Berdasarkan data KeÂmenÂdikbud, 6.637 guru di Jakarta akan mengikuti ujian yang ditemÂpatkan di 53 sekolah di enam wilayah ibu kota.
Untuk Jakarta Jakarta Selatan, 1.868 guru mengikuti ujian di 14 sekolah. Jakarta Timur, tercatat 1.429 guru yang menjalani UKG di 11 sekolah.
Jakarta Barat sebanyak 11 seÂkoÂlah menjadi tempat ujian deÂngan jumlah peserta 1.390 guru. Sebanyak 912 guru di Jakarta PuÂsat ujian di delapan sekolah. Di Jakarta ada delapan sekolah yang dipakai untuk tempat ujian deÂngan jumlah peserta 894 guru.
Sementara di Kepulauan SerÂiÂbu, hanya ada 144 guru yang meÂngikuti ujian yang ditempatkan di SMK Negeri 5.
Seperti apa ujian ini? Rakyat Merdeka pun mendatangi SMA NeÂgeri 78 yang menjadi salah satu tempat ujian di Jakarta Barat. Selain jadi tempat ujian, sekolah yang terletak di Jalan KemangÂgiÂsan Raya ini menjadi Posko UKG untuk wilayah Jakarta sÂeÂlama masa ujian. Posko ini akan menampung sejumlah perÂmasaÂlahan yang muncul selama ujian.
“Ada sebanyak 63 guru yang terdaftar sebagai peserta untuk mengikuti UKG di sekolah kami. RuÂangan yang dipakai untuk UKG dan posko adalah ruang komÂputer milik kami yang ada di lantai 3,†kata Kepala Tata Usaha SMA 78, Asep Iwan Kurniawan.
Rakyat Merdeka pun naik ke ruang komputer di lantai yang jadi tempat ujian. Ruangan berÂukuran 5x7 meter ini tampak seÂjuk karena dipasang AC. Ada emÂpat baris meja panjang. Di atas meja diletakkan monitor layar datar, keyboard dan mouse.
Ada 40 unit komputer yang bisa dipakai peserta ujian. Ujian kompetensi ini memang sudah online. Peserta menjawab 100 soal yang ditampilkan di layar komputer.
Tiga orang terlihat menunggu peserta datang. Mereka adalah panitia ujian ini. Salah seorang yang tampak senior adalah OrÂsida. Ia pengawas dari Lembaga Penjaminan Mutu Pendidikan (LPMP) Kemendikbud.
Orsida terlihat mondar-manÂdir di depan ruangan. Berkali-kali pandangannya meÂnuju ke arah pintu gerbang seÂkoÂlah dan anak tangga.
“Sudah jam berapa ini kok belum ada yang datang juga ya? Padahal kalau tidak salah, ada 40 orang guru yang akan mengikuti UKG hari ini†ujar Orsida kepada wanita anggota panitia ujian di sekolah ini.
Wanita berkerudung yang tadi diajak bicara lalu menyerahkan dua lembar kertas yang berisi dafÂtar nama. Orsida pun menerima kertas yang diberikan dan mulai memeriksanya.
“Kami sudah stand by dari jam 7 pagi tadi, tapi sudah berapa jam baru satu orang yang datang. Coba dicek lagi, siapa tahu peÂserta belum menerima undangan seperti yang terjadi selama ini,†pintanya kepada wanita tadi.
Sesuai jadwal, peserta diminta hadir paling lambat pukul 7.30 pagi. Ada waktu setengah jam pagi peserta untuk berlatih seÂbelum mengikuti ujian yang diÂmuÂlai pukul 8 pagi. Ujian selesai pukul 10 pagi.
Sekitar pukul 10 pagi pintu ruaÂngan pun diketuk dari luar. SeÂorang perempuan paruh baya meÂngenakan baju merah dan keÂruÂdung krem berdiri di depan pintu sambil menenteng map kertas.
“Saya Ainal J Mardiah, guru dari SDN Kamal Pagi, Jakarta BaÂrat. Kemarin saya dapat unÂdangan suruh tes UKG di sini. Apa benar tempatnya?†kata waÂnita itu memperkenalkan diri sambil bertanya.
Rekan Orsida langsung memÂpersilakannya Ainal masuk ke daÂlam ruangan dan duduk di depan komputer yang layarnya sudah menyala. Ainal lalu diminta unÂtuk mengisi daftar hadir.
“Sekarang silakan Ibu mengisi data di komputer sesuai nomor peÂserta dan nomor TUK. Kami akan berikan waktu setengah jam unÂtuk ibu latihan soal. Kalau suÂdah, nanti ada waktu dua jam unÂtuk menjawab soal,†terang Orsida.
