Setelah mengecek tidak ada cacat, kedua baju dikembalikan ke tiang gantungan. “Nanti toÂlong dicatat mana saja baju yang sudah dibeli tapi belum diambil barangnya dan mana yang masih belum laku. Biar saya bisa beriÂkan laporan ke ibu saya mengenai progres penjualannya,†kata Bambang kepada seorang wanita berkerudung yang berada di seÂbeÂlah meja kerjanya.
Menjelang Lebaran, Bambang membuka ‘butik’ di ruang kerÂjaÂnya di lantai dua gedung utama KeÂmenterian Kesehatan. Baju-baju yang dijual semuanya buatan ibunya. “Sebenarnya sih ini buÂkan dagangan saya, tapi milik ibu. Sebagai anak saya membantu unÂtuk menjualnya,†ungkapnya.
Tidak malu pejabat jualan baju? “Dagang baju itu tidak diÂlarang agama dan undang-unÂdang, jadi kenapa harus malu? JusÂtru saya malu kalau menjadi orang banyak uang, tapi dari hasil korupsi,†kata putra Bung Tomo, tokoh peristiwa 10 November 1945 ini. Peristiwa perlawanan rakÂyat Surabaya terhadap BelanÂda ini lalu ditetapÂkan sebagai Hari Pahlawan.
Berdagang bukan pengalaman baru bagi Bambang. Sejak kecil dia sudah biasa melakoninya. Ia menjualkan beberapa barang miÂlik ibunya untuk menyambung hiÂdup keluarga.
Tahun lalu Bambang berjualan kue Lebaran. Baru pada tahun ini dia menjajakan pakaian. Ia tak meÂnampik berdagang baju menÂjelang Lebaran untuk meraup unÂtung menjelang hari raya.
Apa uang pensiun veteran dari pemerintah tak membiayai hidup ibunya? “Setidaknya, ibu saya puÂnya kegiatan di usia senjanya. Apalagi, ibu saya itu memiliki keahlian dalam mendesain baju. Jadi sayang kalau tidak diperÂguÂnaÂkan,†kata Bambang.
Sejauh ini Bambang hanya meÂnawarkan baju buatan ibunya unÂtuk internal Kementerian KeÂseÂhaÂtan. Namun bila ada orang luar yang tertarik membeli silakan meÂlihat-lihat ke ruangan kerjanya.
Kata dia, dalam jual beli, tidak berlaku atasan dan bawahan. Setiap orang yang datang ingin membeli meskipun bawahannya tetap harusnya dihormati. “NÂaÂmaÂnya penjual, maka kita harus menghormatinya. Siapa pun dia, termasuk anak buah saya sendiri di lingkungan Kemenkes ini.â€
Apa tidak mengganggu tugasÂnya sebagai Staf Khusus MenÂteri? Untuk mengurusi baju-baju jualannya, Bambang memÂperÂcayakan kepada sekretaris prÂiÂbaÂdinya di Lembaga Kajian Sosial Politik dan Ketahanan Sosial yang didirikannya.
“Tapi saya tetap membantu dan mengawasi. Bahkan kalau sedang luang, bila ada pembeli yang datang saya yang melayaninya sendiri,†ucap Bambang.
Harga baju-baju yang dijualnya tak jauh dari harga kaki lima mauÂpun grosir. “Harga paling murah Rp 60 ribu dan paling mahal Rp 160 ribu. Masih bisa terjangÂkau pegawai golongan I dan II,†katanya sambil tertawa.
Baju-baju yang dijual BamÂbang bisa dibeli dengan cara dicicil. Pembayaran dicicil dua samÂpai tiga kali, tergantung keÂmamÂpuan pembeli. Ini untuk meÂringankan pegawai rendahan yang penghasilannya kecil.
Lantaran bisa dicicil, baju-baju yang dijual Bambang laris manis. Hingga minggu ketiga Ramadhan sebagian baju jualannya sudah laku. “Setidaknya untuk modal suÂdah bisa kembali. Tinggal menÂcari untung saja,†katanya sambil tertawa lepas.
Untuk menghabiskan stok daÂgangannya, Bambang berencana banting harga. Baju-baju akan diÂobral dengan potongan harga hingga 50 persen.
“Sekarang harga yang paling murah Rp 60 ribu. Masak kalau didiskon besar orang tidak terÂtarik untuk membelinya? Jadi, daripada sisa buat tahun depan lebih baik saya habiskan saja seÂkarang,†ujarnya.
Ruangan kerja Bambang di lantai dua gedung utama KemenÂkes yang disulap menjadi ‘butik’ hanya berukuran 5x5 meter. TiÂdak ada sekat ruang kerja priÂbadinya deÂngan ruang untuk meÂnerima tamu.
Ruangan yang tak terlalu luas itu selama tiga minggu terakhir diÂsesaki lagi dua tiang besi untuk menggantung puluhan pakaian. Tiang gantungan itu ditempatkan di pojok ruangan. Persis di seÂbelah kanan meja kerjanya.
Semua baju yang dijual BamÂbang untuk perempuan. Saat ini jumlahnya sisa 30 potong. “Itu daÂÂgangan saya selama tiga mingÂgu terakhir ini. Sebelumnya, jumÂlahnya jauh lebih banyak dari seÂkarang. Karena setiap hari ada yang beli, hanya tinggal segitu seÂkaÂrang,†beber Bambang.
Buka Loper Koran Dan Majalah
Selain berdagang baju, terÂnyaÂta Bambang Sulistomo maÂsih memiliki usaha kecil lainÂnya. Staf Khusus Menteri KeÂseÂhatan Bidang Politik dan KÂeÂbijakan Kesehatan ini mengaku punya agen koran dan majalah.
