Berita

Umar S Bakry

Wawancara

WAWANCARA

Umar S Bakry: Kalau Kami Diarahkan, Nggak Mau Meladeninya

MINGGU, 21 OKTOBER 2012 | 09:08 WIB

Pro kontra hasil survei mengenai partai terbersih terus bermunculan. Ada yang senang dan ada juga menghujat.

“Itu  hal biasa. Ada yang tersan­jung dan tersinggung atas survei kami itu,’’ kata Direktur eksekutif Lembaga Survei Nasional (LSN), Umar S Bakry kepada Rakyat Mer­deka, kemarin.

Seperti diketahui, hasil survei terbaru LSN menyebutkan partai yang dipersepsikan publik paling ber­sih adalah Partai Hanura. Hanya 0,1 persen responden yang menilai Partai Hanura pernah ter­libat kasus korupsi. Partai Nas­dem dan Partai Gerindra juga di­pan­dang publik relatif bersih. Masing-masing hanya 0,2 persen res­pon­den yang menilai kedua par­tai itu pernah terlibat kasus korupsi.

Umar S Bakry sekanjutnya meng­atakan, walau hasil survei­nya buruk bagi sebagian partai, hendaknya ini bisa menjadi ajang bersih-bersih.

“Janganlah menyebar isu aneh yang menyebut survei kami ini survei bayaran,” ujarnya.

 Berikut kutipan selengkapnya:


Apa tanggapan Anda?

Kalau tuduhan seperti itu sudah biasa. Saya tidak kaget. Karena survei itu kan menyajikan data la­pangan. Yang kebetulan dapat nilai tinggi akan senang dan yang rendah marah-marah. Kami kan tidak bertanggung jawab pada mereka, tapi pada publik.


Ada yang menilai, survei ini pesa­nan, tanggapan Anda?

Tidak ada pesanan. Ini survei dilakukan secara ilmiah dengan me­to­dologi yang dapat dipertang­gungjawabkan.


Bukankah ada yang men­danai?

Dalam kode etik survei inter­na­­sio­nal maupun kode etik na­sio­nal ada ketentuan, lembaga sur­vei hendaknya memberita­hu­kan ke­pada publik pihak mana yang mendanai kegiatan survei, se­hingga ada keterbukaan atau fair­ness. Tapi kan dalam kode etik ju­ga mengatakan jika si pendana ke­beratan namanya di sebutkan ma­ka kita lindungi.


Pendana dari partai, pebisnis atau lainnya?

Perorangan yang peduli demo­kra­si Indonesia. Tapi karena dia meng­inginkan namanya dilindu­ngi maka itu bagian dari kontrak ka­mi. Yang jelas bukan tokoh parpol.


Apa itu mempengaruhi hasil survei?

Tidak dong. Yang mendanai itu ingin melihat perkembangan po­litik Indonesia lebih baik.

Kemudian kami menjalankan secara profesional dengan meto­do­logi yang dapat dipertanggung­ja­wabkan.

Kalau kami diarahkan, kami ju­ga nggak mau meladeninya. Se­bab, survei untuk mengukur ke­kua­tan politik atau pasar kita.


Apa itu mempengaruhi hasil survei?

Tidak dong. Yang mendanai itu ingin melihat perkembangan po­litik Indonesia lebih baik.

Kemudian kami menjalankan secara profesional dengan meto­do­logi yang dapat dipertanggung­ja­wabkan.

Kalau kami diarahkan, kami ju­ga nggak mau meladeninya. Se­bab, survei untuk mengukur ke­kua­tan politik atau pasar kita.


Apa kesimpulan Anda terha­dap hasil survei terbaru LSN?

Publik sudah tak lagi percaya par­tai-partai yang bergelimang ka­­sus korupsi. Mereka lebih mem­­percayai dan mendambakan partai bersih sebagai saluran as­pirasi mereka.

Berdasarkan survei LSN ter­baru itu, misalnya, partai-partai yang dipersepsikan publik belum banyak terlibat dalam kasus-ka­sus korupsi memperoleh kenai­kan elektabilitas cukup signifi­kan. Itu berarti, menghadapi Pe­milu 2014, publik sangat men­dambakan partai bersih.


Apa pertanyaan LSN, se­hing­ga Partai Hanura men­dapat  5,6 persen?

Persepsi publik yang meman­dang Partai Hanura partai bersih itu berimplikasi terhadap elek­ta­bilitas partai tersebut. Tatkala sur­vei LSN menanyakan, jika pe­mi­lihan umum dilaksanakan hari ini partai apakah yang akan dipilih, Partai Hanura memperoleh ting­kat elektabilitas yang cukup sig­nifikan. Sebanyak 5,6 persen pu­blik mengaku akan memilih Par­tai Hanura.

Dengan elektabilitas sebesar 5,6 tersebut berarti Partai Hanura telah merangkak naik. Partai Hanura yang dalam Pemilu 2009 berada di posisi paling buncit dari 9 partai yang lolos parliamentary threshold, kini telah merangsek ke atas, mengancam dominasi partai-partai mapan.


Kenapa begitu?

Dalam pandangan publik, salah satu kelebihan Partai Hanura di­bandingkan partai lain adalah par­tai yang dipimpin Jenderal TNI (Purn) Wiranto ini relatif ber­­­sih alias tidak pernah terlibat ka­­sus korupsi. Selain itu Partai Ha­nura juga dipersepsikan publik se­bagai partai yang peduli pada per­soalan-persoalan riil masya­ra­kat.Hanura juga dipandang seba­gai partai yang konsisten, partai yang tidak mau terjebak arus prag­­matism.

 

Bagaimana dengan Partai Demokrat?

Posisi Partai Demokrat sebagai partai pemenang pemilu telah terjun bebas menjadi partai kelas tengah. Kasus demi kasus yang me­nyeret kader-kader Partai De­mokrat ke meja KPK, membuat simpatisan partai bentukan Pre­siden SBY itu semakin gamang dan mengalihkan pilihan ke par­tai-partai yang mereka persep­si­kan sebagai partai bersih.


Apa ya hanya mendapat 5,9 persen, rasanya kurang masuk akal?

Hanya 5,9 persen saja yang mengaku akan memilih Partai Demokrat. Itu berarti elektabilitas Partai Demokrat tinggal seperem­pat dari perolehan suara pada Pemilu 2009. Angka itu bahkan lebih rendah dari yang dicapai ketika pertama kali menjadi peserta Pemilu 2004. Pada survei LSN bulan Juni 2012, Partai Demokrat masih berada di posisi ketiga dengan tingkat elektabili­tas sebesar 10,5 persen.    [Harian Rakyat Merdeka]


Populer

UPDATE

Selengkapnya