Berita

ilustrasi, mudik

On The Spot

Ngantre 6 Jam Di Stasiun Gagal Dapat Tiket Kereta

Arus Balik Pemudik
SENIN, 27 AGUSTUS 2012 | 09:01 WIB

Tiket kereta dari beberapa daerah di Jawa Tengah tujuan Jakarta sudah ludes. Bahkan, tiket untuk keberangkatan pertengahan September sudah habis dipesan. Pemudik sebaiknya memilih alat transportasi lain untuk kembali ke ibu kota.

Murdjito, 37 tahun memilih menggunakan bus untuk kembali ke Jakarta setelah berlebaran di kampung halamannya, Purwo­ker­to, Jawa Tengah. Bersama istri dan dua anaknya, Mur tiba di Ter­minal Pulo Gadung, Jakarta Ti­mur sekitar pukul 1 siang kemarin.

Sambil menggendong anak lelakinya yang berusia 9 tahun, Mur berdesakan dengan pe­num­pang lain saat hendak turun dari bus Sinar Jaya yang ditum­pa­ngi­nya. Tangan kirinya me­ng­gan­deng anak perempuannya yang berjalan di depan.

Keluar dari pintu depan bus, Mur lalu mencari tempat teduh. Tak jauh dari tempat bus parkir. Setelah memerintahkan istri dan anaknya menunggu di sini, dia lalu kembali ke bus.

Bersama puluhan penumpang lainnya, Mur menunggu kon­dek­tur bus mengeluarkan barang-ba­rang bawaan yang ada di bagasi sebelah kiri. Dua tas besar dan satu kardus ukuran sedang ber­pindah ke tangan Mur setelah me­ngantre sekitar 10 menit.

“Kami baru tiba dari rumah orang tua saya di daerah Pur­wo­kerto. Biasanya kalau mudik, kami selalu naik kereta untuk berangkat dan pulang. Tapi ka­re­na tiket kereta sudah habis, ter­paksa kami naik bus,” katanya saat ditemui Rakyat Merdeka di Terminal Pulo Gadung, kemarin.

Sebenarnya, kata Mur, ia ingin balik ke rumah kontrakannya di daerah Cempaka Putih, Jakarta Pusat sejak Jumat lalu (24/8). Ia pun berupaya mencari tiket ju­ru­san Jakarta di Stasiun Pur­wo­kerto. Kasak-kusuk selama enam jam tak satupun tiket diperoleh.

 â€œKata petugas loket di sana, tiket kereta sudah habis sejak jauh-jauh hari. Bahkan untuk ke­las bisnis dan eksekutif, tiket juga sudah habis,” tutur Mur sambil me­rapikan barang bawaannya.

“Kami khawatir tidak bisa pulang ke Jakarta, terpaksa saya naik bus yang harga tiketnya jauh lebih mahal. Habisnya besok (hari ini-red) anak-anak su­dah harus masuk sekolah. Dan saya sendiri sudah harus kembali jualan,” tegas pria yang sehari-hari berjualan makanan ini.

Hal yang sama dialami Yanto 41 tahun, pria asal Tegal, Jawa Tengah. Keinginannya untuk he­mat ongkos saat kembali ke Ja­karta pupus. Dia juga tak ke­ba­gian tiket kereta. Selama ini tiket kereta lebih murah dibanding tiket bus.

“Naik kereta ekonomi itu tiketnya sekitar Rp 38 ribu untuk satu orang. Tapi kalau naik bus, apalagi suasana lebaran ini, satu orang harus bayar sekitar Rp 80 ribuan,” jelasnya.

Tahun ini, kata Yanto, dirinya mudik bersama enam orang ke­luarganya. Terdiri dari istri, anak dan saudara sepupunya. Karena jumlah orang yang harus balik ke Jakarta 7 orang termasuk dirinya, tentu Yanto harus merogoh kocek lebih dari Rp 300 ribu.

“Bagi kami yang orang kecil ini, uang Rp 300 ribu cukup be­sar. Apalagi, selama mudik ke­marin sudah banyak uang yang keluar selama berada di kam­pung,” kata pria yang bekerja se­bagai buruh pabrik ini.

Sebenarnya Yanto tidak kaget bila tak bisa kembali ke Jakarta dengan menumpang kereta. Sejak Juli lalu ia sudah mencari tiket kereta untuk perjalanan pulang pergi dari Tegal ke Jakarta. Na­mun dia hanya bisa memperoleh tiket keberangkatannya saja.

