Pertemuan Taufiq Kiemas dengan Susilo Bambang Yudhoyono di Istana Negara beberapa hari lalu dipahami sebagai upaya kompromi untuk kepentingan 2014. Tapi, manuver politik yang dilakukan TK, panggilan Taufiq Kiemas, dinilai akan sia-sia saja alias tak akan menghasilkan apapun bagi hubungan PDIP dan Demokrat.
"Sejak kongres Bali dan terpilih jadi ketua MPR, TK tidak lagi merepresentasikan Megawati. Sejak itu kekuasaan Megawati pulih tanpa intervensi TK, dan praktis sekarang yang mengendalikan PDIP secara full adalah Megawati. Jadi apapaun menauver TK tidak akan efeketif," kata analis politik yang juga Direktur Citra Komunikasi Lingkaran Survey Indonesia (LSI) Toto Izul Fatah, kepada Rakyat Merdeka Online, Senin (31/12).
Dari manuver yang kemudian berujung pada penolakan Puan Maharani untuk masuk kabinet menggantikan Andi Mallarangeng sebagai Menteri Negara Pemuda dan Olahraga itu, menurut Toto, juga memberikan pesan bahwa komunikasi yang dibangun SBY dan Partai Demokrat ke PDIP untuk kesekian kalinya harus berujung pada kegagalan.
Kesalahannya adalah karena komunikasi yang dilakukan lagi-lagi degan menggunakan pendekatan tawar menawar posisi atau jabatan.
"SBY punya hutang budi atau "dosa" kepada Mega yang ingin dia tebus. Tapi pendekatan dengan penawaran jabatan tidak cukup mempan buat Mega yang cukup ideologis dan Soekarnois. Lain cerita kalau SBY membangun komunikasinya misalnya dengan diam-diam silaturahmi ke rumah Mega. Tanpa harus menghilangkan wibawa bisa jadi cara seperti ini akan lebih efektif," demikian Toto.
[dem]