Partai Nadem satu-satunya partai baru yang lolos verifikasi faktual dan akan bertarung dengan sembilan partai lama di Pemilu 2014. Di tengah kekecewaan publik terhadap partai lama, Partai Nasdem jadi pilihan alternatif. Selain dipersepsikan gagal mengakomodasi dan memperjuangkan kepentingan rakyat, partai-partai lama juga dipersepsikan terlibat korupsi.
"Kalau orang kecewa dengan barang lama, maka akan beralih ke yang baru. Ini hukum psikologi. Sekalipun belum tentu ok, Partai Nasdem barang baru, belum kelihatan belangnya, jadi wajar bila jadi partai alternatif," kata pakar psikologi politik Prof. Hamdi Muluk kepada Rakyat Merdeka Online, Selasa (8/1).
Memang hanya segelintir kader dari partai-partai lama yang kesandung kasus korupsi. Tapi publik tetap mempersepsikan partainya yang korup. Publik mengasosiasikan tindakan individu kader ke partai tempatnya bernaung.
"Yang ada di masyarakat itu persepsi partai, bukan individu. Ramai diberitakan kan asal partainya," katanya.
Persepsi buruk publik terhadap partai lama bukan hanya muncul karena adanya kader-kader partai tersebut yang ditahan penegak hukum. Tapi juga karena informasi-informasi yang dipublikasi soal korupsi oleh lembaga-lembaga negara. PPATK misalnya menyebut dari penelusuran yang mereka lakukan disimpulkan bahwa semua partai politik yang ada di Senayan terlibat permainan anggaran. Sebelumnya Sekretaris Kabinet Dipo Alam menyampaikan hal yang sama.
"Kondisi ini sangat menguntungkan bagi partai Nasdem. Tapi masalahnya, bisa tidak Partai Nasdem mengoptimalkan momentum ini," tuturnya.
Persepsi buruk terhadap partai lama, saran Hamdi, harus dijawab sebaliknya oleh Partai Nasdem. Agar dipilih rakyat, Partai Nasdem harus mencitrakan diri sebagai partai bersih, diisi figur-figur yang berkualitas dan bermutu, serta bisa mewujudkan harapan rakyat.
"Partai Nasdem harus bisa memanfaatkan psikologis buruknya citra masyarakat terhadap partai-partai lama. Selama ini dilakukan, Partai Nasdem bisa mendulang sukses di Pemilu nanti,"
Terkait adanya faksi-faksi di tubuh Partai Nasdem tentang wacana perlu tidaknya perombakan kepengurusan, Hamdi menilai hal itu bukan halangan yang berarti selama bisa dikelola dengan baik dan bisa diminalisasi eskalasinya ke publik.
"Jangankan partai baru, partai lama juga ada gontok-gontokan. Itu gejala umum, yang penting tidak kelihatan dan tidak terbaca di luar," jelasnya.
Tapi tentu akan lebih bagus lagi di sisa waktu yang ada, partai Nasdem betul-betul fokus dengan penguatan jaringan partai di tingkat grassroot dan tidak menyibukkan diri dengan perpecahan. Pengurus yang ada tentunya sulit bekerja melebarkan dan menguatkan jaringan kalau konsentrasi kerja mereka terus diganggu.
"Soliditas tetap penting diperhatikan. Gagal mengelola perbedaan akan merugikan bagi partai. Sebaiknya partai Nasdem menjaga soliditas," demikian Hamdi
. [dem]