suasana karet tengsin/jbc
RMOL. Geliat pembangunan terlihat jelas di pemukiman padat warga bekas bencana kebakaran, RW 07 Kelurahan Karet Tengsin, Kecamatan Tanah Abang, Jakarta Pusat.
Sekitar 556 kepala keluarga yang jadi korban bencana pada Senin malam (6/8) itu, bekerja keras dan gotong royong untuk membangun lagi pemukiman mereka yang sudah mendarahdaging.
Mereka seolah tak peduli dengan kian dekatnya agenda politik terbesar di Jakarta, yaitu Pemilihan Gubernur 20 September mendatang.
Padahal, sebelumnya berbagai pihak menaruh perhatian besar pada hak pilih korban kebakaran. Seperti diketahui, sepanjang Ramadhan lalu hingga hari ini, hampir setiap hari terjadi kebakaran.
Bahkan, Panwaslu telah berkomitmen untuk menempatkan satu petugas di tiap TPS yang berdiri di lokasi bekas bencana pada 20 September, untuk memastikan warga yang punya hak pilih tak kehilangan haknya.
Salah seorang warga RT 01, Surmiati, sempat jengkel ketika ditanya soal riuhnya situasi politik jelang Pilgub yang tinggal satu setengah pekan lagi itu.
"Boro-boro bakal nyoblos, rumah saja
beloman jadi," ucapnya ketus, ketika ditemui
JakartaBagus.Com di pekarangan rumahnya yang masih jelas terlihat bekas kebakarannya.
Hal senada juga diucapkan salah satu warga sepuh, Kartini. Nenek itu mengaku tidak memikirkan pilkada putaran kedua nanti.
"Nggak mikirin itu. Saya mikirin rumah dan surat-surat berharga yang kebakar saja sudah pusing," keluhnya.
Dari pantauan di lokasi, tampak puluhan tukang sedang membangun kembali rumah-rumah yang sempat luluh lantak. Kebanyakan warga enggan ditanyai soal pandangan terhadap visi misi calon gubernur atau pilihannya di putaran kedua nanti.
Di sekitar pintu masuk pemukiman masih berdiri pos bantuan milik salah satu parpol, yaitu PDI Perjuangan. Pos Baguna (badan penanggulangan bencana) itu dihuni puluhan kader PDIP yang memakai rompi warna krem dan kemeja kotak-kotak ala Jokowi.
Tadi siang di Mapolda Metero Jaya, calon gubernur Joko Widodo, mengatakan, secara politik deretan bencana itu berpotensi menimbulkan kerugian jumlah suara karena para korban kehilangan hak pilih, kehilangan kartu identitas atau mereka mengungsi ke kawasan lain dimana namanya tak terdaftar.
"Kalau ditanya khawatir, ya khawatir. Banyak yang pindah (mengungsi) ikut saudaranya. Ini memang harus diselesaikan, kami ingin ada yang proaktif," ujar pria kurus itu kepada wartawan di komplek Mapolda Metro Jaya, Jakarta, Senin (10/9).
Dikatakan Jokowi, saat ini pihaknya sedang mencari solusi agar konstituen yang jadi korban dan mengungsi tetap bisa menggunakan hak pilihnya 20 September nanti.
[ald]