Ainal cukup lama mengÂhaÂbisÂkan waktu untuk mengetik data-data di kolom yang ada di layar. Tanpa menggunakan mouse wanita ini mengurut secara perÂlaÂhan tombol-tombol yang ada di papan keyboard.
Berkali-kali, dia memanggil panitia dan bertanya cara mengisi perintah yang ditampilkan di laÂyar komputer. Tolong saya biÂngung isinya. Terus terang saya gaptek,†aku Ainal.
Belum lama Ainal duduk di deÂpan meja komputer, tiga orang seÂcara bersamaan datang ke ruaÂngan ujian. Sama seperti Ainal, mereka diminta mengisi perintah yang ada di layar komputer.
“Kalau mengacu pada geÂlomÂbang sebelumnya, pelaksanaan tes itu dilakukan secara berÂsama. Tapi karena ini baru 4 dari 40 orang yang tercatat sebagai peÂserta, maka tes dilakukan berÂdaÂsarÂkan yang ada saja,†kata Orsida.
“Tadi kami sudah coba huÂbuÂngi peserta yang lain. Sepertinya peserta yang lain tidak akan hadir. Jadi kita tidak perlu menunggu lagi,†katanya.
Akhirnya, ujian pun dimulai. Keempat peserta terlihat serius di depan layar komputer masing-masing. Tidak ada suara yang keluar dari mulut mereka.
Setelah sejam mulai tampak eksÂpresi lelah di wajah mereka. BeÂberapa kali peserta peÂngerÂnyitkan dahi saat melihat soal di layar.
“Tinggal sepuluh menit lagi, jadi segera dipercepat peÂkerÂjaÂanÂnya. Proses ini sudah diatur seÂcara otomatis. Bila sudah habis waktunya, komputer akan terÂkunci sendiri tanpa harus kita kenÂdalikan,†kata Orsida meÂngingatkan.
Hasilnya Langsung Keluar, Semuanya Nggak Lulus
Uji kompetensi guru ini sudah menggunakan sistem komputer online. Hasilnya bisa diketahui beberapa saat setelah ujian. Orsida, pengawas ujian di SMA Negeri 78 mengatakan, deÂnÂgan sistem ini bisa mengÂhemat wakÂtu pemeriksaan hasil ujian.
“Seluruh jawaban peserta lanÂgÂsung terkunci dan dijawab deÂÂngan sistem online yang langÂsung terhubung dengan pusat. KaÂlau sudah selesai, jawaban suÂdah bisa diketahui dan di-print unÂtuk pegangan peserta,†ujarnya.
Kamis itu, hanya empat guru yang mengikuti ujian. Menurut Orsida, semuanya tidak lulus. “Buat lulus tes UKG ini, peserta harus mendapatkan nilai miÂnimal 71. Sedangkan tadi rata-rata hanya 40-50 saja nilai yang mereka dapat,†bebernya.
Karena tidak lulus, para peÂserta ini diwajibkan mengikuti pendidikan dan latihan (diklat) lagi pada 2013. “Ini untuk meÂnamÂbah wawasan para guru dalam melakukan proses belaÂjar-mengajar,†tegasnya.
Ainal J Mardiah, guru di SDN Kamal Pagi, Jakarta Barat yang jadi peserta ujian mengaku haÂnya mampu menjawab 40 soal deÂÂngan benar dari 100 soal yang diÂtampilkan di layar. Skornya 42.
“Terus terang, berbagai peÂraÂsaan menyelimuti saya saat ini. Saya malu, menyesal dan keÂcewa karena tidak bisa lulus,†ungkapnya.
Padahal, November nanti dia akan pensiun setelah menjadi guru selama 40 tahun. “Tapi di masa terakhir jabatan saya seÂbaÂgai guru, ternyata kemamÂpuÂan saya sangat mengÂeÂceÂwaÂkan,†katanya.
Menurut Ainal, ada beberapa kenÂdala yang dihadapinya saat mengikuti ujian. Pertama, dia tiÂdak lihat menggunakan komÂpuÂter. Banyak waktu terbuang unÂtuk mengoperasikan komputer.
“Kedua, karena memang saya sudah lupa dan tidak pernah beÂlaÂjar lagi. Makanya ketika diÂtaÂnya soal tentang pedagogik (penÂdidikan) dan profesional, saya tidak bisa menjawabnya,†katanya dengan wajah murung.
FX Agus Ariwibowo, guru di SD Bunda Hati Kudus, Grogol juga tak lulus. Ia beralasan maÂteri ujian tak sesuai dengan mata pelajaran keahliannya.
