Berita

Badan Narkotika Nasional (BNN)

On The Spot

Nggak Ada Ruang Besuk, Penjenguk Duduk Di Lantai

Minta Rp 250 Miliar, BNN Mau Bikin Kantor & Rutan
KAMIS, 05 JULI 2012 | 09:19 WIB

RMOL. Karpet merah panjang digelar. Beberapa keluarga duduk bersama di atasnya. Bekal makanan dari rumah lalu dibuka. Sambil ngobrol, mereka menikmati santap siang.

Pemandangan ini bukan terjadi di tempat tamasya. Tapi di Rumah Tahanan (Rutan) Badan Narkotika Nasional (BNN).

“Kami nggak punya ruang khu­sus pengunjung. Akhirnya dengan terpaksa keluarga yang ingin jenguk duduk di lantai (beralas karpet) dan berdesak-desakan,” kata Zainal, Kepala Rutan BNN.

Karpet merah yang disediakan un­tuk penjenguk berukuran 2x4 me­ter. Diduduki lebih dari 20 orang. Dari sini, penjenguk bisa me­lihat langsung kamar-kamar tahanan.

Rutan ini memiliki delapan ka­mar untuk para tahanan kasus nar­koba. Enam kamar untuk ta­hanan pria. Sisanya untuk pe­rem­puan. “Normalnya kamar itu untuk lima orang,” kata Zainal.

Namun bisa diisi enam sampai de­lapan tahanan. Saat Rakyat Merdeka Selasa lalu, penghuni ru­tan 51 orang. Pekan sebe­lum­nya sampai 64 orang. Jadi setiap kamar dihuni delapan orang.

Kelebihan kapasitas bukan ha­nya terjadi di rutan. Tapi juga di ruang-ruang kerja staf BNN. Mi­salnya ruang Humas. Ruang­nya ber­ukuran 6x5 meter. Disekat men­jadi beberapa bagian. Salah satunya untuk ruang kerja kepala Humas.

 â€œBiar pun kecil, ruangan ini harus menampung 20 karyawan termasuk saya. Makanya hanya ada beberapa meja kerja saja yang bisa digunakan karyawan. Sisanya kerja di meja rapat,” kata Sumirat Dwiyanto, Kepala Humas.

Kantor Badan Narkotika Nasional (BNN) terletak di Jalan Letjen MT Haryono, Cawang, Ja­karta Timur. Di sini adalah dua ba­ngunan utama. Pertama, ba­ngu­nan berlantai dua yang men­jadi kantor Direktorat IV Nar­koba Badan Reserse Kriminal (Bareskrim) Polri. Letaknya di kiri. BNN menempati bangunan berlantai tujuh di kanan.

“Gedung ini memang milik Polri. Jadi jangan heran kalau da­lam satu kawasan ada dua insti­tusi. Gedung ini statusnya dipin­jam kepolisian kepada kami,” ungkap Sumirat.

Untuk masuk ke dalam gedung BNN harus melalui pintu kaca yang selalu dijaga dua petugas keamanan. Melewati pintu kaca langsung berhadapan dengan metal detector.

Persis di sebelah metal detector ter­dapat meja resepsionis yang dijaga dua perempuan. Tamu diminta menukar kartu identitas dengan kartu “visitor”.

Di lantai ini ada beberapa rua­ngan. Di sebelah kiri lobby ter­dapat tempat pendaftaran per­mo­honan rehabilitasi. Ruangan ini berukuran sekitar 2x3 meter. Din­ding dan kedua pintunya dari kaca. Di dalam ruangan ini ter­dapat tiga meja dan sembilan kursi untuk melayani pendaftar.

Di belakang lift terdapat tiga rua­ngan berukuran sama. Ben­tuk­nya pun serupa. Sebelah kiri untuk teleconference. Ruang di tengah untuk informasi. Se­dang­kan di pojok kanan ruang Humas.

Rutan terletak di tengah-tengah kantor BNN dan kantor Direk­torat IV Narkoba Bareskrim Pol­ri. Un­tuk ke rutan melalui lorong mirip lorong rumah sakit tempo dulu. Lantainya ditutupi keramik putih.

Badan yang dikomandoi Gories Mere berkantor di gedung  berlan­tai tujuh ini sejak 2004. Menurut Sumirat, kapasitas gedung hanya 400 orang. Tapi diisi 1.200 orang.

