Berita

Ansyaad Mbai

Wawancara

WAWANCARA

Ansyaad Mbai: 80 Persen Mahasiswa Menolak Pancasila

RABU, 19 SEPTEMBER 2012 | 09:11 WIB

Ketua Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT) Ansyaad Mbai mengaku telah mengurai jaringan terorisme yang belakangan bermunculan di Indonesia.

“Jaringan terorisme ini rumit tapi kami berhasil mengurainya. Ternyata mereka saling berkaitan meski sepintas terlihat berdiri sendiri-sendiri,” kata  Ansyaad Mbai kepada Rakyat Merdeka saat ditemui di kantornya, Senin (17/9).

Menurut, aksi terorisme yang mun­cul semua bersumber dari ra­dikalisme, sehingga pemerintah merasa perlu membuat program dan blue print dalam melakukan pen­cegahan  dan perkem­bangan­nya.

“Saat ini kami sedang mem­buat blue print untuk mem­be­ran­tas dan mencegah pe­nye­bar­annya yakni program anti radi­kal­isme,” ujarnya.

 

Berikut kutipan selengkapnya:


Apa yang telah diurai BNPT itu?

Belakangan ini terjhadi aksi teror di Solo, Depok, dan Tam­bo­ra. Tapi kami sudah menelusuri masalah teror ini dari Bali. Dari pe­ngem­bangan itu kita me­nang­kap lagi yang namanya kelompok 11.


Siapa saja kelompok 11 itu?

Kelompok 11 itu, satu dari Jakarta, ada empat dari Medan, satu dari Palembang, dua dari Bandung, dua  dari Solo dan satu dari Jawa Timur. Setelah terung­kap ternyata kelompok ini sudah mengumpulkan dana sampai Rp 8 miliar dari bisnis MLM online.

Dari penelusuran kami, dana-dana itu ternyata sudah dipakai untuk membiayai bom Solo dan pelatihan di Poso sebanyak 19 ang­katan.

Selain itu dana itu digunakan untuk membeli senjata, termasuk membeli bahan membuatan bom, serta melatih calon-calon  pe­ngan­tin. Begitulah rangkaian te­roris ini, rumit jaringannya.

Apa ada keterkaitan dengan teroris di Ambon?

Ini saling berkaitan. Kalau kita lihat sepintas seakan-akan aksi mereka berdiri sendiri. Setelah aksi di Depok ternyata kita me­nang­kap 3 teroris di Ambon.  Me­reka mempersiapkan senjata dan amunisi  untuk beroperasi di Ma­kassar.

 

Maksudnya mereka dalam organisasi yang sama?

Ya. Mereka memang satu orga­nisasi. Kalau dilihat sepintas se­olah berdiri sendiri seperti ke­lom­pok Ambon sendiri, Solo sendiri, De­pok sendiri, Medan sendiri, dan Poso sendiri. Tapi sebenarnya mereka berkaitan.

Kalau ada yang bilang ini ke­lompok baru, tapi kalau me­nurut saya baru ketangkap saja.

Mereka itu sama sekali bukan baru, karena kalau ditarik tokoh-to­kohnya pasti berkaitan, yakni kelompok jaringan Negara Islam Indonesia (NII).

Apa saja yang sudah dipeta­kan BNPT?

Kita sudah melakukan peme­ta­an, kalau dibentangkan  dari jaringan Kartosoewirjo sampai DII, NII, Abu Bakar Ba’asyir, ope­rasi JAT dan lainnya,  data jaringan teroris itu panjangnya sampai lima meter, ha-ha-ha.


Apa induknya di NII?

Itu kan memang jaringan lama dan memang direncanakan dipe­cah-pecah. Tapi ideologinya toh tetap sama, yakni mendirikan Ne­gara Islam versi mereka, yakni  me­nentukan khilafah versi me­re­ka dan syariat islam versi me­reka. Versi mereka ini lah yang ber­ben­turan dengan versi Islam mod­erat se­karang. Jaringan itu kalau di­kem­balikan ke induknya sama semua arahnya.


Apa sulit menemukan jaring­an ini?

Tidak juga. Buktinya jaringan ini sudah terurai dan terbaca semuanya. Dari bukti-bukti yang ditemukan semakin hari semakin muncul. Ternyata semua aksi teror memiliki keterkaitan satu dan lainnya.


Dengan siapa BNPT mem­bongkar jaringan itu?

Kami bekerja sama dengan berbagai mitra kerja, salah sa­tunya mitra kita NII Crisis Center.


Dengan siapa BNPT mem­bongkar jaringan itu?

Kami bekerja sama dengan berbagai mitra kerja, salah sa­tunya mitra kita NII Crisis Center.


Loh kenapa dengan NII Crisis Center?

Ya. Dulu kan mereka adalah anggota NII. Mereka sendiri yang datang bergabung dengan BNPT berdasarkan kesadarannya sen­diri dan kita bekerja sama dengan mereka.

Kami memantau penyebaran ideologi radikalime, karena me­re­ka sangat tahu cara dan pola pe­nyebaran yang dilakukan teman-temannya.


Penyebaran terorisme dila­kukan di mana saja ?

