Menurut pria yang meÂngeÂnakan kaos warna hitam ini, ruÂmah dinas ini sudah lama kosong sejak Prijanto menyatakan munÂdur dari wakil gubernur. “Dia (PriÂjanto) terakhir menempati rumah ini Desember tahun lalu. Setelah itu kosong terus hingga sekarang ini,†katanya.
Pria berusia 30 tahun ini meÂngungkapkan, beberapa pejabat Pemerintah Propinsi DKI Jakarta sempat datang dan membeÂriÂtaÂhuÂkan bahwa rumah dinas ini akan ditempati Basuki Tjahaja PurÂnaÂma, wakil gubernur yang baru.
“Dua hari lalu datang kemari dan meminta lantai dan kaca agar dibersihkan biar terlihat bersih saat digunakan nanti,†katanya.
Selain meminta dibersihkan, peÂjabat itu meminta agar rumah dicat ulang. Sebab, banyak bagiÂan ruÂmah yang catnya sudah mengelupas.
Rencananya, gubernur dan wakil gubernur baru dilantik pada 7 Oktober 2012. Basuki yang akÂrab disapa Ahok kemungkinan tak bisa langsung menempati rumah dinas setelah dilantik. Sebab, pengecatan belum selesai. “Mungkin seminggu setelah pelantikan baru bisa dipakai,†kata Asman.
Rumah dinas wakil gubernur DKI Jakarta berada di deretan ruÂmah dinas pejabat negara di Jalan Denpasar, Kuningan, JaÂkarta SeÂlaÂtan. Rumah seluas 400 meter perÂsegi dikelilingi pagar besi seÂtinggi 1,5 meter. Pagarnya dicat warna putih. Pagar sebelah kanan sudah tertutup tanaman merambat.
Akses ke dalam rumah melalui dua pintu. Pintu di sebelah kiri diÂbuat lebar karena untuk keluar-masuk kendaraan. Sedangkan pintu di sebelah kanan ukuranÂnya kecil. Pintu untuk keluar-masuk orang.
Di belakang pintu untuk keÂluar-masuk kendaraan dibangun pos jaga. Ukurannya tak besar. Hanya bisa ditempati seorang petugas jaga.
Di depan rumah terhampar haÂlaÂman yang cukup luas. PeÂkaÂraÂngan itu ditutupi cone block. Carport menyatu dengan halaman ini. Kanopi lebar menaungi temÂpat parkir mobil ini. Motor YaÂmaha Mio milik penjaga rumah diparkir di sini.
Di belakang carport terdapat garasi yang tertutup rapat. Teras terletak di samping kanan garasi. Teras ini kosong. Tak ada kursi maupun meja untuk tempat tamu menunggu maupun untuk seÂkadar santai.
Dari luar terlihat pintu dan jenÂdela di teras lantai dua rumah terÂtutup rapat. Cat tembok di lantai dua rumah ini terlihat banyak yang mengelupas.
Ahok enggan untuk menempati rumah dinas ini. Ia lebih memilih tinggal di rumah barunya di PanÂtai Mutiara, Jakarta Utara. AlaÂsanÂnya rumah pribadinya lebih besar ketimbang rumah dinas wakil gubernur.
“Sudah dipersiapkan rumah yang lebih besar. Kalau terpilih kita akan pindah ke sana. Kalau tidak, ya dijual saja,†katanya. NaÂmun dia menyebutkan berapa luas rumah barunya ini.
Menurut Ahok, dia sudah memÂbangun rumah ini sejak 1,5 taÂhun lalu. Ditargetkan selesai pada akhir tahun ini.
Veronica, istri Ahok pun meÂngaÂkui mereka akan pindah ke rumah baru di Pantai Mutiara. “KaÂlau sudah jadi, Desember menÂdatang pindah ke sana,†katanya. Saat ini keluarga Ahok tinggal di Muara Karang yang juga terletak di Jakarta Utara.