Menurut Bambang, usaha loÂper korannya itu sudah digeluti sejak tahun 2007 sebelum diriÂnya ditunjuk sebagai Stafsus Menteri. Lokasi tempat jualanÂnya ada di daerah Tanah Kusir, JaÂkarta selatan dengan meÂnyeÂwa kios yang tidak terlalu besar.
“Lumayan keuntungan dari jualan koran ini. Hasilnya bisa untuk membiayai operasional lembaga swadaya masyarakat (LSM) yang saya punya,†ungkapnya.
Bahkan saat waktu senggang, Bambang tidak malu untuk terÂjun langsung melayani pembeli di agen loper korannya. Hanya untuk menjaga martabatnya terkadang Bambang harus seÂdikit menyamar.
“Saya suka memakai kacaÂmata hitam dan jaket kulit biar terÂlihat beda. Tapi ternyata, teÂtap saja pernah ada yang meÂngenali saya saat berpakaian seperti itu. Karena pembeli itu terÂnyata teman baik saya,†kaÂtanya sambil tertawa.
Sebagai orang yang memiliki kewenangan di Kementerian Kesehatan, Bambang tidak memÂbantah dirinya bisa saja menÂcari proyek untuk memÂbiayai LSM miliknya. Bahkan dia membenarkan di setiap keÂmenterian pasti ada saja proyek yang bisa dimainkan.
Bahkan dalam proyek keseÂhatan saja, dia tidak membantah adanya pihak yang berÂkeÂpenÂtingan dalam penyusunan angÂgaÂran kesehatan di tingkat pusat. Akhirnya, karena ada kepenÂtiÂngan itu, proyek tersebut berÂpoÂtensi diselewengkan.
“Banyak yang ngerecokin KeÂmenterian Kesehatan, seÂhingÂga skala prioritasnya terÂancam terabaikan,†tegasnya.
“Karena itu daripada main proÂyek berakhir di penjara, menÂding usaha kecil-kecilan tapi aman dan halal. Kalau saya ikuÂtan bisnis di sini, integritas saya yang dipertaruhkan,†tegasnya.
Apalagi sebagai anak peÂjuang, Bambang mengaku puÂnya prinsip yang diwariskan sang Ayah. “Pesan Bung Tomo kepaÂda anak-anaknya, jangan meÂminta balasan satu sen pun ketika membela rakyat,†kaÂtanya.
Pejabat Jangan Gengsi Buka Usaha Sampingan
Bambang Sulistomo berÂhaÂrap kesibukannya berjuaÂlan di ruangan kerjanya menjelang leÂbaran bisa ditiru pejabat lainÂnya. Kalau perlu, kata dia, langÂkahnya tersebut bisa dapat pengÂhargaan dari Museum ReÂkor Indonesia (MURI).
“Kalau dapat MURI, itu kan luar biasa. Sehingga nanti pejaÂbat lainnya bisa berlomba-lomÂba untuk mengikuti jejak saya,†kata Bambang sambil tertawa.
Menurut Bambang, tidak ada salahnya seorang pejabat negaÂra punya usaha kecil-kecilan. SeÂlama usahanya tersebut, tidak berhubungan dengan bidang tugasnya, sehingga tidak akan menimbulkan conflict of interest.
“Yang penting tidak meÂnimÂbulkan konflik kepentingan deÂngan jabatannya. Kalau seperti itu, maka saya akan menÂduÂkungÂnya 100 persen,†ujarnya.
Menurutnya, bila setiap pejaÂbat memiliki usaha kecil-keciÂlan akan banyak manfaatnya bagi citra PNS sekarang ini. Kata dia, dengan memiliki kesiÂbukan lain maka akan membuat PNS atau pejabat tidak ada wakÂtu luang untuk main proyek.
“Korupsi di tingkat pemeÂriÂnÂtah itu terjadi karena pejabatnya ikut bermain proyek. Coba kaÂlau mereka sudah punya usaha dan sibuk dengan usaha tersebut, maka tidak ada waktu untuk cari proyek lain,†tegasnya.
Hanya sayangnya, banyak orang gengsi dengan jabatannya sehingga tidak berani mencoba hal-hal kecil yang sebenarnya itu baik. Alasannya tidak lain kaÂrena gengsi dengan jabaÂtanÂnya dan malu dengan anak buahnya.
“Kalau bicara usaha, saya dari kecil sudah menjadi pedagang. Sudah banyak usaha yang saya geluti semenjak masih sekolah. Jadi tidak kagetlah,†tegansya.
“Adik saya juga ikut usaha menjelang lebaran ini. Bedanya sekarang dia jualan kue. Tapi tetap itu untuk membantu keÂluarga, khususnya ibu saya,†tamÂbahnya. [Harian Rakyat Merdeka]
Populer
Selasa, 08 Oktober 2024 | 10:03
Senin, 07 Oktober 2024 | 04:21
Senin, 30 September 2024 | 05:26
Sabtu, 05 Oktober 2024 | 03:45
Rabu, 09 Oktober 2024 | 06:46
Senin, 07 Oktober 2024 | 14:01
Rabu, 09 Oktober 2024 | 01:53
UPDATE
Kamis, 10 Oktober 2024 | 07:48
Kamis, 10 Oktober 2024 | 07:38
Kamis, 10 Oktober 2024 | 07:31
Kamis, 10 Oktober 2024 | 07:17
Kamis, 10 Oktober 2024 | 06:50
Kamis, 10 Oktober 2024 | 06:20
Kamis, 10 Oktober 2024 | 05:50
Kamis, 10 Oktober 2024 | 05:25
Kamis, 10 Oktober 2024 | 04:58
Kamis, 10 Oktober 2024 | 04:30