Yang paling bawah adalah KSAD, kemudian panglima ABRI, dan paling atas adalah presiden selaku panglima tertinggi. “Kenapa yang lain itu tidak pernah diutik-utik?†protesnya.
Menurut Permadi, Prabowo yang berpangkat letjen itu sudah menerima ganjaran yang sangat berat dalam bentuk pemecatan. “Itu hukuman tertinggi bagi seorang perwira tinggi,†katanya.
Hal lain yang juga harus diingat, lanjut dia, semua aktivis yang penculikannya dikaitkan dengan Prabowo sudah kembali dalam keadaan hidup. “Sekarang semua bergabung ke Gerindra, termasuk saya,†ujarnya. [Harian Rakyat Merdeka]