Ia mengaku telat mengantre di Stasiun Senen, Jakarta Pusat se­hingga hanya bisa mendapat tiket untuk ke Tegal saja. “Awalnya saya beli untuk satu kali jalan saja. Tapi teman saya memberi tahu agar belinya sekalian untuk pulang juga. Ketika saya kembali lagi dan ikut antrean, tiket yang balik ke Jakarta sudah habis,” jelasnya.

Kendati demikian, Jumat ma­lam (24/8), Yanto tetap nekat da­tang ke Stasiun Tegal meskipun tidak memiliki tiket kereta untuk pulang. Menurut pengalamannya bila tidak memiliki tiket, untuk pulang masih bisa memanfaatkan kereta sapu jagat.

“Ternyata tahun ini sudah tidak ada lagi kereta sapu jagat. Bahkan untuk naik saja, tempat duduk kita harus sesuai dengan nomor tiket,” bebernya.

Untuk diketahui, puncak arus balik lebaran tahun ini sudah ter­lihat sejak dua hari lalu. Jutaaan warga yang sebelumnya me­ra­ya­kan Idul Fitri di berbagai wilayah di tanah air dipastikan sudah kem­bali pulang ke Jakarta. Soal­nya, hari ini para pelajar mulai kembali masuk sekolah.

Sejak Sabtu hingga Minggu kemarin, puluhan ribu pemudik mulai berdatangan di beberapa terminal bus yang ada di Jakarta. Seperti di Terminal Pulogadung, Terminal Kampung Rambutan dan Terimal Lebak Bulus.

Di Terminal Pulogadung, Ja­kar­ta Timur, sekitar 30 ribu pe­numpang yang menggunakan se­banyak 700 bus diperkirakan tiba dari berbagai kota di pulau Jawa. Keramaian penumpang yang tu­run terjadi di jalur kedatangan bus luar kota sejak pukul 1 siang. Kon­disi kepadatan ini jauh ber­beda dengan hari-hari seb­e­lum­nya di mana arus kedatangan meskipun ramai namun tetap lancar.

Dari data terminal, sepanjang Minggu pukul 08.00-14.00 telah tiba 10.869 penumpang yang menggunakan 247 bus. “Jika arus kedatangan terus berlangsung seperti ini, hingga malam (keda­ta­ngan) bisa mencapai lebih dari 30.000 penumpang,” kata Kepala Terminal Pulogadung, M Nur.

Pada puncak arus balik Leba­ran tahun 2011 di Terminal Pu­lo­gadung, jumlah penumpang men­capai 24.597 yang diangkut me­lalui 634 bus. Para penumpang mengatakan perjalanan terhadang kemacetan, baik di jalur pantai utara maupun jalur tengah. Aki­batnya, waktu tempuh jadi molor berjam-jam.

5 Ribu Tiket Kereta Arus Balik Hangus

Diduga Dibeli Lewat Calo

Aturan baru PT KAI untuk melakukan system boarding pass pada 1 September mendatang su­dah memakan banyak “korban”. Ribuan tiket kereta api dari ber­bagai daerah dengan tujuan Ja­kar­ta dinyatakan hangus.

Hangusnya ribuan tiket terse­but karena identitas yang ada di tiket tidak sesuai dengan pen­um­pang yang memegangnya. Aki­batnya, banyak penumpang yang mengalami kerugian karena tiket yang sudah dipegang ternyata ti­dak bisa digunakan.

Di Stasiun Purwokerto, tercatat ada sebanyak 2.189 tiket KA di­nyatakan tidak berlaku (hangus) karena nama yang tercantum pada tiket tidak sesuai kartu iden­titas penumpang. Hal ini bisa di­ketahui, ketika petugas meme­riksa tiket di pintu masuk peron. Ter­nyata identitas calon pe­num­pang tidak sesuai dengan nama yang tertera dalam tiket.

Hal yang sama juga terjadi di Stasiun Tegal, Jawa Tengah. Sebanyak 700 tiket kereta untuk kelas ekonomi dinyatakan ha­ngus. Tiket terpaksa dibatalkan ka­rena tidak sesuai dengan iden­titas pada KTP tanda identitas lainnya se­perti SIM atau kartu pelajar.

Tak hanya Purwokerto dan Te­gal, kejadian serupa juga terjadi di beberapa stasiun lainnya. Mi­salnya di Bojonegoro, Semarang, Yogya­karta dan beberapa daerah lainnya. Dari semua tiket yang hangus, PT KAI mencatat hampir 5.000 tiket yang sudah dinya­ta­kan hangus sepanjang perjalanan arus balik ini.

