Pemanasan global dipicu akibat ulah manusia dan tidak ada penyebab lainnya. Benarkah begitu? Ternyata tidak juga. Ulah manusia justru kecil pengaruhnya terhadap pemanasan global.
"Pemanasan global betul-betul ditentukan peran alam. Peran manusia hanya sebagai unsur "imbuhan" yang kecil sekali pengaruhnya," ujar Kepala Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Dr. Surono, Kamis (3/1).
Surono menuturkan pemanasan global adalah siklus alam yang mengacu pada "siklus Milan Kovic", yang dipahami sebagai alam terpendek dalam skala umur geologi yang mencerminkan posisi bumi terhadap matahari. Kata dia, yang dapat merubah iklim yang bersifat jangka pendek tadi adalah letusan gunungapi. Dengan letusan gunungapi, sinar matahari terhalang aerosol sehingga tidak ada tumbuhan yang bisa tumbuh.
Itulah yang terjadi dalam peristiwa meletusnya Tambora 1815, atau di Eropa dengan "year with out summer", paceklik hebat, yang dampak nyatanya Napoleon kalah perang dan lahirnya buku Frankestain.
Apakah permukaan air laut memicu letusan gunungapi, misalnya meletusnya Gunung Tambora tahun 1815 atau Krakataau pada tahun 1883? kata Surono, sulit dipastikan jawabannya.
Dari catatan yang ada, katanya, letusan-letusan gunungapi di Indonesia dari sisi kuantitas tidak berubah bahkan lebih besar jaman dahulu. Jadi, apakah benar perubahan permukaaan air laut bisa memicu banyaknya letusan gunungapi perlu diteliti lebih rinci dengan cara mengkorelasikannya dengan proses tektonik yang terjadi.
"Saat ini tampak bahwa dalam pengaruh pemanasan global tidak ditemukan pola perubahan ekstrim curah hujan, sehingga memicu longsor misalnya yang terjadi sepanjang tahun di Indonesia," imbuhnya.
Jika hal itu membuat proses tektonik tidak berubah, atau tidak ada aktivitas tektonik yang ekstrim, kata dia, maka patut dicurigai bahwa peningkatan permukaan air laut dapat memicu jumlah letusan gunungapi.
"Namun bila ada aktivitas tektonik yang ekstrim, dimana sering terjadi gempabumi besar dan menyebabkan deformasi secara meluas dibarengi dengan peningkatan permukaan air laut, kemudian diikuti banyak letusan gunungapi, maka saya akan percaya bahwa banyaknya letusan gunungapi dipicu oleh aktivitas tektonik ekstrim," demikian Mbah Rono, panggilan Surono.[dem]