Didin Hafidhuddin
Didin Hafidhuddin
“Saya yakin bisa tercapai. Perkembangan zakat di Indonesia cukup menggembirakan, karena kesadaran masyarakat untuk berzakat semakin meningkat. Itu yang tercatat di Baznas. Masih banyak para muzaki (orang yang berzakat) langsung memberikan ke mustahiq (penerima zakat),†kata Ketua Umum Baznas Didin Hafidhuddin kepada Rakyat Merdeka, di Jakarta, kemarin.
Meningkatnya tren zakat bisa dilihat di beberapa daerah. SeÂperti di Kota Bogor, Padang, SukaÂbumi, Samarinda, BalikÂpapan, dan Aceh. Selain itu, sudah banyak pengusaha, karÂyÂaÂwan, proÂfeÂsional, dan corporate yang dana zakatnya disalurkan ke Baznas.
“Saat ini sudah ada 36 peruÂsahaan, atau lebih banyak diÂbanding tahun lalu yang hanya 24 perusahaan. Ini menunjukkan zakat perusahaan sudah mulai dikenal,†ujarnya.
Berikut kutipan selengkapnya:
Perusahaan mana saja yang menjadi muzaki?
Kebanyakan perusahaan swasÂta. Belum lama ini Asuransi Syariah memberi zakatnya hingÂga Rp 400 juta. Bahkan ada perusahaan yang memberi zakatÂnya sampai Rp 2 miliar. Banyak juga perusahaan yang berzakat tetapi tidak mau dicatat. Melihat trennya yang positif, target Rp 2,2 triliun itu tidak berlebihan.
Adakah perusahaan BUMN yang menyalurkan zakatnya melalui Baznas?
Perusahaan induk BUMN beÂlum ada. Tetapi karyawan dan anak perusahaan BUMN sudah mulai ke Baznas. Misalnya, BNI Syariah, BRI Syariah, Muamalat, dan Mandiri Syariah.
Bukankah potensi peruÂsaÂhaan BUMN sangat besar?
Benar. Itu yang sedang kami bidik. Misalnya saja Pertamina yang potensinya sangat besar. Tapi yang memberi zakat ke BazÂnas baru karyawannya. SeÂdangÂkan, perusahaannya belum. PadaÂhal perusahaan seperti PertÂaÂmina atau induk perusahaan BUMN lainnya berpotensi sangat besar.
Baznas tidak bekerja sama dengan Kementerian BUMN?
Sudah dilakukan. Bahkan kami dilibatkan dalam pembahasan Corporate Social Responsibility alias CSR dan program kemitraan dan bina lingkungan (PKBL) dengan Kementerian BUMN. Proses ini akan terus mengÂgeÂlinding. Kami terus membidik seÂmua kementerian.
Beberapa kementerian meÂngumpulkan sendiri melalui unit pengumpulan zakat kemudian diserahkan ke Baznas. Tetapi ada juga yang langsung ke Baznas seperti Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif.
Sudah dilakukan. Bahkan kami dilibatkan dalam pembahasan Corporate Social Responsibility alias CSR dan program kemitraan dan bina lingkungan (PKBL) dengan Kementerian BUMN. Proses ini akan terus mengÂgeÂlinding. Kami terus membidik seÂmua kementerian.
Beberapa kementerian meÂngumpulkan sendiri melalui unit pengumpulan zakat kemudian diserahkan ke Baznas. Tetapi ada juga yang langsung ke Baznas seperti Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif.
Mayoritas zakat dari peÂrusahaan?
Bukan. Justru paling banyak itu dari perorangan dengan persÂenÂtase antara 70 - 80 persen.
Adakah di antaranya dari kalangan anggota DPR?
Sebenarnya sudah ada unit peÂngumpulan zakat di DPR, tapi nggak berjalan. Mungkin zakatÂnya langsung disalurkan ke lemÂbaga-lembaga yang lain. Tapi tidak akan berhenti untuk meÂlakukan sosiaÂlisasi. Apalagi kami ini sebagai mitra kerja Komisi VIII DPR.
Apa progres kinerja Baznas?
Sekarang ini, Baznas sudah menjadi pusat dan koordinator zakat nasional. Kami berharap akan lebih banyak mempunyai data yang berkaitan dengan perzakatan di Indonesia. Baik data perhimpunan, pemanfaatan, penyaluran, dan orang yang berÂzakat maupun para mustahiqnya.
Kontribusi Baznas dalam perÂekonomian nasional?
Penerima zakat dari Baznas tahun lalu sekitar 1,7 juta orang. Jika dibandingkan dengan angka kemiskinan dari Badan Pusat Statistik sebesar 33 juta jiwa, maka Baznas sudah membantu mengurangi angka kemiskinan sekitar 9 persen.
Jadi, zakat itu bisa dijadikan alat untuk mengentaskan keÂmisÂkinan yang cukup signifikan. Kami mengimbau agar Baznas pusat dan daerah mendapatkan dukungan dari semua pihak. Baik pemerintah, perusahaan-peÂruÂsahaan BUMN, ormas-ormas Islam, dan MUI.
Program Baznas itu apa saja?
Banyak. Salah satunya adalah rumah sehat. Itu berkaitan deÂngan memelihara, menjaga keÂsehatan masyarakat, dan pemÂberian peÂlayanan pengobatan. Kami sudah punya tiga rumah sehat, yaitu di Jakarta, YogyaÂkarta, dan Sidoarjo. September mendatang akan dilaÂkukan peÂresmian rumah sehat lagi di beÂberapa daerah.
Apa urgensi rumah sehat?
Banyak. Misalnya di Jakarta. Setidaknya ada mustahiq yang berobat sebanyak 33 ribu kepala keluarga. Jika satu keluarga berjumlah empat orang, maka ada sekitar 140 ribu orang berobat gratis di rumah sehat.
Cuma Itu?
Kami memiliki program IndoÂnesia cerdas dengan memberikan beasiswa ke perguruan tinggi negeri dan sekolah-sekolah IsÂlam. Kami mengharapkan akan terÂputuskan mata ratai keÂmisÂkinan. Jika orang tuanya miskin karena tidak berpenÂdiÂdikan, maka anaknya tidak boleh seperti itu. [HARIAN RAKYAT MERDEKA]
Populer
Selasa, 23 Desember 2025 | 04:16
Senin, 22 Desember 2025 | 17:57
Sabtu, 20 Desember 2025 | 12:33
Sabtu, 20 Desember 2025 | 14:07
Jumat, 19 Desember 2025 | 03:10
Rabu, 17 Desember 2025 | 08:37
Rabu, 24 Desember 2025 | 14:13
UPDATE
Jumat, 26 Desember 2025 | 22:08
Jumat, 26 Desember 2025 | 21:46
Jumat, 26 Desember 2025 | 21:45
Jumat, 26 Desember 2025 | 21:09
Jumat, 26 Desember 2025 | 20:37
Jumat, 26 Desember 2025 | 20:26
Jumat, 26 Desember 2025 | 19:56
Jumat, 26 Desember 2025 | 19:42
Jumat, 26 Desember 2025 | 19:32
Jumat, 26 Desember 2025 | 18:59