Antara lain NII melakukan pe­nyebaran melalui rohis dan kampus. Mestinya kan rohis me­nyebarkan hal-hal yang positif tapi malah disusupi ideologi ra­dikal yang disebarkan sede­mikian rupa.

Saya sendiri sudah dua kali di­un­dang forum purek tiga se-Ja­bo­detabek, dan seluruh Indo­nesia. Dari pertemuan itu semua purek tiga menyampaikan keluh­an yang sama bahwa gerakan radikalisme di kampus sudah membuat mereka kewalahan. Mereka minta bantuan peme­rintah untuk turun tangan.


Apa sudah dilakukan pe­ne­litian sebelumnya?

Sudah pasti. Kami sudah minta beberapa LSM melakukan pe­nelitian dan hasilnya memang rohis dan kampus rentan terhadap radikalisme.

Di kampus penelitian yang dilakukan LIPI. Hasilnya cukup mengejutkan bahwa kampus ber­potensi berkembang radi­kalisasi. Di kampus itu ada 80,6 persen ma­hasiswa menolak Pancasila se­bagai ideologi bangsa. Kemudian yang di SMA-SMA itu rohis dan OSIS itu sudah dipengaruhi NII.


Kenapa siswa menjadi sa­saran?

Alasannya siswa SMA dan Ma­hasiswa memiliki pemikiran yang sangat kritis, idealisme tinggi, ingin perubahan. Dalam si­tuasi politik sekarang ini mere­ka mencari model mana yang te­pat untuk melakukan perjuangan. Sayangnya yang ditemukan mo­del yang  penting memusuhi pe­merintah. Mereka anggap itu menarik sehingga jaringan teroris masuk mempengaruhi mereka.


Kenapa dulu tidak bisa ma­suk?

Dulu mereka tidak bisa masuk karena undang-undang kita keras. Kebijakan pemerintah di kegiatan kampus sangat kuat sekali. Selain itu, saya kira salah satunya dulu ada pelajaran Pancasila yang men­jadi pelajaran dasar berne­gara yang sekarang sudah terge­ser.


Apa upaya pencegahan yang dilakukan BNPT?

Kita saat ini punya program kontra radikalisasi. BNPT sudah melaporkannya kepada pimpinan di atas dan sudah dilakukan rapat koordinasi yang dipimpin Wa­pres. Saat ini sedang disusun sua­tu blue print yang akan menjadi program nasional untuk men­ce­gah meluasnya radikalisasi. [Harian Rakyat Merdeka]


Populer

Camat Madiun Minta Maaf Usai Bubarkan Bedah Buku ‘Reset Indonesia’

Selasa, 23 Desember 2025 | 04:16

Adik Kakak di Bekasi Ketiban Rezeki OTT KPK

Senin, 22 Desember 2025 | 17:57

Ketika Kebenaran Nasib Buruh Migran Dianggap Ancaman

Sabtu, 20 Desember 2025 | 12:33

Kajari Bekasi Eddy Sumarman yang Dikaitkan OTT KPK Tak Punya Rumah dan Kendaraan

Sabtu, 20 Desember 2025 | 14:07

OTT KPK juga Tangkap Haji Kunang Ayah Bupati Bekasi

Jumat, 19 Desember 2025 | 03:10

Uang yang Diamankan dari Rumah Pribadi SF Hariyanto Diduga Hasil Pemerasan

Rabu, 17 Desember 2025 | 08:37

Terlibat TPPU, Gus Yazid Ditangkap dan Ditahan Kejati Jawa Tengah

Rabu, 24 Desember 2025 | 14:13

UPDATE

Bank Mandiri Berikan Relaksasi Kredit Nasabah Terdampak Bencana Sumatera

Jumat, 26 Desember 2025 | 12:12

UMP Jakarta 2026 Naik Jadi Rp5,72 Juta, Begini Respon Pengusaha

Jumat, 26 Desember 2025 | 12:05

Pemerintah Imbau Warga Pantau Peringatan BMKG Selama Nataru

Jumat, 26 Desember 2025 | 11:56

PMI Jaksel Salurkan Bantuan untuk Korban Bencana di Sumatera

Jumat, 26 Desember 2025 | 11:54

Trump Selipkan Sindiran untuk Oposisi dalam Pesan Natal

Jumat, 26 Desember 2025 | 11:48

Pemerintah Kejar Pembangunan Huntara dan Huntap bagi Korban Bencana di Aceh

Jumat, 26 Desember 2025 | 11:15

Akhir Pelarian Tigran Denre, Suami Selebgram Donna Fabiola yang Terjerat Kasus Narkoba

Jumat, 26 Desember 2025 | 11:00

Puan Serukan Natal dan Tahun Baru Penuh Empati bagi Korban Bencana

Jumat, 26 Desember 2025 | 10:49

Emas Antam Naik, Buyback Nyaris Tembus Rp2,5 Juta per Gram

Jumat, 26 Desember 2025 | 10:35

Sekolah di Sumut dan Sumbar Pulih 90 Persen, Aceh Menyusul

Jumat, 26 Desember 2025 | 10:30

Selengkapnya