Umar S Bakry
Umar S Bakry
“Itu hal biasa. Ada yang tersanÂjung dan tersinggung atas survei kami itu,’’ kata Direktur eksekutif Lembaga Survei Nasional (LSN), Umar S Bakry kepada Rakyat MerÂdeka, kemarin.
Seperti diketahui, hasil survei terbaru LSN menyebutkan partai yang dipersepsikan publik paling berÂsih adalah Partai Hanura. Hanya 0,1 persen responden yang menilai Partai Hanura pernah terÂlibat kasus korupsi. Partai NasÂdem dan Partai Gerindra juga diÂpanÂdang publik relatif bersih. Masing-masing hanya 0,2 persen resÂponÂden yang menilai kedua parÂtai itu pernah terlibat kasus korupsi.
Umar S Bakry sekanjutnya mengÂatakan, walau hasil surveiÂnya buruk bagi sebagian partai, hendaknya ini bisa menjadi ajang bersih-bersih.
“Janganlah menyebar isu aneh yang menyebut survei kami ini survei bayaran,†ujarnya.
Berikut kutipan selengkapnya:
Apa tanggapan Anda?
Kalau tuduhan seperti itu sudah biasa. Saya tidak kaget. Karena survei itu kan menyajikan data laÂpangan. Yang kebetulan dapat nilai tinggi akan senang dan yang rendah marah-marah. Kami kan tidak bertanggung jawab pada mereka, tapi pada publik.
Ada yang menilai, survei ini pesaÂnan, tanggapan Anda?
Tidak ada pesanan. Ini survei dilakukan secara ilmiah dengan meÂtoÂdologi yang dapat dipertangÂgungjawabkan.
Bukankah ada yang menÂdanai?
Dalam kode etik survei interÂnaÂÂsioÂnal maupun kode etik naÂsioÂnal ada ketentuan, lembaga surÂvei hendaknya memberitaÂhuÂkan keÂpada publik pihak mana yang mendanai kegiatan survei, seÂhingga ada keterbukaan atau fairÂness. Tapi kan dalam kode etik juÂga mengatakan jika si pendana keÂberatan namanya di sebutkan maÂka kita lindungi.
Pendana dari partai, pebisnis atau lainnya?
Perorangan yang peduli demoÂkraÂsi Indonesia. Tapi karena dia mengÂinginkan namanya dilinduÂngi maka itu bagian dari kontrak kaÂmi. Yang jelas bukan tokoh parpol.
Apa itu mempengaruhi hasil survei?
Tidak dong. Yang mendanai itu ingin melihat perkembangan poÂlitik Indonesia lebih baik.
Kemudian kami menjalankan secara profesional dengan metoÂdoÂlogi yang dapat dipertanggungÂjaÂwabkan.
Kalau kami diarahkan, kami juÂga nggak mau meladeninya. SeÂbab, survei untuk mengukur keÂkuaÂtan politik atau pasar kita.
Tidak dong. Yang mendanai itu ingin melihat perkembangan poÂlitik Indonesia lebih baik.
Kemudian kami menjalankan secara profesional dengan metoÂdoÂlogi yang dapat dipertanggungÂjaÂwabkan.
Kalau kami diarahkan, kami juÂga nggak mau meladeninya. SeÂbab, survei untuk mengukur keÂkuaÂtan politik atau pasar kita.
Apa kesimpulan Anda terhaÂdap hasil survei terbaru LSN?
Publik sudah tak lagi percaya parÂtai-partai yang bergelimang kaÂÂsus korupsi. Mereka lebih memÂÂpercayai dan mendambakan partai bersih sebagai saluran asÂpirasi mereka.
Berdasarkan survei LSN terÂbaru itu, misalnya, partai-partai yang dipersepsikan publik belum banyak terlibat dalam kasus-kaÂsus korupsi memperoleh kenaiÂkan elektabilitas cukup signifiÂkan. Itu berarti, menghadapi PeÂmilu 2014, publik sangat menÂdambakan partai bersih.
Apa pertanyaan LSN, seÂhingÂga Partai Hanura menÂdapat 5,6 persen?
Persepsi publik yang memanÂdang Partai Hanura partai bersih itu berimplikasi terhadap elekÂtaÂbilitas partai tersebut. Tatkala surÂvei LSN menanyakan, jika peÂmiÂlihan umum dilaksanakan hari ini partai apakah yang akan dipilih, Partai Hanura memperoleh tingÂkat elektabilitas yang cukup sigÂnifikan. Sebanyak 5,6 persen puÂblik mengaku akan memilih ParÂtai Hanura.
Dengan elektabilitas sebesar 5,6 tersebut berarti Partai Hanura telah merangkak naik. Partai Hanura yang dalam Pemilu 2009 berada di posisi paling buncit dari 9 partai yang lolos parliamentary threshold, kini telah merangsek ke atas, mengancam dominasi partai-partai mapan.
Kenapa begitu?
Dalam pandangan publik, salah satu kelebihan Partai Hanura diÂbandingkan partai lain adalah parÂtai yang dipimpin Jenderal TNI (Purn) Wiranto ini relatif berÂÂÂsih alias tidak pernah terlibat kaÂÂsus korupsi. Selain itu Partai HaÂnura juga dipersepsikan publik seÂbagai partai yang peduli pada perÂsoalan-persoalan riil masyaÂraÂkat.Hanura juga dipandang sebaÂgai partai yang konsisten, partai yang tidak mau terjebak arus pragÂÂmatism.
Bagaimana dengan Partai Demokrat?
Posisi Partai Demokrat sebagai partai pemenang pemilu telah terjun bebas menjadi partai kelas tengah. Kasus demi kasus yang meÂnyeret kader-kader Partai DeÂmokrat ke meja KPK, membuat simpatisan partai bentukan PreÂsiden SBY itu semakin gamang dan mengalihkan pilihan ke parÂtai-partai yang mereka persepÂsiÂkan sebagai partai bersih.
Apa ya hanya mendapat 5,9 persen, rasanya kurang masuk akal?
Hanya 5,9 persen saja yang mengaku akan memilih Partai Demokrat. Itu berarti elektabilitas Partai Demokrat tinggal seperemÂpat dari perolehan suara pada Pemilu 2009. Angka itu bahkan lebih rendah dari yang dicapai ketika pertama kali menjadi peserta Pemilu 2004. Pada survei LSN bulan Juni 2012, Partai Demokrat masih berada di posisi ketiga dengan tingkat elektabiliÂtas sebesar 10,5 persen. [Harian Rakyat Merdeka]
Populer
Selasa, 23 Desember 2025 | 04:16
Senin, 22 Desember 2025 | 17:57
Sabtu, 20 Desember 2025 | 12:33
Sabtu, 20 Desember 2025 | 14:07
Jumat, 19 Desember 2025 | 03:10
Rabu, 17 Desember 2025 | 08:37
Rabu, 24 Desember 2025 | 14:13
UPDATE
Jumat, 26 Desember 2025 | 22:08
Jumat, 26 Desember 2025 | 21:46
Jumat, 26 Desember 2025 | 21:45
Jumat, 26 Desember 2025 | 21:09
Jumat, 26 Desember 2025 | 20:37
Jumat, 26 Desember 2025 | 20:26
Jumat, 26 Desember 2025 | 19:56
Jumat, 26 Desember 2025 | 19:42
Jumat, 26 Desember 2025 | 19:32
Jumat, 26 Desember 2025 | 18:59