Jokowi Bawa Koleksi Album Rock Ke Rumah Dinas Gubernur
Terpilih menjadi gubernur DKI Jakarta, Joko Widodo akan memboyong keluarganya untuk tinggal di rumah dinas gubernur.
Ia juga akan memboyong berÂbagai macam barang pribadinya ke rumah dinas gubernur DKI. Apa saja yang dibawa? Wali Kota Surakarta ini tidak lupa memÂbawa koleksi kaset dan CD musik rock miliknya.
“Kaset-kaset lama saya bawa. Saya punya 30 kaset album rock, Napalm Death, Scorpion, Deep Purple, Judas Priest, Metallica, Led Zeppelin. Banyak mas, seÂmua saya bawa ke Jakarta,†katanya.
Jokowi mengatakan, kaset-kaset tersebut ia kumpulkan seÂbeÂlum menjadi pejabat publik. SeÂlama ini ia dikenal gemar menÂdengarkan musik-musik cadas era 1970-an. Tak heran jika koÂlekÂsi album musik rock masuk daftar pertama barang pribadi yang akan dibawa ke Jakarta.
Ia mengaku tidak akan memÂbawa banyak barang saat pinÂdaÂhan ke Jakarta. Dirinya hanya akan membawa beberapa paÂkaian, dan dua sepatu pantofel yang setia menemaninya selama menjabat sebagai orang nomor satu di Solo.
“Saya cuma punya dua pasang sepatu, itu mau saya bawa. Trus kaÂlau nggak dibawa ke Jakarta paÂkai apa? Masak nyeker,†katanya.
Selain itu, dirinya juga akan membawa sejumlah lukisan cat minyak koleksinya. Lukisan-luÂkisan tersebut selama ini dipajang di teras belakang Loji Gandrung. “Mungkin lukisannya tidak semua,†katanya.
Selain menyukai musik rock, Jokowi juga mengaku senang melihat lukisan untuk mencari inspirasi. Jokowi juga berencana menghibahkan sejumlah barang miliknya kepada keluarga dan warga sekitar rumahnya yang berada di Sumber, Banjarsari, Surakarta.
Tercatat beberapa kemeja baÂtik, sejumlah kain batik tulis, memorabilia dan lusinan buku siap diberikannya kepada yang berminat.
Untuk koleksi barang antiknya seperti belasan topeng kayu, mÂeÂbeler dan perabot yang ada di Loji, Jokowi memilih meÂnyimÂpanÂnya di rumah pribadi di Sumber.
Istri Jokowi, Iriana, mengaku seÂdang menyeleksi buku-buku miÂlik suaminya sebelum dihiÂbahÂkan. Menurutnya, ada beberapa buku yang belum sempat dibaca suaminya.
“Kami punya banyak buku. Kalau anak-anak suka biasanya langsung dibeli. Saya dan Pak Joko suka beli buku juga, jadinya banyak sekali bukunya. SayÂangÂnya belum semua sempat diÂbaca,†katanya.
Selain menyeleksi buku, Iriana memikirkan puluhan tanaman hias yang ada di halaman Loji Gandrung. Tanaman penyejuk rumah dinas itu rencananya juga akan ia boyong ke rumah pribadi.
“Tanaman-tanaman itu milik Pak Joko. Paling nanti minta orang memindahkannya ke ruÂmah (rumah pribadi di Sumber) atau untuk menghias showroom mebel,†katanya.
Pekan Depan, Foke Angkat Kaki Dari Taman Surapati
Kemarin, KPU DKI telah menetapkan Joko Widodo dan Basuki Tjahaja Purnama seÂbagai gubernur dan wakil guÂberÂnur Jakarta yang baru.
Hingga sehari sebelum pÂeÂneÂtapan ini, Fauzi Bowo masih meÂnempati rumah dinas guÂberÂnur di Jalan Taman Suropati NoÂmor 7, Menteng, Jakarta Pusat.
“Pak Fauzi Bowo sampai masih tinggal di rumah dinas bersama istrinya,†kata MaÂhenÂdra, petgas jaga di rumah dinas gubernur DKI saat ditemui Jumat lalu.
