Berita

ilustrasi, Pedagang Uang Receh

On The Spot

Pedagang Uang Receh Ikut Antre Di Monas

Bank Buka Layanan Penukaran Uang Keliling
MINGGU, 05 AGUSTUS 2012 | 09:11 WIB

Rosi mengambil beberapa gepok uang receh dari tas pinggangnya. Ia lalu menjajakan kepada penumpang di Terminal Lebak Bulus, Jakarta Selatan.

Perempuan asal Sumatera Utara ini tak hanya menunggu pembeli. Ia pun naik turun bus antar kota untuk menawarkan uang receh kepada para pe­num­pang. “Belum ada yang mau,” kata ibu seorang anak ini.

Menjelang lebaran banyak orang yang membutuhkan uang re­ceh. Uang itu untuk dibagi-bagikan kepada sanak saudara maupun kerabat saat hari raya.

Melihat peluang ini, memasuki minggu kedua Ramadhan marak bermunculan pedagang uang receh seperti Rosi. Untungnya pun lumayan.

Rosi mengaku setiap hari bisa menjual uang receh sampai Rp 5 juta. Mulai dari pecahan Rp 1.000, Rp 2 ribu, Rp 5 ribu, Rp 10 ribu sampai Rp 20 ribu.

Setiap kali transaksi uang re­ceh, ia mengutip keuntungan se­besar Rp 10 ribu. Misalnya, satu ge­pok atau 100 lembar uang pe­ca­han Rp 1.000 dijualnya sehar­ganya Rp 110 ribu. “Tapi kalau ada yang nawar Rp 5 ribu, juga saya kasih,” katanya.

Uang receh diperoleh Rosi dari seorang “bandar” di Kebayoran Lama, Jakarta Selatan. Bandar itu siap menyediakan berapa pun uang receh yang dibutuhkan.  “Bia­sanya bandar mengambil un­tung Rp 3.500 untuk setiap paket uang pecahan,” katanya.

Berjualan uang receh baru dila­koni Rosi pada musim Lebaran tahun ini. Sebelumnya dia kerja di kantoran. Belakangan perusa­ha­a­nnya gulung tikar. Ia pun ke­hi­langan pekerjaan dan penghasilan.

Rosi akhirnya jadi penjaja uang receh. “Yang penting saya ber­jua­lan secara halal untuk meng­hi­dupi anak semata wayangnya,” kata perempuan bertubuh gemuk ini.

Jika sedang mujur dia bisa mengantongi keuntungan bersih sampai Rp 300 ribu. “Tapi sering kali tidak dapat untung. Malah tekor buat ongkos makan dan minum,” katanya.

Rosi sudah nongkrong di Ter­minal Lebak Bulus sejak pukul 9 pagi. Ia baru pulang ke rumah pada 6 sore. Di sini, dia tak sendirian men­jajakan uang receh. Sedikitnya ada 20 perempuan yang juga men­cari nafkah dengan cara sama.

Pengamatan Rakyat Merdeka di Terminal Lebak Bulus Jumat lalu hanya segelintir orang yang memanfaatkan jasa penukaran uang receh yang ditawarkan Rosi dan rekan-rekannya.

Beberapa tahun terakhir, se­jum­lah bank menyediakan jasa layanan bergerak penukaran uang receh. Layanan ini untuk mem­per­mudah masyarakat mem­per­oleh uang receh jelang Lebaran.

Beberapa bank membuka laya­nan penukaran uang receh di la­pangan parkir Monas mulai 23 Juli sampai 16 Agustus 2012.

Putra (40) rela datang jauh-jauh dari Pamulang, Tangerang Selatan ke sini untuk memperoleh uang receh. “Setelah mendapat info ada penukaran uang gratis saya langsung datang ke sini, karena bisa ditukar berapa saja,” katanya.

Ia merasa uang yang diperoleh dari loket resmi terjamin ke­as­li­an­nya. Tak akan ditemukan uang palsu yang terselip di antara uang receh yang ditukarkan.

Putra perlu banyak uang receh untuk dibagi-bagikan saat Le­baran. Ia menukarkan uang Rp 2 juta dengan pecahan Rp 10 ribu. “Uang ini akan saya kasih ke keponakan dan tetangga di dekat rumah,” katanya.

