Rumah yang terletak di KamÂpung Warung Jambu, RT 03 RW 08, Desa Susukan, Bojonggede, Kabupaten Bogor ini menjadi saÂsaran penggerebekan Detasemen Khusus (Densus) 88 Antiteror Mabes Polri Senin pagi (10/9). Penghuni rumah ini diduga meÂmiliki kaitan dengan peristiwa meÂledaknya bom di Beji, Depok dua hari sebelumnya.
Saat penggerebekan, polisi yang dilengkapi senjata laras panÂjang tak menemukan satu pun orang di rumah ini. Polisi hanya meÂngamankan sejumlah benda yang dimasukkan dalam kardus bekas pembungkus mie instan.
Polisi juga membawa Arif Hidayat, 35 tahun, yang tinggal tak jauh dari rumah ini, untuk dimintai keterangan. Arif diduga kenal dengan penghuni rumah yang digerebek.
Kemarin, Rakyat Merdeka menÂdatangi rumah yang diduga digÂuÂnaÂkan kelompok pelaku teror unÂtuk menyimpan senjata dan bom.
Cukup sulit menemukan lokasi rumah yang letaknya terpencil ini. Posisinya, jauh dari keraÂmaiÂan juga dengan rumah lainnya. Di sekitar rumah ini masih berupa tanah kosong dan kebun yang diÂpenuhi semak belukar serta peÂpohonan tinggi.
Ada dua jalur yang bisa ditemÂpuh untuk menemukan lokasi ruÂmah ini. Pertama melewati Villa Asia yang berada sekitar 1 km dari Stasiun Bojonggede. Setelah berjalan sekitar 15 menit di atas jalan perumahan yang aspalnya suÂdah mulai rusak, Anda akan meÂnemukan hamparan tanah koÂsong yang banyak dipenuhi ilaÂlang liar yang cukup tinggi.
Untuk mencapai rumah itu meÂlewati jalan setapak yang dilapisi batu cone block. Jalan selebar seteÂngah itu sudah tak rata lagi. Hanya bisa dilalui kendaraan roda dua atau berjalan kaki.
Akses kedua bisa ditempuh deÂngan memotong rel kereta seÂbelum persimpangan jalan antara Bojonggede dan Cilebut. Itu bisa diketahui dengan memperhatikan secara seksama plang nama yang bertuliskan Kampung Warung Jambu di pinggir Jalan Raya BoÂjonggede.
Sama seperti jalur sebelumnya, jalan di sini hanya bisa dilewati dengan kendaraan roda dua saja. Setelah melintasi rel, akan meleÂwati jalan perkampungan sekitar 500 meter untuk tiba di lokasi.
Rumah yang digerebek polisi terletak di blok di pinggiran jalan setapak. Berbatasan dengan kebun dan tanak kosong. Blok ini terdiri dari enam rumah. Model, corak dan ukurannya relatif sama.
Hanya warna catnya saja yang membedakan rumah satu dengan rumah yang lain. Keenam rumah di blok ini berhadap-hadapan. Tiga di sisi kanan jalan. Tiga di sisi kiri. Semuanya tak memiliki pagar maupun nomor rumah.
Rumah diduga dihuni anggota kelompok pelaku teror berada di urutan tiga di sebelah kiri jalan. Dibanding rumah lainnya di blok ini, rumah bercat hijau itu terlihat kurang terurus. Terasnya yang diÂlaÂpisi dengan keramik berwarna putih terlihat kotor. Cat di dinding juga sudah memudar. Dindingnya juga retak-retak.
Plesteran semen di bagian atas dinding terlihat pernah meÂngeÂlupas. Gompal ini sudah ditutup deÂÂngan adukan semen, tanpa dicat.
Enam rumah ini memiliki ukuran sama, yakni 6x6 meter. Di dalamnya terdapat 2 kamar tidur dan satu kamar mandi. Selain teras selebar 1,5 meter, masih ada lahan kosong di belakang rumah. Biasanya untuk tempat menjemur pakaian.
Meskipun siang hari, lokasi sekitar rumah cukup sepi. Hanya satu-dua orang saja yang terlihat melintas di jalan setapak yang ada di sebelah kanan blok ini. Posisi blok rumah dengan pemukiman penduduk cukup berjauhan.
Garis polisi (police line) masih terpasang mengelilingi enam ruÂmah di blok ini dari depan hingga bagian belakang. Beberapa peÂtugas polisi juga masih berjaga-jaga di sini
Melihat dari dekat tampak salah satu jendela di bagian depan rumah pecah. Serpihan kaca jenÂdelanya terlihat berserakan di teÂras rumah. Belum dibersihkan.