“Selama 16 tahun ini, saya haÂnya mengajar mata pelajaran bahasa Inggris saja. Tapi tadi saya diberi soal umum dan sama sekali tidak disinggung tentang studi bahasa Inggris. Masih baÂgus saya bisa jawab karena ingat-ingat pelajaran masa lalu,†ungkapnya.
Menteri Pendidikan dan KeÂbudayaan Mohammad Nuh meÂngatakan para uji tak perlu khaÂwatir terhadap uji komÂpetensi ini. Menurut dia, ujian ini salah satu upaya untuk meÂmotret kuaÂlitas guru.
Sudah Meninggal Kok Masih Terdaftar Sebagai Peserta
Panitia Uji Kompetensi Guru (UKG) menyesalkan baÂnyak guru yang tidak mengikuti ujian ini. Padahal, nama mereka sudah terdaftar sebagai peserta.
Dari 40 peserta terdaftar haÂnya empat guru yang mengikuti ujian di SMA Negeri 78, Jakarta Barat, Kamis lalu. Orsida, paniÂtia ujian di seÂkoÂlah itu sampai perlu mengÂhuÂbungi para peserta satu per satu untuk meminta meÂreka segera hadir.
“Banyak yang saya telepon mengaku tidak tahu kalau dirinya tercatat sebagai peserta UKG. Mereka belum menerima surat undangan dari Suku Dinas (Pendidikan),†terangnya. SeÂbelum mengikuti ujian, guru akan mendapatkan unÂdaÂngan. Di dalam undangan diÂcanÂtumkan waktu dan tempat ujian.
Yang mengejutkan Orsida, beberapa data peserta yang tidak sesuai lagi. Ada guru yang sudah tidak mengajar di sekolah itu karena dimutasi . Tapi nama mereka tetap terdaftar sebagai peserta dari sekolah itu.
Ada juga yang guru yang penÂsiun tapi tetap terdaftar seÂbaÂgai peserta. “Anehnya lagi, ada peserta yang kita hubungi sekolahnya ternyata yang berÂsangkutan sudah meninggal dunia sejak setahun lalu. Aneh juga sih kok sudah meninggal masih aja tercatat sebagai peÂserta,†ungkapnya.
Orsida yang berasal dari LemÂbaga Penjaminan Mutu PenÂdidikan (LPMP) KemenÂteÂrian Pendidikan dan KebÂuÂdaÂyaÂan ini berpendapat minimnya peÂserta UKG gelombang kedua ini karena pemerintah daerah kurang sosialisasi.
Juga karena tidak rapinya administrasi kepegawaian guru. “Banyak mereka yang tidak tahu namanya terdaftar peserta ujian,†katanya.
Pendapat Orsida ada beÂnarÂnya. Ainal J Mardiah, guru di SDN Kamal Pagi, Jakarta Barat mengaku bingung saat meÂneÂrima undangan mengikuti uji kompetensi.
Namanya tak terdaftar saat ujian gelombang pertama Juli-Agustus. Pada gelombang keÂdua ini dia didaftarkan sebagai peserta ujian. Padahal tak lama dia akan pensiun.
“Saya ini bulan besok (NoÂvember) akan pensiun sebagai guru. Kalau sekarang saya ikut, apa ada pengaruhnya? Kan perbaikan kurikulum itu kataÂnya tahun depan,†ungkapnya.
“Tapi karena ingin patuh dan juga mau tahu kualitas keÂmamÂpuan, akhirnya saya ikut juga tes UKG ini. Ternyata saya tidak lulus,†katanya sedih. [Harian Rakyat Merdeka]
Populer
Selasa, 08 Oktober 2024 | 10:03
Senin, 07 Oktober 2024 | 04:21
Senin, 30 September 2024 | 05:26
Sabtu, 05 Oktober 2024 | 03:45
Minggu, 29 September 2024 | 23:46
Rabu, 09 Oktober 2024 | 06:46
Senin, 07 Oktober 2024 | 14:01
UPDATE
Rabu, 09 Oktober 2024 | 22:05
Rabu, 09 Oktober 2024 | 22:00
Rabu, 09 Oktober 2024 | 21:46
Rabu, 09 Oktober 2024 | 21:34
Rabu, 09 Oktober 2024 | 21:24
Rabu, 09 Oktober 2024 | 21:15
Rabu, 09 Oktober 2024 | 20:59
Rabu, 09 Oktober 2024 | 20:54
Rabu, 09 Oktober 2024 | 20:43
Rabu, 09 Oktober 2024 | 20:22