Pria yang mengenakan kemeja warna biru ini tak mem­per­soal­kan antrean yang panjang yang harus dilaluinya untuk mem­per­oleh uang receh. “Yang penting uangnya terjamin keasliannya dan tidak ada selisih harga,” katanya.

Sejumlah pedagang ternyata juga memanfaatkan loket yang di­buka bank di Monas untuk memperoleh uang receh yang bakal dijual. Salah satunya Wati.

Uang Rp 5 juta miliknya ditukar jadi pecahan Rp 1.000, Rp 5 ribu dan Rp 10 ribu. “Uang pecahan ini yang paling laku,” katanya.

Perempuan berusia 45 tahun ini mengaku lebih menguntungkan memperoleh uang receh dari bank ketimbang dari bandar. Sebab, uang receh yang diteri­manya sama dengan jumlah uang dibayarkan.

Wati pun bisa menjual uang receh dengan harga lebih rendah dibanding pedagang lainnya. Ia hanya mengambil untung Rp 5 ribu dari setiap gepok uang receh yang dijualnya. Contohnya, 100 lembar pecahan Rp 1.000 dijual Rp 105 ribu.

Asisten Direktur Divisi Pe­nge­lolaan Uang Keluar Bank Ind­o­ne­sia (BI), Hikmah Rinaldi me­ngatakan pihaknya bekerja sama dengan sembilan bank mem­buka layanan penukaran uang receh di Monas hingga H-3 Lebaran.

“Kegiatan ini untuk mem­pe­r­mudah masyarakat memenuhi ke­butuhan uang pecahan kecil saat Lebaran. Bila menukarkan uang di tempat yang sudah kami sediakan ini, dijamin keamanan dan keaslian uangnya,” katanya.

Kegiatan ini sudah berlang­sung tiga tahun terakhir. Tahun lalu pesertanya hanya enam bank. Kali ini diikuti Bank Mandiri, BCA, BNI, BRI, Bank DKI, BJB, BTN, Bank Permata, dan CIMB Niaga.

Uang receh yang disediakan yakni pecahan Rp1.000, Rp 2.000, Rp 5.000, Rp 10.000, dan Rp 20.000. Loket penukaran uang buka sejak jam 9 pagi sampai 2 siang.

Rata-rata terjadi 400 transaksi penukaran uang receh setiap hari. “Setiap tahun transaksi ini juga selalu mengalami peningkatan,” ujar Hikmah. Ia memperkirakan, transaksi akan sangat tinggi pada seminggu menjelang Lebaran.

Pengamatan Rakyat Merdeka ada sembilan tenda putih yang berdiri di lapangan parkir Monas. Tenda ini merupakan tempat pe­nu­karan uang receh yang di­se­diakan bank.

Puluhan orang antre di bawah tenda berukuran 4x3 meter ini. Kursi-kursi disediakan untuk warga yang hendak menukarkan uang receh. Di ujung tenda ter­da­pat sebuah mobil. Mobil ini su­dah dimo­difi­kasi untuk mela­yani penukaran uang receh.

Layanan mulai dibuka pukul 9 pagi. Sebelum menukarkan uang perlu mengambil nomor urut. Pe­tugas lalu memanggil berda­sar­kan nomor urut.  Orang yang no­mor urutnya dipanggil bisa me­nu­karkan uang ke mobil. Jum­lah­nya tidak dibatasi.

Untuk menjaga keamanan pe­nu­karan uang, sejumlah personil Brimob Polri ditempatkan di sini. Mereka dilengkapi senjata laras panjang. Selain di Monas, la­yanan penukaran uang receh juga dibuka di sejumlah pasar. Ada mobil layanan yang keliling Jabodetabek.

Peredaran Uang Palsu Marak Jelang Lebaran

Kepala Biro Humas Bank Indonesia (BI) Difi Johansyah mengimbau masyarakat agar menukarkan uang receh di tempat resmi seperti kas keliling atau kantor bank.

Difi mengatakan penukaran uang di outlet resmi bisa meng­hindari risiko mendapat uang palsu. “Kita sediakan kas keliling saat puasa, jadi masyarakat bisa menukar di sana. Kalau di calo memang berisiko,” katanya.

Selain itu, Difi menyarankan ma­syarakat lebih memilih tran­saksi melalui electronic money alias e-money. Transaksi model ini jauh lebih aman daripada meng­gunakan uang tunai.