Rencananya, tahun depan BNN akan menambah staf lagi. Gedung yang sekarang ditempati dianggap tak memadai lagi. “Makanya kami mengajukan permintaan gedung baru kepada DPR dan pemerin­tah,” kata Sumirat.

Permintaan disampaikan saat rapat kerja dengan Komisi III DPR Senin, 26 Juni lalu. “Tapi belum dikabulkan,” tambahnya.

Untuk tahun 2013, BNN me­minta dana Rp  1,02 triliun. Naik Rp 437,29 dari tahun sebe­lum­nya. Permintaan dana naik karena di dalamnya ada rencana me­mi­liki kantor sendiri. Dana Rp 250 miliar bakal dialokasikan untuk itu.

Di mana letak kantor baru BNN? Sumirat mengatakan pi­haknya belum melakukan survei tempat.  “Tapi kalau boleh, BNN mau memiliki kantor yang berada di kawasan strategis seperti di Gatot Subroto. Agar pelayanan ter­hadap masyarakat bisa opti­mal,” ujarnya.

Isi Formulir Lalu Antre Masuk Rutan

Bunyi klakson kendaraan bermotor saling bersahut-sahutan saat Kijang Innova Hitam di de­pan berhenti melaju. Sebuah ta­ngan melambai dari jendela kursi sopir menandakan agar mobil di belakangnya bersabar.

Butuh waktu satu menit untuk bisa parkir di depan gedung BNN. Setelah berulang kali maju-mun­dur, mobil bongsor itu akhirnya bisa parkir di baris ke empat.

Tak lama dari dalam mobil ke­luar  pria paruh baya keluar ber­sama perempuan berkerudung. Mereka terlihat tergesa-gesa memasuki gerbang kantor BNN.

Dari sini mereka melangkah menuju lorong yang terletak di antara kantor BNN dan Direk­torat IV Narkoba Bareskrim Pol­ri. Lorong itu tak dilengkapi pin­tu. Juga tak dijaga petugas. Orang bebas keluar masuk.

“Saya mau jenguk keluarga yang ada di dalam sekitar 2 ming­gu lalu. Saya parkir di luar, kare­na tadi satpam bilang di dalam sudah penuh,” ujar pria yang me­ngaku bernama Hartono itu.

Melewati pintu masuk, Har­tono menyusuri jalan seperti di koridor rumah sakit tempo dulu. Di sebelah kiri koridor terdapat bari­san mobil dan motor. Posisi­nya tak tidak tertata baik karena saking banyaknya yang parkir di situ.

Hartono menghentikan lang­kah di depan bangunan di sebelah kanan koridor. Di depan ba­ngu­nan itu sejumlah petugas terlihat berjaga-jaga.

Sambil mengutarakan ke­ingi­nannya, Hartono dipersilakan me­ngisi formulir yang diletakkan di atas meja. Meja ini ditunggui dua petugas keamanan wanita.

Setelah mengisi lengkap, Har­tono dan istrinya menunggu di bangku plastis panjang persis di depan pintu masuk. Tempat yang didatangi Hartono adalah rumah tahanan (rutan) BNN. Para ter­sang­ka kasus narkoba yang ter­tangkap dijebloskan ke sini. Anak Hartono menjadi penghuni rutan ini.

“Saya tunggu antrean untuk da­pat kesempatan bertemu de­ngan anak saya. Karena saat ini me­mang banyak keluarga lain yang ingin membesuk, sehingga harus bergiliran,” kata Hartono.

Menurut Kepala Rutan Zainal, pengunjung memang harus antre karena kapasitas rutan ini ter­batas. Apalagi, di sini tak ada ruang pengunjung.

Pengunjung bertemu tahanan di ruang depan sel. Karpet di­se­diakan untuk tempat per­te­muan. Sulit membedakan tahanan de­ngan pengunjung. Tahanan tak diwajibkan pakai seragam saat dibesuk.

Badan Jalan Jadi Tempat Parkir,  Disemprit DTJ

Kurangnya lahan parkir menjadi masalah yang dihadapi staf BNN setiap hari maupun para pengunjung. Badan jalan pun dipakai untuk tempat parkir mobil. Pantauan Rakyat Mer­deka, puluhan mobil itu ter­par­kir di Jalan MT Haryono, Ca­wang, Jakarta Timur persis di de­pan kantor BNN.

Deretan mobil terlihat mulai 20 meter sebelum kantor BNN hing­ga beberapa puluh meter se­telah­nya mengarah ke Pancoran. Ham­pir setengah badan jalan terpakai untuk parkir. Mobil-mobil parkir membentuk empat barisan.