“Kaca jendela itu memang seÂngaja dipecahkan saat pengÂgereÂbakan terjadi. Pintu rumahnya pun ikut didobrak, karena meÂmang tidak ada satu pun pengÂhuÂninya yang ada di dalam,†jelas Asrih.
Itu rumah siapa? Menurut AsÂrih, rumah itu sebelumnya milik Slamet, pemilik tanah di situ. Di atas tanahnya, Slamet memÂbaÂngun satu blok yang terdiri dari enam rumah. Rumah-rumah itu lalu dijual.
“Siapa yang membeli, saya tiÂdak tahu. Hanya saya dengar, ruÂmah itu sudah dibeli orang dan kini dikontrakan,†tuturnya.
Mengenai siapa yang meÂngonÂtrak rumah tersebut, Asrih juga menggelengkan kepala tanda tidak tahu. Kata dia, penghuni yang berjumlah tiga orang belum pernah lapor ke RT.
“Saya orangnya pun tidak beÂgitu kenal, melihatnya juga jaÂrang. Karena memang rumah saya dengan rumah ini agak jauh. Selama ini, sama sekali mereka belum pernah melapor pada saya,†tegasnya.
Deni Adriansyah, pria yang tinggal persis di sebelah rumah yang digerebek polisi memÂbeÂnarÂkan ada tiga orang yang mengÂhuni rumah itu. Mereka sudah tinggal di sini sejak empat bulan lalu.
Tapi menurut dia, hanya dua orang saja yang sering berada di rumah ini. “Saya tidak kenal nama. Tapi kalau dua orang yang seÂring saya lihat. Saya masih ingat ciri-cirinya. Karena satu dari dua orang tersebut kadang-kaÂdang berbincang dengan saya,†ungkapnya.
Menurut Deni, orang pertama ciri-cirinya berbadan tinggi, kulit sawo matang dan memiliki bereÂwok. Pria dengan ciri-ciri diduga Anwar yang telah diamankan polisi dari lokasi bom meledak di Beji Depok.
Pria satu lagi berbadan lebih keÂcil dan berusia lebih muda. MeÂmiliki kulit putih. “Kalau ngobÂrol, saya hanya manggil orang yang berewok itu dengan sebutan ‘Mas’. Karena kalau saya dengar, bila sedang berbincang dengan kawannya, mereka kerap mengÂgunakan bahasa Jawa,†beber pria yang sehari-hari bekerja sebagai kuli bangunan ini.
Ke Mana-mana Bawa Kantong Plastik
Sikap tertutup yang kerap diÂtunjukan penghuni rumah bercat hijau itu menimbulkan kecuÂriÂgaÂan para tetangga. Sebelum keÂjaÂdian, beberapa penghuni rumah di blok itu sempat bercanda jaÂngan-jangan penghuni rumah hiÂjau itu adalah teroris.
“Sehari-hari rumahnya meÂmang selalu tertutup. Pagi-pagi, mereka kerap pergi dan malamÂnya baru pulang. Tidak ada satuÂpun tetangga yang tahu baÂgaiÂmana kondisi di dalam rumah,†jelas Hendrik yang tinggal persis di seberang rumah yang diÂgeÂrebek polisi.
Meskipun bersikap ramah, meÂnurut Hendrik, penghuni rumah cenderung tertutup. Kalaupun diÂajak berbincang, tidak pernah mau berlama-lama. Bila sedang tidak pergi, ketiga penghuni lebih banyak di dalam rumah.
“Pakaiannya saya lihat lebih sering menggunakan kemeja dan celana bahan yang hanya bebeÂrapa centimeter saja dari bawah lutut. Saya dan istri sempat berÂcanÂda, jangan-jangan mereka itu teroris,†katanya sambil tersenyum.
Kecurigaan yang sama juga perÂnah dialami Deni Adriansyah, pria yang tinggal di sebelah ruÂmah yang dikontrak Anwar Cs. Deni mengaku setiap malam seÂring mendengar suara seperti meÂsin bor. Tak hanya itu, Deni dan keÂluarganya juga kerap menÂdeÂngar ada suara seperti orang yang sedang memukul-mukul sesuatu dari dalam rumah itu. “Kalau ditaÂnya, mereka bilang sedang latihan bela diri saja,†ungkap Deni.