“Sekarang serba canggih. Mi­sal­kan kirim uang dengan nomi­nal yang lumayan besar melalui ATM makin gampang,” katanya.

Transaksi elektronik ini juga bisa dilakukan lewat internet banking. Ini salah satu cara untuk menekan beredarnya uang palsu yang biasanya marak saat puasa dan menjelang Lebaran.

Difi mengaku pihaknya telah melakukan sosialisasi mengenai penggunaan e-money ke berbagai daerah. Hasilnya peredaran uang palsu pun berkurang.

“Kalau secara umum yang ma­sih dalam batas normal. Yaitu ya­itu enam lembar hingga sembilan lembar uang palsu per Rp 1 juta. Kalau yang bahaya itu ya uang palsunya sudah 100 lembar per Rp 1 juta,” katanya.

Deputi Gubernur BI Ronald Waas mengatakan, pihaknya me­nyediakan uang tunai menjelang lebaran 2012 mencapai Rp 89,38 triliun. Naik 11,3 persen diban­dingkan lebaran tahun lalu.

Jumlah ini dianggap cukup untuk memenuhi kebutuhan ma­syarakat yang merayakan Leba­ran. “Baik dari sisi jumlah ke­se­luruhan maupun jumlah per pe­cahan,” katanya.

Kebutuhan uang pecahan besar di atas Rp 20.000, diperkirakan men­capai Rp 81,12 triliun. Sedangkan uang pecahan kecil Rp 8,26 triliun.

Dari Rp 89,3 triliun yang dise­diakan BI untuk Lebaran ini, Rp 56,4 triliun di antaranya me­ru­pakan uang cetakan baru.

Angka tersebut sudah hampir 30 persen dari rata-rata cetak uang baru selama satu tahun yang mencapai sekitar Rp 160 triliun.

Uang tunai ini juga untuk mencukupi ketersediaan uang di setiap mesin anjungan tunai mandiri (ATM), terutama pada enam hari libur nasional.

Ulama Haramkan Jasa Penukaran Uang Receh

Fenomena kemunculan pe­dagang uang receh musiman su­dah berlangsung lama. Baru be­berapa tahun terakhir bela­ka­ngan jasa penukaran uang receh ini dipersoalkan. Sejumlah ula­ma Majelis Ulama Indonesia (MUI) mengharamkannya prak­tik ini lantaran dianggap riba.

Ketua MUI Jawa Barat Bi­dang Komisi Fatwa Salim Umar menegaskan transaksi penu­ka­ran uang receh yang marak men­jelang hari raya Lebaran ter­ma­suk kegiatan jual-beli yang di­haramkan.  “Itu termasuk riba yang mengambil keuntungan dari perdagangan yang tidak sah,” ujarnya.

Uang menurut ajaran Islam, kata Salim, adalah alat tukar dan bukan komoditi yang boleh di­perdagangkan. Transaksi penu­karan uang receh dalam mata uang rupiah tidak bisa disama­kan dengan transaksi penukaran uang ke dalam mata uang negara lain.

“Jelas transaksi penukaran uang receh termasuk riba, kare­na misalnya satu lembar pe­ca­han 10 ribu ditukar hanya de­ngan sembilan lembar pecahan 1.000,” katanya.

Walaupun demikian, Salim mengatakan, MUI sampai saat ini belum mengeluarkan fatwa yang menegaskan bahwa tran­saksi penukaran uang receh ada­lah haram.

“Kami tidak me­ngeluarkan fatwa karena beranggapan masyarakat sudah tahu bahwa transaksi tersebut termasuk riba yang diharamkan,” katanya.

Sutoyo, Ketua MUI Kota Ma­diun, Jawa Timur juga meng­ha­ram­kan jasa penukaran uang receh. Sebab ada ada kelebihan uang yang dibayarkan masya­ra­kat kepada jasa penukaran uang.

“Misalnya, Anda m­enu­kar­kan uang Rp 100 ribu dengan lembaran uang pecahan berapa pun, Anda diharuskan me­m­ba­yar uang Rp 110 ribu. Ini yang termasuk dalam kategori riba,” katanya.

Sutoyo juga menengarai ada permainan oknum perbankan dengan bandar jasa penukaran uang. Kecurigaannya muncul ka­rena masyarakat sulit mem­peroleh uang receh menjelang Lebaran.