Menurut dia, ketiga anak FauÂzi Bowo sudah pindah ke rumah pribadi Jalan Teuku Umar NoÂmor 24, Menteng, Jakarta Pusat. “Pindahnya sudah minggu lalu. Tapi kadang masih sering main ke sini karena memang jaraknya dekat,†kata pria berkulit sawo matang ini.
Mahendra mengungkapkan, setelah pilgub DKI putaran keÂdua, Fauzi Bowo tetap beÂrangÂkat ke kantor dari rumah dinas. Pulangnya juga ke sini.
Di ujung masa jabatan FauÂzi Bowo, aktifitas di rumah diÂnas gubernur tak berkurang. MaÂsih banyak orang yang berÂtamu ke sini.
Petugas yang berjaga di ruÂmah ini juga tak dikurangi. MeÂnurut Mahendra, setiap hari ruÂmah dinas ini tetap dijaga semÂbilan orang.
Menurut Mahendra, Fauzi Bowo sudah mengangkuti beÂberapa barang pribadi ke rumah di Teuku Umar. Namun dia tak tahu kapan Fauzi bakal angkat kaki dari sini.
Sejak hasil hitung cepat (quick count) menunjukkan pasangan Joko Widodo-Basuki Tjahaja Purnama unggul dalam Pilgub DKI putaran kedua, Fauzi Bowo mulai mengangkuti barang-barang pribadinya deÂngan truk. Di antaranya guci beÂsar dan koleksi tanaman hias.
Humar Ambiya Bowo, anak suÂlung Fauzi Bowo memÂbeÂnarkan sebagian barang pribadi yang ada di rumah dinas itu suÂdah mulai dipindahkan.
Ia mengatakan, bahwa hal ini memang harus dilakukan seteÂlah melihat hasil hitung cepat. “Ya memang harus pindah. Ya mau gimana lagi,†katanya saat itu.
Ketua Media Center Foke-Nara, Kahfi Siregar meÂngaÂtakan, kepindahan Fauzi Bowo dari rumah dinasnya menunggu KPU DKI Jakarta menetapkan pasangan gubernur dan wakil gubernur baru.
Dalam aturan yang ada, lanjut Kahfi, seminggu sebelum peÂlantikan gubernur terpilih, Fauzi Bowo harus meninggalkan ruÂmah dinasnya. Pelantikan guÂberÂnur dan wakil gubernur terÂpilih akan dilakukan 7 Oktober 2012.
“Sudah mulai beres-beres, buku-buku dan lemari sudah dipindahkan,†kata Kahfi.
Rumah dinas Gubernur DKI JaÂkarta berada persis di bunÂdaÂran Taman Suropati. BerÂdaÂmÂpingan dengan kediaman Duta Besar India. Rumah dua lantai yang berdiri di lahan seluas 1.100 meter persegi ini nampak asri karena banyak ditumbuhi pohon besar.
Pagar rumah hanya setinggi 1,5 meter. Gerbang masuk beÂraÂda di dua sisi kanan dan kiri. Pintu sebelah kiri selebar tiga meter dalam keadaan tertutup rapat. Di belakangnya dibangun pos penjagaan yang hanya bisa ditempati seorang petugas. Satu petugas keamanan terlihat berÂdiri di pos tersebut sambil meÂmeÂgang handy talky (HT).
Pintu utama berada di sebelah kanan. Di pintu ini mempunyai lebar yang sama yaitu tiga meter dalam keadaan terbuka. Di belakang pintu masuk terdapat pos penjagaan yang bisa meÂnamÂpung tiga orang. Beberapa petugas kepolisian yang mengeÂnakan seragam dan satpam terlihat duduk santai di pos penjagaan.
Di samping pos penjagaan terparkir tiga voorijder dan NisÂsan X-trail, kendaraan pengawal gubernur. Di teras rumah terÂparkir satu Toyota Land Cruiser warna hitam mobil dinas Fauzi Bowo.
