Jenderal (Purn) Wiranto
Jenderal (Purn) Wiranto
“Pejabat negara itu harus bisa memenuhi hak-hak rakyat,†kata Ketua Umum Partai Hanura Wiranto kepada Rakyat Merdeka, Sabtu (21/12).
Menurut bekas Menhankam/Panglima TNI itu, tata kelola yang baik dan benar itu harus sesuai dengan UUD 1945.
Berikut kutipan selengkapnya;
Intinya apa?
Di dalam pembukaan UUD 1945 dijelaskan secara rinci mengenai hal itu, yakni pemeÂrinÂtah harus melindungi segenap bangÂsa Indonesia dan tumpah daÂrahnya, memajukan kesejahteÂraan rakyat, serta mencerdaskan kehidupan bangsanya.
Itu artinya kehadiran pemeÂrintÂah mewakili rakyat untuk mengeÂlola negeri ini dalam meÂmenuhi hak-hak rakyat.
Memang yang sekarang bagaimana?
Sekarang banyak pemimpin dan pejabat yang seharusnya seÂbagai wakil rakyat, malah berlaku seperti zaman dulu. Kelakuannya sebagai pangreh praja, yakni sebagai pembesar minta dihorÂmati dan fasilitas seperti raja.
Di daerah-daerah masih banyak seperti itu. Ini tidak boleh dalam tata kelola pemerintahan kita. Hal ini tentunya dipengaruhi faktor sejarah kita juga.
O ya, kenapa perayaan Ultah Partai Hanura ke VI dilakÂsaÂnakan di Taman Makam PahÂlawan?
Saya memang menginstrusikan untuk melakukan acara sederhana di Makam Pahlawan di seluruh pelosok Nusantara, di mana ParÂtai Hanura berada.
Apa tujuannya?
Tujuan utama adalah mengÂingatÂkan kembali kepada seluruh bangsa Indonesia, khususnya seluruh kader Partai Hanura, bahÂwa kemerdekaan yang kita nikÂmati ini bukan sesuatu yang jaÂtuh dari langit. Tapi atas pengorÂbanan para pahlawan bangsa. Mereka telah membeÂrikan segeÂnap jiwa dan raganya sebagai tumÂbal kemerdekaan.
Tugas kita hanya tinggal mÂeÂlanÂjutkan perjuangan tersebut, yang tidak seberat tatkala mereka melawan penjajahan.
Apa tugas itu sudah dilakÂsanaÂkan secara maksimal?
Tugas itu belum dapat kita lakÂsanakan dengan sebaik-baiknya. Bangsa yang besar ini masih sering dilecehkan, dihina, diperÂmainkan oleh bangsa lain. Di anÂtara kita juga masih saling meÂninÂdas, memaki, menghina bahkan bertengkar satu sama lain. KeÂkuaÂtan utama sebagai bangsa, yakni kebersamaan, tapi kini meÂmudar tanpa kita sadari.
Itu semua terjadi karena kita telah kehilangan kompas kebeÂnaran.
Kita kehilangan kemuliaan sebaÂgai bangsa yang agamis. Kita tidak lagi menggunakan pertimÂbangan hati nurani, yang secara kodrati merupakan sumber keÂkuatan akhlak dan moral. Yang muncul adalah nafsu keÂseraÂkahan, untuk mengejar keunÂtungan dan kenikmatan, dengan jalan yang melanggar hukum dan adat kebiasaan kita.
Bagaimana peran peÂmimÂpin?
Para pemimpin yang seharusÂnya menjadi contoh dan tauladan bagi kebaikan, justru banyak yang mendemonstrasikan kebuÂruÂkan, pengingkaran dan kejaÂhatan tanpa malu-malu lagi.
Sudah saatnya itu semua haÂrus dihentikan, harus ada peÂruÂbahan menuju kembalinya akhlak dan moral kita sebagai bangsa, yang dipelopori oleh paÂra pemimpin.
Bagaimana dengan kader Partai Hanura?
Semua kader partai Hanura teÂlah bertekad menjadi calon peÂmimpin bangsa ke depan dengan menghayati dan menyerap hakeÂkat perjuangan pahlawan.
Selanjutnya bersumpah secara bersungguh-sungguh, dengan pernyataan :
Kami segenap kader Hanura tidak akan khianat, hidup dan maÂti untuk rakyat.
Berbekal sumpah itu, saya yakin para kader Hanura akan diÂtuntun yang Maha Kuasa menuju jalan yang benar, menjadi contoh pemimpin masa depan yang diÂseÂgani, dan akan membawa bangÂsa ini berjaya kembali. [Harian Rakyat Merdeka]
Populer
Selasa, 23 Desember 2025 | 04:16
Senin, 22 Desember 2025 | 17:57
Sabtu, 20 Desember 2025 | 12:33
Sabtu, 20 Desember 2025 | 14:07
Jumat, 19 Desember 2025 | 03:10
Rabu, 17 Desember 2025 | 08:37
Rabu, 24 Desember 2025 | 14:13
UPDATE
Jumat, 26 Desember 2025 | 12:12
Jumat, 26 Desember 2025 | 12:05
Jumat, 26 Desember 2025 | 11:56
Jumat, 26 Desember 2025 | 11:54
Jumat, 26 Desember 2025 | 11:48
Jumat, 26 Desember 2025 | 11:15
Jumat, 26 Desember 2025 | 11:00
Jumat, 26 Desember 2025 | 10:49
Jumat, 26 Desember 2025 | 10:35
Jumat, 26 Desember 2025 | 10:30