Kendati ada 5 ribu tiket yang ha­ngus, Direktur Utama PT Ke­reta Api Indonesia (Persero) Ig­nasius Jonan menganggap ke­ja­dian ini tergolong kecil. Menurut Jonan, tidak sampai 0,5 persen dari total tiket yang terjual.

Menurut Jonan, penyebab utama tiket yang hangus karena nama tidak sesuai identitas. Tidak hanya berbeda sama sekali, tapi juga karena calon penumpang sering menuliskan nama pang­gilan atau nama julukan. “Jadinya memang tidak sesuai identitas,” ujarnya.

Jonan mengatakan tidak ada larangan membelikan tiket untuk orang lain. Asalkan nama yang tertera adalah nama penumpang yang akan berangkat. “Karena pasti ada pemeriksaan di peron dan di atas kereta,” ujarnya.

Menurut dia, ada kemungkinan masih ada masyarakat yang be­lum tahu tentang kebijakan ini. Sehingga masih terjadi nama di tiket tidak sesuai identitas. Na­mun dia meyakini ke depan ma­syarakat akan semakin tahu dan bisa mengikuti aturan baru di atas. “Kami terus melakukan so­sialisasi. Misalnya penempelan stiker di stasiun untuk mengi­ngatkan agar nama di tiket sesuai identitas,” katanya

Humas PT KAI (Persero) Su­geng Priyono secara tegas me­nyatakan 5 ribu tiket yang hangus tersebut karena masyarakat mem­belinya di calo.

Pantau Pendatang Baru Lewat Kamera CCTV

Kepala Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil DKI Ja­karta, Purba Hutapea optimistis jumlah pendatang baru tahun ini mengalami penurunan.

Kalau lebaran tahun lalu pen­datang baru berjumlah hingga 52.000 ribu orang, tahun ini di­per­kirakan hanya berkisar 45.000 hingga 48.000 pendatang.

Purba mengatakan, untuk men­data warga Jakarta yang mu­dik, pihaknya koordinasi dengan Dinas Perhubungan DKI dan Badan Pusat Statistik DKI.  

Pendataan para pendatang baru itu dilakukan melalui ban­dara, terminal, stasiun kereta, ja­lan tol dan jalan nontol. Tem­pat-tempat tersebut dapat men­catat pengendara yang melintas melalui pos-pos pengamanan Le­baran karena telah meng­gu­na­kan kamera CCTV.

Biasanya mereka dari daerah mana saja?  “Paling banyak dari Jawa Barat, kedua dari Jawa Tengah, ketiga dari Jawa Timur. Jawa Barat kan daerah tetangga. Sementara luar Jawa tidak se­besar Jawa,” jelasnya.

Purba mengatakan berda­sar­kan catatan sementara Du­k­ca­pil, jumlah pemudik pendatang mengalami penurunan. “Tahun lalu 52 ribu. Sekarang dipre­diksi bisa mencapai 45-48 ribu, Ini kan masih berproses. Per­kiraan angka itu untuk jumlah penda­tang dalam 7 hari,” kata Purba

Guna mencegah terjadinya urbanisasi besar-besaran ke Ja­karta, Purba mengatakan pihak­nya berkerja sama dengan pe­me­rintah daerah lain.

“Seluruh provinsi di pulau Jawa ditambah Bali, Lampung, NTB, NTT dan setelah itu sele­sai semua, kita akan menunggu beberapa pendatang baru yang balik baru akan dilakukan eva­luasi,” ujarnya.

Purba mengatakan untuk pen­datang baru ini jika mereka sudah melapor dan telah me­menuhi persyaratan, operasi yu­sitisi tidak perlu dilakukan. “Te­tapi nantinya jika masih banyak laporan dari ketua RT atau RW, nanti pendatang baru yang tidak mengindahkan peraturan, de­ngan terpaksa kita operasi yu­s­tisi,” tutur Purba.

Adapun tata cara pelaporan Purba menjelaskan pendatang baru yang ingin menjadi pen­du­­duk tetap harus membawa surat keterangan pindah dari daerah­nya yang otomatis bawa NIK (Nomor Induk Kependudukan).

“Karena NIK sekarang sudah nasional. Setelah melapor ingin pindah pendatang harus menun­jukan ada jaminan tempat ting­gal dan pekerjaan di Jakarta, ka­rena kita tidak mengharapkan orang datang ke Jakarta tanpa pe­kerjaan sebab bisa menim­bul­kan masalah sosial,” jelasnya.

