Berita

ilustrasi/ist

Selagi Tokoh 4L Ngotot, Indonesia Sulit Jadi The Next China

RABU, 14 NOVEMBER 2012 | 12:26 WIB | LAPORAN: ALDI GULTOM

. Sulit membayangkan Indonesia dapat bangkit menjadi kekuatan politik dan ekonomi yang benar-benar diperhitungkan di kawasan regional, apalagi global.

Hasrat menjadi the next China, India, Jepang atau Korea hanya akan tinggal sebagai mimpi kosong di siang bolong selagi kompetensi tidak dijadikan kriteria utama dalam memilih pemimpin, baik di tingkat lokal maupun nasional.

"Kita patut prihatin karena popularitas tampaknya sedang dijadikan kriteria utama dalam memilih pemimpin di Indonesia. Yang lebih memprihatinkan lagi, popularitas tidak dicapai dengan prestasi riil, tapi menggunakan praktik semir dan pencitraan," ujar dosen ilmu politik FISIP Universitas Islam Negeri (UIN) Jakarta, Teguh Santosa.


Fenomena ini mirip dengan yang dialami negeri tetangga Filipina dalam beberapa dekade terakhir dimana banyak bintang film yang beralih menjadi politisi dan merebut posisi pemimpin lokal maupun nasional tanpa kemampuan yang memadai.   

"Filipinisasi ini terjadi terutama karena partai politik gagal berperan sebagai wadah kaderisasi. Sementara semangat yang diperlihatkan tokoh-tokoh lama untuk terus berkuasa tetap tinggi," ujar Teguh.

"Sikap ngotot tokoh-tokoh 4L (lu lagi, lu lagi) inilah yang akhirnya mendorong kelahiran kandidat asal populer," sambungnya.

Dosen komunikasi di London School of Public Relations, Jakarta, ini memberi contoh pemilihan kepala daerah di beberapa provinsi dan kabupaten, dimana partai-partai politik berusaha memenangkan kompetisi dengan menggandeng artis.

Dia juga berharap di tahun 2014 nanti akan hadir calon presiden alternatif yang tidak sekadar populer tetapi juga memiliki kemampuan teruji untuk membawa Indonesia menjadi negara yang benar-benar terpandang.

"Sulit membayangkan Indonesia jadi the next China, India, Jepang atau Korea, selama penyakit ini terus dipertahankan. Apalagi dibiarkan sampai pemilu 2014. Kita membutuhkan tokoh alternatif yang punya kompetensi dan tidak sekadar populer," demikian Teguh. [ald]

Populer

Masih Sibuk di Jogja, Pimpinan KPK Belum Tahu OTT di Lampung Tengah

Selasa, 09 Desember 2025 | 14:21

Pura Jadi Latar Film Porno, Hey Bali: Respons Aparat Dingin

Selasa, 09 Desember 2025 | 21:58

Mahfud MD soal Bencana Sumatera: Menyuruh Pejabat Mundur Tidak Relevan

Rabu, 10 Desember 2025 | 05:53

Uang yang Diamankan dari Rumah Pribadi SF Hariyanto Diduga Hasil Pemerasan

Rabu, 17 Desember 2025 | 08:37

OTT KPK juga Tangkap Haji Kunang Ayah Bupati Bekasi

Jumat, 19 Desember 2025 | 03:10

OTT Beruntun! Giliran Jaksa di Bekasi Ditangkap KPK

Kamis, 18 Desember 2025 | 20:29

Ini Susunan Lengkap Direksi dan Komisaris bank bjb

Selasa, 09 Desember 2025 | 17:12

UPDATE

Tiga Jaksa di Banten Diberhentikan Usai jadi Tersangka Dugaan Pemerasan

Sabtu, 20 Desember 2025 | 05:59

Bakamla Kukuhkan Pengawak HSC 32-05 Tingkatkan Keamanan Maritim

Sabtu, 20 Desember 2025 | 05:45

Ketum HAPPI: Tata Kelola Sempadan Harus Pantai Kuat dan Berkeadilan

Sabtu, 20 Desember 2025 | 05:05

11 Pejabat Baru Pemprov DKI Dituntut Bekerja Cepat

Sabtu, 20 Desember 2025 | 04:51

Koperasi dan Sistem Ekonomi Alternatif

Sabtu, 20 Desember 2025 | 04:24

KN Pulau Dana-323 Bawa 92,2 Ton Bantuan ke Sumatera

Sabtu, 20 Desember 2025 | 03:50

Mutu Pangan SPPG Wongkaditi Barat Jawab Keraguan Publik

Sabtu, 20 Desember 2025 | 03:25

Korban Bencana yang Ogah Tinggal di Huntara Bakal Dikasih Duit Segini

Sabtu, 20 Desember 2025 | 02:59

Relawan Pertamina Jemput Bola

Sabtu, 20 Desember 2025 | 02:42

Pramono dan Bang Doel Doakan Persija Kembali Juara

Sabtu, 20 Desember 2025 | 02:25

Selengkapnya