Berita

ilustrasi

Bisnis

Redenominasi Lahirkan Force Inflation

SENIN, 28 JANUARI 2013 | 23:52 WIB | LAPORAN: ADE MULYANA

Kebijakan redenominasi oleh Bank Indonesia dan pemerintah tidak ada urgensinya, tidak bermanfaat, dan merugikan daya beli masyarakat Indonesia. Kebijakan redenominasi patut diduga dilatarbelakangi keinginan memberikan kesan mata uang rupiah kuat sehingga jadi indikator keberhasilan ekonomi saat ini.

Begitu dikatakan ekonom senior DR. Rizal Ramli, saat Rapat Dengar Pendapat Umum dengan Komisi XI DPR RI di Gedung DPR RI, Senayan, Jakarta, Senin (28/1).

Menurut dia klaim pemerintah redenominasi memiliki manfaat yang sangat banyak dan tidak sama dengan pemotongan uang (sanering) tidak didukung argumen empirik dan jelas tentang manfaat dari redenominasi. Redenominasi pada praktiknya merupakan paksaan inflasi atau force inflation. Daya beli golongan menengah ke bawah akan terpotong dengan adanya kenaikan harga-harga setelah mata uang baru diterbitkan.


Mantan Menteri Kordinator Bidang Ekonomi ini mencontohkan, untuk sebungkus kacang goreng seharga Rp 800 dengan uang baru nanti harganya akan disesuaikan menjadi Rp 1. Ini artinya sama saja menaikkan harganya sebesar Rp 200 mata uang sekarang.

"Inflasi yang dipaksakan ini akan terjadi serentak setelah pemberlakuan redenominasi," ujarnya.

RR, panggilan akrab mantan menteri Keuangan ini menambahkan, keinginan memiliki mata uang kuat salah kaprah karena yang terpenting adalah stabilitas mata uang. Jepang dan China justru sukses memacu pertumbuhan ekonomi dan industrinya karena dengan sengaja memilih kebijakan mata uang lemah (weak exchange rate policy). Kebijakan mata uang lemah secara tidak langsung melindungi ekonomi dalam negeri dan meningkatkan daya saing produk ekspor.

Dengan kebijakan ini Jepang berhasil tumbuh di atas 10 persen pada 1950-an hingga 1970, sementara China tumbuh double digit pada akhir 1980 hingga 2010.

"BI harusnya fokus pada tugas utamanya menjaga stabilitas moneter dan menurunkan net interest margin yang tertinggi di dunia dan selama ini gagal dilakukan BI," demikian RR. [dem]

Populer

Mantan Jubir KPK Tessa Mahardhika Lolos Tiga Besar Calon Direktur Penyelidikan KPK

Rabu, 24 Desember 2025 | 07:26

Mantan Wamenaker Noel Ebenezer Rayakan Natal Bersama Istri di Rutan KPK

Kamis, 25 Desember 2025 | 15:01

Camat Madiun Minta Maaf Usai Bubarkan Bedah Buku ‘Reset Indonesia’

Selasa, 23 Desember 2025 | 04:16

Sarjan Diduga Terima Proyek Ratusan Miliar dari Bupati Bekasi Sebelum Ade Kuswara

Jumat, 26 Desember 2025 | 14:06

Adik Kakak di Bekasi Ketiban Rezeki OTT KPK

Senin, 22 Desember 2025 | 17:57

8 Jenderal TNI AD Pensiun Jelang Pergantian Tahun 2026, Ini Daftarnya

Rabu, 24 Desember 2025 | 21:17

Ketika Kebenaran Nasib Buruh Migran Dianggap Ancaman

Sabtu, 20 Desember 2025 | 12:33

UPDATE

Program Belanja Dikebut, Pemerintah Kejar Transaksi Rp110 Triliun

Sabtu, 27 Desember 2025 | 08:07

OJK Ingatkan Risiko Tinggi di Asuransi Kredit

Sabtu, 27 Desember 2025 | 07:48

Australia Dukung Serangan Udara AS terhadap ISIS di Nigeria

Sabtu, 27 Desember 2025 | 07:32

Libur Natal Pangkas Hari Perdagangan, Nilai Transaksi BEI Turun Tajam

Sabtu, 27 Desember 2025 | 07:17

Israel Pecat Tentara Cadangan yang Tabrak Warga Palestina saat Shalat

Sabtu, 27 Desember 2025 | 07:03

Barzakh itu Indah

Sabtu, 27 Desember 2025 | 06:38

Wagub Babel Hellyana seperti Sendirian

Sabtu, 27 Desember 2025 | 06:21

Banjir Cirebon Cermin Politik Infrastruktur Nasional Rapuh

Sabtu, 27 Desember 2025 | 06:13

Jokowi sedang Balas Dendam terhadap Roy Suryo Cs

Sabtu, 27 Desember 2025 | 06:06

Komdigi Ajak Warga Perkuat Literasi Data Pribadi

Sabtu, 27 Desember 2025 | 05:47

Selengkapnya