Selain itu Purba mengatakan ada opsi kedua jika pendatang hanya ingin 1 bulan berada di Ja­karta. Yakni memiliki persya­ratan yang sama, hanya tidak perlu bawa surat keterangan pindah.

“Hanya surat keterangan jalan dan tidak perlu isi form biodata nantinya akan diterbitkan surat keterangan domisili sementara dan bisa diperpanjang tiap tahun. Jaminan bekerja jangan dianggap harus dari PT atau CV, dari warteg pun kita terima, jadi pembantu pun asal ada ketera­ngan dari kepala rumah tangga, itu juga berlaku,” tandasnya.

Lebih jauh, dia mengatakan pencegahan penduduk datang ke Jakarta harus melalui lang­kah-langkah yang paripurna atau terpadu. Sehingga, tinda­kan­nya tidak hanya sebatas operasi yus­tisi. Operasi yustisi yang dila­ku­kan Pemprov DKI Jakarta hanya sebagai pelengkap.

“Daerah pengirim kaum ur­ban juga memakmurkan rak­yat­nya ,” kata Purba. ‘’Selain itu, pembangunan tersebar dan me­rata di berbagai daerah se­hingga menciptakan lapangan kerja dan meningkatkan pen­da­pa­tan per kapita.’’

Sementara itu, PT KAI meng­k­laim bila sistem boarding pass yang diterapkan pada pe­num­pang kereta mampu mem­bantu program pemerintah me­ne­kan angka urbanisasi ke Ja­karta. Dengan sistem ini, orang yang tidak memiliki kartu iden­titas yang jelas tentu tidak bisa meng­gunakan kereta api ke Jakarta.

“Boarding pass juga salah satu bentuk partisipasi perusa­ha­an kereta untuk menekan laju urbanisasi ke Jakarta, walaupun bukan itu tujuan utamanya. Tu­ju­an utama kami untuk me­ningkatkan keamanan dan ke­nyamanan angkutan Lebaran pada tahun ini,” kata Kepala Humas PT Kereta Api Daerah Operasi I Mateta Rizalulhaq. [Harian Rakyat Merdeka]


Populer

Aduan Kebohongan sebagai Gugatan Perdata

Selasa, 08 Oktober 2024 | 10:03

Pernah Bertugas di KPK, Kapolres Boyolali Jebolan Akpol 2003

Senin, 07 Oktober 2024 | 04:21

Warganet Beberkan Kejanggalan Kampus Raffi Ahmad Peroleh Gelar Doktor Kehormatan

Senin, 30 September 2024 | 05:26

Laksdya Irvansyah Dianggap Gagal Bangun Jati Diri Coast Guard

Sabtu, 05 Oktober 2024 | 03:45

Bakamla Jangan Lagi Gunakan Identitas Coast Guard

Rabu, 09 Oktober 2024 | 06:46

Selebgram Korban Penganiayaan Ketum Parpol Ternyata Mantan Kekasih Atta Halilintar

Senin, 07 Oktober 2024 | 14:01

PDIP Bisa Dapat 3 Menteri tapi Terhalang Chemistry Gibran

Rabu, 09 Oktober 2024 | 01:53

UPDATE

TB Hasanuddin Kritik Raffi Ahmad Pakai Seragam TNI: Ada Aturannya!

Kamis, 10 Oktober 2024 | 07:48

Prabowo Harus Buktikan Betul-betul Bentuk Zaken Kabinet

Kamis, 10 Oktober 2024 | 07:38

Ketum Garuda Diduga Aniaya Wanita Pernah Gagal Nyaleg Lewat Gerindra

Kamis, 10 Oktober 2024 | 07:31

Hujan Ringan Diperkirakan Basahi Jakarta

Kamis, 10 Oktober 2024 | 07:17

Bambang Haryo Tinjau Pembangunan Terminal Internasional Bimoku

Kamis, 10 Oktober 2024 | 06:50

Bahlil Diminta Serius Menata Ulang Aturan Pemanfaatan EBT

Kamis, 10 Oktober 2024 | 06:20

Dukung Program Makanan Bergizi, KKP Gerilya Protein Ikan

Kamis, 10 Oktober 2024 | 05:50

Danjen Kopassus Pimpin Sertijab Sejumlah Posisi Strategis

Kamis, 10 Oktober 2024 | 05:25

Indonesia Ajak Negara Asia Pasifik Mitigasi Perubahan Iklim

Kamis, 10 Oktober 2024 | 04:58

Mbak Ita Optimis Gelaran Sembiz Mampu Gaet Banyak Investor

Kamis, 10 Oktober 2024 | 04:30

Selengkapnya