Berita

tb hasanuddin/ist

KORUPSI SIMULATOR SIM

Presiden Harus Turun Tangan Stop Perseteruan!

KAMIS, 02 AGUSTUS 2012 | 21:24 WIB | LAPORAN: ALDI GULTOM

Perdebatan terbuka antara KPK, Polri dan antar kuasa hukum tersangka, dalam kasus dugaan korupsi simulator di Korlantas Polri, dinilai sudah tidak sehat lagi.

Dimulai dari penggeledahan KPK di kantor Korlantas Polri yang dihambat oleh pihak kepolisian, sampai terakhir ini muncul perbedaan nama tersangka yang ditetapkan KPK dan Bareskrim Polri, telah menimbulkan kebingungan dan muncul banyak kesan dari masyarakat.

"Di mata masyarakat, Polri terkesan tidak legowo ketika ada anggotanya yang disidik institusi lain, artinya Polri masih enggan untuk bersih-bersih di lingkungannya. Terkesan dua institusi ini masih berbeda tafsir dan beda pendapat dalam penegakan hukum," ujar politisi PDI Perjuangan, Mayjen (Purn) TB Hasanuddin, kepada Rakyat Merdeka Online, Kamis malam (2/8).


Ada juga kecurigaan, walau Polri dan KPK sudah melakukan MoU dalam pemberantasan korupsi tapi ternyata jalan sendiri-sendiri bahkan terkesan muncul ego sektoral. Situasi tersebut membuat Polri menjadi semakin terpuruk di mata rakyat.

"Sebagai atasan langsung Polri, dalam kasus seperti ini sebaiknya SBY segera turun tangan agar kasus "Cicak Vs Buaya" tidak terulang kembali," seru TB.

Bersemangatkan UU Pemberantasan Korupsi, Presiden bisa memerintahkan Polri untuk memberi ruang kepada KPK melaksanakan tugas konstitusinya.

"Kalau perseteruan ini dibiarkan berlarut-larut, tidak mustahil nama baik Polri semakin terpuruk. Rakyat marah karena pemerintah telah gagal melakukan pemberantasan korupsi," tandasnya.[dem]

Populer

Masih Sibuk di Jogja, Pimpinan KPK Belum Tahu OTT di Lampung Tengah

Selasa, 09 Desember 2025 | 14:21

Pura Jadi Latar Film Porno, Hey Bali: Respons Aparat Dingin

Selasa, 09 Desember 2025 | 21:58

Kebun Sawit Milik POSCO Lebih dari Dua Kali Luas Singapura

Senin, 08 Desember 2025 | 19:12

Mahfud MD soal Bencana Sumatera: Menyuruh Pejabat Mundur Tidak Relevan

Rabu, 10 Desember 2025 | 05:53

Bangun Jembatan Harapan

Minggu, 07 Desember 2025 | 02:46

Distribusi Bantuan di Teluk Bayur

Minggu, 07 Desember 2025 | 04:25

Bahlil Minta Maaf Usai Prank Presiden Prabowo

Selasa, 09 Desember 2025 | 18:00

UPDATE

Kreditur Tak Boleh Cuci Tangan: OJK Perketat Aturan Penagihan Utang Pasca Tragedi Kalibata

Rabu, 17 Desember 2025 | 08:15

Dolar Melemah di Tengah Data Tenaga Kerja AS yang Variatif

Rabu, 17 Desember 2025 | 08:00

Penghormatan 75 Tahun Pengabdian: Memori Kolektif Haji dalam Buku Pamungkas Ditjen PHU

Rabu, 17 Desember 2025 | 07:48

Emas Menguat Didorong Data Pengangguran AS dan Prospek Pemangkasan Suku Bunga Fed

Rabu, 17 Desember 2025 | 07:23

Bursa Eropa Tumbang Dihantam Data Ketenagakerjaan AS dan Kecemasan Global

Rabu, 17 Desember 2025 | 07:01

Pembatasan Truk saat Nataru Bisa Picu Kenaikan Biaya Logistik

Rabu, 17 Desember 2025 | 06:46

Dokter Tifa Kecewa Penyidik Perlihatkan Ijazah Jokowi cuma 10 Menit

Rabu, 17 Desember 2025 | 06:35

Lompatan Cara Belajar

Rabu, 17 Desember 2025 | 06:22

Jakarta Hasilkan Bahan Bakar Alternatif dari RDF Plant Rorotan

Rabu, 17 Desember 2025 | 06:11

Dedi Mulyadi Larang Angkot di Puncak Beroperasi selama Nataru

Rabu, 17 Desember 2025 | 05:48

Selengkapnya