“Kami tidak membantah bila parkir di depan gedung BNN itu mengganggu ketertiban lalu lin­tas. Dan ini pula yang jadi alasan Dewan Transportasi Jakarta (DTJ) pernah protes ke kantor kami tahun lalu,” kata Kepala Hu­mas BNN Sumirat Dwiyanto.  

DTJ meminta kepada BNN mem­benahi parkir liar yang ada di sepanjang jalan depan kantor. Na­mun hingga Desember 2011 tak juga ditemui tempat untuk par­kir staf BNN maupun pengunjung.

 â€œKami undang DTJ untuk ra­pat cari solusi bagaimana atasi par­kir liar itu. Tapi setelah me­reka tahu kondisi parkir kami, ak­hirnya tetap tidak bisa di­hindari kalau badan jalan harus terpakai untuk parkir ken­da­ra­an,” kata Sumirat.

“Disepakati kalau parkir di depan kantor boleh dilakukan di atas jam 10 pagi. Karena di ba­wah jam 10 kan lagi macet-ma­cetnya jalan di sini,” tambahnya.

Menurut Sumirat, lalu lalang di sini cukup banyak. “Perlu di­ingat, selain masyarakat dan pegawai BNN, ada personil dari Direktrorat IV Bareskrim Polri yang ikut memenuhi kawasan ini. Bisa dibayangkan, kita yang tidak punya lahan parkir seperti basement dan gedung bertingkat tentu akan kewalahan,” bebernya.

Akses bagi kendaraan ber­motor keluar masuk pun hanya satu. Kendaraan yang ingin ma­suk maupun keluar, meng­gu­na­kan pintu dan jalur yang sama.

“Makanya kalau ada ken­da­raan yang ingin keluar tapi ber­barengan dengan yang masuk cukup bikin repot petugas par­kir,” tutup Sumirat.  [Harian Rakyat Merdeka]


Populer

Aduan Kebohongan sebagai Gugatan Perdata

Selasa, 08 Oktober 2024 | 10:03

Pernah Bertugas di KPK, Kapolres Boyolali Jebolan Akpol 2003

Senin, 07 Oktober 2024 | 04:21

Warganet Beberkan Kejanggalan Kampus Raffi Ahmad Peroleh Gelar Doktor Kehormatan

Senin, 30 September 2024 | 05:26

Laksdya Irvansyah Dianggap Gagal Bangun Jati Diri Coast Guard

Sabtu, 05 Oktober 2024 | 03:45

Bakamla Jangan Lagi Gunakan Identitas Coast Guard

Rabu, 09 Oktober 2024 | 06:46

Selebgram Korban Penganiayaan Ketum Parpol Ternyata Mantan Kekasih Atta Halilintar

Senin, 07 Oktober 2024 | 14:01

PDIP Bisa Dapat 3 Menteri tapi Terhalang Chemistry Gibran

Rabu, 09 Oktober 2024 | 01:53

UPDATE

TB Hasanuddin Kritik Raffi Ahmad Pakai Seragam TNI: Ada Aturannya!

Kamis, 10 Oktober 2024 | 07:48

Prabowo Harus Buktikan Betul-betul Bentuk Zaken Kabinet

Kamis, 10 Oktober 2024 | 07:38

Ketum Garuda Diduga Aniaya Wanita Pernah Gagal Nyaleg Lewat Gerindra

Kamis, 10 Oktober 2024 | 07:31

Hujan Ringan Diperkirakan Basahi Jakarta

Kamis, 10 Oktober 2024 | 07:17

Bambang Haryo Tinjau Pembangunan Terminal Internasional Bimoku

Kamis, 10 Oktober 2024 | 06:50

Bahlil Diminta Serius Menata Ulang Aturan Pemanfaatan EBT

Kamis, 10 Oktober 2024 | 06:20

Dukung Program Makanan Bergizi, KKP Gerilya Protein Ikan

Kamis, 10 Oktober 2024 | 05:50

Danjen Kopassus Pimpin Sertijab Sejumlah Posisi Strategis

Kamis, 10 Oktober 2024 | 05:25

Indonesia Ajak Negara Asia Pasifik Mitigasi Perubahan Iklim

Kamis, 10 Oktober 2024 | 04:58

Mbak Ita Optimis Gelaran Sembiz Mampu Gaet Banyak Investor

Kamis, 10 Oktober 2024 | 04:30

Selengkapnya