Berita

ilustrasi/ist

Kesehatan

Pengobatan Penyakit Kelenjar Anak Ginjal Masih Minim

MINGGU, 25 NOVEMBER 2012 | 08:05 WIB

Pengobatan penyakit adre­nal di Indonesia dinilai masih minim. Sebab, obat-obatan yang digunakan harus didapat dari luar. Di tambah minimnya edukasi akan bahaya penyakit tersebut.

President Asia Pacific Pa­ediatric Endocrine Society (APPES),  Aman Pulungan mengungkapkan, obat untuk pasien adrenal ke­banyakan membeli langsung ke luar negeri atau meminta per­tolongan dari yayasan, seperti Yayasan Komunitas Hiperplasia Adrenal Kongenital Indonesia (KAHAKI) di Indonesia dan or­ganisasi peduli penyakit kelainan ke­lenjar adrenal, Caring and Living as Neighbour (CLAN) di Australia.

“Akses pengobatan untuk pe­nyakit ini masih terbatas. Perlu dukungan pemerintah agar pe­ngobatan penyakit ini bisa di­tangani dengan tepat dan mu­dah,” katanya.

Selain itu, kesadaran ma­sya­rakat ter­ha­dap penyakit ini harus ditin­g­katkan, khususnya pada orang tua harus mencermati per­tum­buhan sang anak menjadi dewasa.

“Jika mengalami gangguan dalam masa pertumbuhan anak, segera atasi dengan meme­rik­sakan ke rumah sakit. Gejala pe­nyakit ini harus tetap di­was­pa­dai,”  warning Arman.

Menurut Ketua Komunitas Keluarga Hiperplasia Adrenal Kongenital Indonesia (KA­HAKI) Kusuma Adiwijaya pe­ngobatan pada penyandang HAK diper­lukan untuk menjaga kadar gula normal, ke­se­im­bangan cairan dan ga­ram, per­tumbuhan dan per­kem­bangan seks menjadi  normal.

Penyandang adrenal juga di­sarankan untuk melakukan pe­meriksaan enzim dan defek gen (kelainan kromosom) spesifik pada tingkat asam deoksiri­bonukleat (DNA) untuk menjaga stabilitas tubuh.

“Penyandang adrenal mem­butuhkan obat yang rutin dan tidak boleh putus untuk dikon­sumsi. Sayangnya obat-ini tidak tersedia. Sehingga kami harus mem­bantu penyandang adrenal untuk mendapatkan dari luar ne­geri,” tandas Kusuma. [Harian Rakyat Merdeka]



Populer

Masih Sibuk di Jogja, Pimpinan KPK Belum Tahu OTT di Lampung Tengah

Selasa, 09 Desember 2025 | 14:21

Pura Jadi Latar Film Porno, Hey Bali: Respons Aparat Dingin

Selasa, 09 Desember 2025 | 21:58

Kebun Sawit Milik POSCO Lebih dari Dua Kali Luas Singapura

Senin, 08 Desember 2025 | 19:12

Mahfud MD soal Bencana Sumatera: Menyuruh Pejabat Mundur Tidak Relevan

Rabu, 10 Desember 2025 | 05:53

Bangun Jembatan Harapan

Minggu, 07 Desember 2025 | 02:46

Distribusi Bantuan di Teluk Bayur

Minggu, 07 Desember 2025 | 04:25

Bahlil Minta Maaf Usai Prank Presiden Prabowo

Selasa, 09 Desember 2025 | 18:00

UPDATE

Kreditur Tak Boleh Cuci Tangan: OJK Perketat Aturan Penagihan Utang Pasca Tragedi Kalibata

Rabu, 17 Desember 2025 | 08:15

Dolar Melemah di Tengah Data Tenaga Kerja AS yang Variatif

Rabu, 17 Desember 2025 | 08:00

Penghormatan 75 Tahun Pengabdian: Memori Kolektif Haji dalam Buku Pamungkas Ditjen PHU

Rabu, 17 Desember 2025 | 07:48

Emas Menguat Didorong Data Pengangguran AS dan Prospek Pemangkasan Suku Bunga Fed

Rabu, 17 Desember 2025 | 07:23

Bursa Eropa Tumbang Dihantam Data Ketenagakerjaan AS dan Kecemasan Global

Rabu, 17 Desember 2025 | 07:01

Pembatasan Truk saat Nataru Bisa Picu Kenaikan Biaya Logistik

Rabu, 17 Desember 2025 | 06:46

Dokter Tifa Kecewa Penyidik Perlihatkan Ijazah Jokowi cuma 10 Menit

Rabu, 17 Desember 2025 | 06:35

Lompatan Cara Belajar

Rabu, 17 Desember 2025 | 06:22

Jakarta Hasilkan Bahan Bakar Alternatif dari RDF Plant Rorotan

Rabu, 17 Desember 2025 | 06:11

Dedi Mulyadi Larang Angkot di Puncak Beroperasi selama Nataru

Rabu, 17 Desember 2025 | 05:48

Selengkapnya