Tahun 2012 yang disebut sebagai Tahun Kegaduhan Politik ditutup oleh Gerakan Ekayastra Unmada (Semangat Satu Bangsa) – dari wartawan, oleh wartawan, untuk Indonesia – dengan pagelaran Wayang Golek dengan judul “MAIN DADU†dengan dalang Ki Suhadi Randegan, di Kaputren Putridalem, Jatitujuh, Majalengka, Jawa Barat pada Sabtu malam (22/12).
Demikian diungkapkan Ketua Bersama Penyelenggara Pementasan Wayang Golek oleh Gerakan Ekayastra Unmada, KH Maman Imanulhaq dan AM Putut Prabantoro, Jumat (21/12). Pementasan wayang golek ini akan didahului dengan Dzikir Cinta, Tari Topeng Beber dan Sintren Kaputren. Selain Sultan Sepuh Cirebon, Bupati Majalengka H. Sutrisno, cara ini akan dihadiri oleh para wartawan, para tokoh politik Jabar, para tokoh lintas agama, generasi muda dari Cirebon, Sumedang, Subang dan Karawang.
Pementasan "MAIN DADU" ini memang secara sengaja dimaksudkan untuk mengingatkan para pemimpin bangsa, negara dan elit politik akan kegaduhan yang mereka lakukan dalam hidup bermasyarakat, berbangsa dan bernegara.
"Para pemimpin dengan kepentingannya masing-masing saling menjatuhkan secara moral, mental dan budaya, dan cenderung melupakan tugas utamanya sebagai penyelenggara negara serta melakukan pembiaran atas terancamnya keutuhan NKRI," ujar KH Maman Imanulhaq, yang merupakan tokoh muda kharismatik Jawa Barat.
Para pemimpin, menurut Maman, juga melakukan pembiaran atas terjadinya konflik horizontal yang merembet di hampir seluruh wilayah Indonesia. Tidak ada keprihatinan bersama dari para pemimpin dan sekaligus upaya untuk meredam konflik horizontal itu meskipun bangsa ini tahu NKRI terancam eksistensinya.
“Saya melihat bahwa para pemimpin politik, para penyelenggara negara ataupun tokoh nasional menganggap kegaduhan itu sebagi pijar kembang api di kala pesta. Semakin banyak diliput oleh media, semakin terkenal namanya. Mereka tidak menyadari bahwa sikap mereka atas kondisi dan situasi politik di Indonesia dapat diibaratkan main dadu atas masa depan bangsa, rakyat dan negara Indonesia. Semua sudah bersiap-siap memperebutkan kursi pada tahun 2014," jelas Maman lebih lanjut.
Sementara itu Putut Prabantoro, Ketua Pelaksana Gerakan Ekayastra Unmada (Semangat Satu Bangsa) menegaskan bahwa kehidupan berbangsa, bermasyarakat dan bernegara mencapai titik kegelisahan rakyat Indonesia. Tiadanya keteladanan sikap serta tindakan para pemimpin bangsa mendorong munculnya konflik horizontal berbasis primordialisme di daerah-daerah. Masyarakat merasa tidak ada tokoh yang dapat menjadi panutan dalam hidup bermasyarakat.
Konflik-konflik horizontal yang terjadi di Merauke, Timika, Jayapura, Buru, Manado, Lampung, Sendawar Kalimantan Utara, Medan dll menjadi bukti lunturnya semangat NKRI di mana-mana. Sementara, para pemimpin tokoh politik tidak melihat konflik daerah sebagai keharusan untuk segera diselesaikan. Penderitaan Indonesia sebagai bangsa sudah sempurna dengan semua kondisi buruk yang terjadi.
"MAIN "DADU adalah salah satu episode dalam kisah Mahabarata yakni permainan judi antara Duryudana (Kurawa) dan Yudistira (Pandawa). Permainan ini dimenangkan Duryudana melalui akan licik Sengkuni, Patih dari Kerajaan Kurawa. Kekalahan dalam permainan dadu ini sangat membekas di hati kedua belah pihak karena muncul aib yang tak bisa dilupakan oleh Pandawa karena isterinya Drupadi ditelanjangi oleh keluarga Kurawa. Kisah ini merupakan cikal bakal terjadinya perang Baratayuda – perang saudara dalam keluarga Barata.
[dem]