“Namun di lapangan, jasa pe­n­­u­karan uang seolah gampang mendapatkan uang receh ter­sebut dalam jumlah sebesar se­kali pun,” katanya.

Ketua MUI Jombang Jawa Ti­mur, Cholil Dahlan juga meng­haramkan praktik jasa penu­karan uang. “Seseorang yang ingin mendapatkan uang Rp 100 ribu dalam bentuk pecahan Rp 10 ribuan, maka yang harus membayar sebesar Rp 110 ribu. Nah, dari situ terdapat selisih Rp 10 ribu. Itulah yang dinamakan riba dan haram hukumnya,” katanya.

Menurut dia, kelebihan uang dalam tukar menukar barang yang nilainya sama adalah riba dan hukumnya haram.

Cholil mengimbau masyara­kat tidak menukarkan uangnya kepada jasa penukaran uang. Jika tetap ingin menukarkan uang, bisa langsung ke bank. Pasalnya, tidak ada kelebihan nilai yang harus dibayarkan.

“Pada prinsipnya, praktik tu­kar menukar uang boleh-boleh saja dilakukan, asalkan nomi­nalnya sama dan tidak dilebih­kan,” katanya.

Rosi, pedagang uang receh di Terminal Lebak Bulus, Jakart Selatan tak ambil pusing dengan sikap ulama yang meng­ha­ram­kan pekerjaannya.

“Seharusnya yang menjadi perhatian ulama itu orang yang korupsi dan mencuri uang ne­ga­ra dalam jumlah besar. Bu­kan orang kecil kayak kita ini,” katanya.

Rosi beralasan masyarakat justru terbantu dengan kebera­daan jasa penukaran uang receh. Orang tak perlu antre di bank untuk memperoleh uang rece­han. “Malahan kami yang men­datangi pembeli,” katanya. [Harian Rakyat Merdeka]


Populer

Aduan Kebohongan sebagai Gugatan Perdata

Selasa, 08 Oktober 2024 | 10:03

Pernah Bertugas di KPK, Kapolres Boyolali Jebolan Akpol 2003

Senin, 07 Oktober 2024 | 04:21

Warganet Beberkan Kejanggalan Kampus Raffi Ahmad Peroleh Gelar Doktor Kehormatan

Senin, 30 September 2024 | 05:26

Laksdya Irvansyah Dianggap Gagal Bangun Jati Diri Coast Guard

Sabtu, 05 Oktober 2024 | 03:45

Bakamla Jangan Lagi Gunakan Identitas Coast Guard

Rabu, 09 Oktober 2024 | 06:46

Selebgram Korban Penganiayaan Ketum Parpol Ternyata Mantan Kekasih Atta Halilintar

Senin, 07 Oktober 2024 | 14:01

PDIP Bisa Dapat 3 Menteri tapi Terhalang Chemistry Gibran

Rabu, 09 Oktober 2024 | 01:53

UPDATE

TB Hasanuddin Kritik Raffi Ahmad Pakai Seragam TNI: Ada Aturannya!

Kamis, 10 Oktober 2024 | 07:48

Prabowo Harus Buktikan Betul-betul Bentuk Zaken Kabinet

Kamis, 10 Oktober 2024 | 07:38

Ketum Garuda Diduga Aniaya Wanita Pernah Gagal Nyaleg Lewat Gerindra

Kamis, 10 Oktober 2024 | 07:31

Hujan Ringan Diperkirakan Basahi Jakarta

Kamis, 10 Oktober 2024 | 07:17

Bambang Haryo Tinjau Pembangunan Terminal Internasional Bimoku

Kamis, 10 Oktober 2024 | 06:50

Bahlil Diminta Serius Menata Ulang Aturan Pemanfaatan EBT

Kamis, 10 Oktober 2024 | 06:20

Dukung Program Makanan Bergizi, KKP Gerilya Protein Ikan

Kamis, 10 Oktober 2024 | 05:50

Danjen Kopassus Pimpin Sertijab Sejumlah Posisi Strategis

Kamis, 10 Oktober 2024 | 05:25

Indonesia Ajak Negara Asia Pasifik Mitigasi Perubahan Iklim

Kamis, 10 Oktober 2024 | 04:58

Mbak Ita Optimis Gelaran Sembiz Mampu Gaet Banyak Investor

Kamis, 10 Oktober 2024 | 04:30

Selengkapnya