Kecurigaan lain, lanjut Deni, yakni mengenai kebiasaan para penghuni rumah yang bila pergi sering bawa tas serta kantong plasÂtik. Bahkan pada Kamis (6/9) sekitar jam 10, Deni mengaku melihat pria yang berewok keluar rumah dengan membawa tas karÂdÂus bekas dari mie instant. “Saya tegur, cuma tersenyum dan buru-buru pergi,†kata Deni.
“Saya baru mengenal dekat itu pada Jumat malam (7/9) karena keÂbetulan yang berewok itu semÂpat begadang di sini hingga di atas jam 12 malam,†tambahnya.
Kepada Deni, pria yang diduga berÂnama Anwar itu mengaku beÂkerja sebagai tukang pasang gypÂsum di Depok. Sementara rekanÂnya yang berkulit putih, bekerja sebagai tukang susu kedelai yang dititipkan ke warung-warung.
“Sehari-hari mereka kalau berÂpergian dengan berjalan kaki. HaÂnya orang yang berkulit putih saja yang mengenakan sepeda beÂrÂukuÂran tinggi dan membawa plastik besar yang katanya berisi susu kedelai,†jelasnya.
Cek Identitas, Polisi Ambil DNA Anak Anwar
Identitas pria yang menjadi korban ledakan bom di Beiji, Depok dan masih dirawat di RuÂmah Sakit Polri Kramat Jati, JaÂkarta akhirnya mulai terungkap. Pria yang kondisi badannya meÂngalami luka bakar itu diduga berÂnama Anwar, orang yang ruÂmah di Bojonggede, Kabupaten Bogor, Jawa Barat.
Kepala Humas Polda Metro Jaya, Kombes Rikwanto meÂngatakan, terungkapnya idenÂtitas korban ledakan di Beiji DeÂpok itu diperoleh dari hasil pemeÂriksaan terhadap Arif Hidayat.
Menurut Rikwanto, Arif yang diÂmintai keterangan setelah pengÂgerebekan di Kampung Warung Jambu, Desa Susukan, Bojong Gede, Bogor ini mengaku kenal korÂban ledakan bom Beji Depok. Dia bernama Anwar.
Korban dengan luka berat itu awalÂnya diduga bernama M ThoÂrik, pemilik bahan peledak di TamÂbora, Jakarta Barat. BelaÂkaÂngan, Thorik menyerahkan diri kepada polisi pada Minggu sore (9/9). Ia sempat berada di Depok saat bom meledak, namun bisa melarikan diri.
Keterangan lain juga disamÂpaiÂkan oleh Melva, istri Iqbal yang merupakan pemilik kontrÂakan yang ditempati Anwar dan dua reÂkannya. Saat ditunjukan foto korÂban ledakan bom di Beiji Depok oleh pihak kepolisian, Melva yakin itu adalah Anwar.
“Iya yang saya tahu itu namaÂnya Anwar, sama dengan foto yang ditunjukan polisi kepada saya. Rambutnya keriting, kulitnya sawo matang sudah berapa bulan ini mengontrak di rumah saya,†bebernya. “KebeÂtulÂan Anwar sendiri yang selama ini berurusan dengan saya terÂkait pembayaran uang kontrakÂÂan.â€
Namun siapa sebenarnya pria misterius yang mengalami luka baÂkar hingga 70 persen itu baru bisa dipastikan 2-3 hari ke depan. PaÂsalnya, sampel DNA dari anak AnÂwar itu baru saja dilakukan. [Harian Rakyat Merdeka]
Populer
Selasa, 08 Oktober 2024 | 10:03
Senin, 07 Oktober 2024 | 04:21
Senin, 30 September 2024 | 05:26
Sabtu, 05 Oktober 2024 | 03:45
Rabu, 09 Oktober 2024 | 06:46
Senin, 07 Oktober 2024 | 14:01
Rabu, 09 Oktober 2024 | 01:53
UPDATE
Kamis, 10 Oktober 2024 | 07:48
Kamis, 10 Oktober 2024 | 07:38
Kamis, 10 Oktober 2024 | 07:31
Kamis, 10 Oktober 2024 | 07:17
Kamis, 10 Oktober 2024 | 06:50
Kamis, 10 Oktober 2024 | 06:20
Kamis, 10 Oktober 2024 | 05:50
Kamis, 10 Oktober 2024 | 05:25
Kamis, 10 Oktober 2024 | 04:58
Kamis, 10 Oktober 2024 | 04:30