Pernah Jadi Kantor Dharma Wanita & PKK
Rumah dinas gubernur DKI JaÂkarta di Taman Suropati diÂbaÂngun untuk tempat tinggal para wali kota Jakarta di era Belanda.
Yang pertama kali menemÂpati rumah itu adalah Mr. GJ BissÂchop, burgermeester (wali kota) pertama dari GÂeÂmeenÂteraad BaÂtavia yang memeÂrinÂtah BaÂtavia sejak tahun 1916 samÂpai 29 Juni 1920.
Bangunan dirancang Ir KuÂbath di atas areal tanah bekas eigendom. Bangunan berlantai dua dengan ruangan tambahan (paviliun) yang berada di sebeÂlah timur bangunan utama dan gudang yang berada di sebelah baratnya dengan luas keseÂluÂruÂhannya sekitar 1.100 m2.
Dindingnya terbuat dari batu bata dengan genteng yang berÂwama hijau. Bangunan ini berÂdiri di atas kavling hoek yang keÂmuÂdian diisi dengan rumah inÂduk yang agak bersegi empat (kuadÂrat) dengan dua tambahan baÂngunan pendek. Tambahan yang lebih panjang ini diÂlengÂkapi deÂngan teras yang seteÂngah berÂatap dan setengah terÂbuka (bundar).
Atap perisai yang tinggi dan agak curam mengimbangi kesan bidang besar tembok muka yang bersegi empat. Komposisi baÂngunan menghasilkan dinamika yang tanggap terhadap Taman Suropati di hadapannya.
Bangunan di sebelah barat daÂhulu berfungsi sebagai gudang. Kemudian digunakan sebagai kamar para penjaga, gudang dan garasi. Bangunan paviliun terÂdiri dari teras, ruang tamu, dua kaÂmar tidur dan kamar mandi.
Bangunan yang dibangun pada pertengahan abad ke-20 ini bentuknya masih asli, hanya terdapat perbaikan di dalam dan di luar gedung. Semula atapnya terbuat dari genting kodok keÂmudian diganti dengan genteng monir wama hijau.
Sejak dibangun hingga masa Jepang, gedung tersebut diperÂguÂnakan untuk rumah tinggal wali kota Jakarta. Kemudian tahun 1949 dipergunakan sebaÂgai rumah dinas wali kota JaÂkarta pemerintahan republik.
Beberapa wali kota dan guÂbernur yang pernah tinggal di rumah tersebut antara lain: Wali Kota Suwirjo, Syamsurijal, SuÂdiro, Gubernur Sumamo, Henk Ngantung, Wiyogo AdmoÂdarÂminÂto dan Sutiyoso. Di masa GuÂbernur Ali Sadikin, gedung terÂsebut dipakai untuk kegiatan Dharma Wanita dan PKK.
Di masa Ali Sadikin, rumah itu hanya dipakai sesekali saja untuk acara resmi. Di masa Fauzi Bowo, setiap Lebaran, digelar open house di rumah dinas ini. [Harian Rakyat Merdeka]
Populer
Selasa, 08 Oktober 2024 | 10:03
Senin, 07 Oktober 2024 | 04:21
Senin, 30 September 2024 | 05:26
Sabtu, 05 Oktober 2024 | 03:45
Rabu, 09 Oktober 2024 | 06:46
Senin, 07 Oktober 2024 | 14:01
Rabu, 09 Oktober 2024 | 01:53
UPDATE
Kamis, 10 Oktober 2024 | 07:48
Kamis, 10 Oktober 2024 | 07:38
Kamis, 10 Oktober 2024 | 07:31
Kamis, 10 Oktober 2024 | 07:17
Kamis, 10 Oktober 2024 | 06:50
Kamis, 10 Oktober 2024 | 06:20
Kamis, 10 Oktober 2024 | 05:50
Kamis, 10 Oktober 2024 | 05:25
Kamis, 10 Oktober 2024 | 04:58
Kamis, 10 Oktober 2024 | 04:30