RMOL. Karpet merah panjang digelar. Beberapa keluarga duduk bersama di atasnya. Bekal makanan dari rumah lalu dibuka. Sambil ngobrol, mereka menikmati santap siang.
Pemandangan ini bukan terjadi di tempat tamasya. Tapi di Rumah Tahanan (Rutan) Badan Narkotika Nasional (BNN).
“Kami nggak punya ruang khuÂsus pengunjung. Akhirnya dengan terpaksa keluarga yang ingin jenguk duduk di lantai (beralas karpet) dan berdesak-desakan,†kata Zainal, Kepala Rutan BNN.
Karpet merah yang disediakan unÂtuk penjenguk berukuran 2x4 meÂter. Diduduki lebih dari 20 orang. Dari sini, penjenguk bisa meÂlihat langsung kamar-kamar tahanan.
Rutan ini memiliki delapan kaÂmar untuk para tahanan kasus narÂkoba. Enam kamar untuk taÂhanan pria. Sisanya untuk peÂremÂpuan. “Normalnya kamar itu untuk lima orang,†kata Zainal.
Namun bisa diisi enam sampai deÂlapan tahanan. Saat Rakyat Merdeka Selasa lalu, penghuni ruÂtan 51 orang. Pekan sebeÂlumÂnya sampai 64 orang. Jadi setiap kamar dihuni delapan orang.
Kelebihan kapasitas bukan haÂnya terjadi di rutan. Tapi juga di ruang-ruang kerja staf BNN. MiÂsalnya ruang Humas. RuangÂnya berÂukuran 6x5 meter. Disekat menÂjadi beberapa bagian. Salah satunya untuk ruang kerja kepala Humas.
“Biar pun kecil, ruangan ini harus menampung 20 karyawan termasuk saya. Makanya hanya ada beberapa meja kerja saja yang bisa digunakan karyawan. Sisanya kerja di meja rapat,†kata Sumirat Dwiyanto, Kepala Humas.
Kantor Badan Narkotika Nasional (BNN) terletak di Jalan Letjen MT Haryono, Cawang, JaÂkarta Timur. Di sini adalah dua baÂngunan utama. Pertama, baÂnguÂnan berlantai dua yang menÂjadi kantor Direktorat IV NarÂkoba Badan Reserse Kriminal (Bareskrim) Polri. Letaknya di kiri. BNN menempati bangunan berlantai tujuh di kanan.
“Gedung ini memang milik Polri. Jadi jangan heran kalau daÂlam satu kawasan ada dua instiÂtusi. Gedung ini statusnya dipinÂjam kepolisian kepada kami,†ungkap Sumirat.
Untuk masuk ke dalam gedung BNN harus melalui pintu kaca yang selalu dijaga dua petugas keamanan. Melewati pintu kaca langsung berhadapan dengan metal detector.
Persis di sebelah metal detector terÂdapat meja resepsionis yang dijaga dua perempuan. Tamu diminta menukar kartu identitas dengan kartu “visitorâ€.
Di lantai ini ada beberapa ruaÂngan. Di sebelah kiri lobby terÂdapat tempat pendaftaran perÂmoÂhonan rehabilitasi. Ruangan ini berukuran sekitar 2x3 meter. DinÂding dan kedua pintunya dari kaca. Di dalam ruangan ini terÂdapat tiga meja dan sembilan kursi untuk melayani pendaftar.
Di belakang lift terdapat tiga ruaÂngan berukuran sama. BenÂtukÂnya pun serupa. Sebelah kiri untuk teleconference. Ruang di tengah untuk informasi. SeÂdangÂkan di pojok kanan ruang Humas.
Rutan terletak di tengah-tengah kantor BNN dan kantor DirekÂtorat IV Narkoba Bareskrim PolÂri. UnÂtuk ke rutan melalui lorong mirip lorong rumah sakit tempo dulu. Lantainya ditutupi keramik putih.
Badan yang dikomandoi Gories Mere berkantor di gedung berlanÂtai tujuh ini sejak 2004. Menurut Sumirat, kapasitas gedung hanya 400 orang. Tapi diisi 1.200 orang.
Rencananya, tahun depan BNN akan menambah staf lagi. Gedung yang sekarang ditempati dianggap tak memadai lagi. “Makanya kami mengajukan permintaan gedung baru kepada DPR dan pemerinÂtah,†kata Sumirat.
Permintaan disampaikan saat rapat kerja dengan Komisi III DPR Senin, 26 Juni lalu. “Tapi belum dikabulkan,†tambahnya.
Untuk tahun 2013, BNN meÂminta dana Rp 1,02 triliun. Naik Rp 437,29 dari tahun sebeÂlumÂnya. Permintaan dana naik karena di dalamnya ada rencana meÂmiÂliki kantor sendiri. Dana Rp 250 miliar bakal dialokasikan untuk itu.
Di mana letak kantor baru BNN? Sumirat mengatakan piÂhaknya belum melakukan survei tempat. “Tapi kalau boleh, BNN mau memiliki kantor yang berada di kawasan strategis seperti di Gatot Subroto. Agar pelayanan terÂhadap masyarakat bisa optiÂmal,†ujarnya.
Isi Formulir Lalu Antre Masuk Rutan
Bunyi klakson kendaraan bermotor saling bersahut-sahutan saat Kijang Innova Hitam di deÂpan berhenti melaju. Sebuah taÂngan melambai dari jendela kursi sopir menandakan agar mobil di belakangnya bersabar.
Butuh waktu satu menit untuk bisa parkir di depan gedung BNN. Setelah berulang kali maju-munÂdur, mobil bongsor itu akhirnya bisa parkir di baris ke empat.
Tak lama dari dalam mobil keÂluar pria paruh baya keluar berÂsama perempuan berkerudung. Mereka terlihat tergesa-gesa memasuki gerbang kantor BNN.
Dari sini mereka melangkah menuju lorong yang terletak di antara kantor BNN dan DirekÂtorat IV Narkoba Bareskrim PolÂri. Lorong itu tak dilengkapi pinÂtu. Juga tak dijaga petugas. Orang bebas keluar masuk.
“Saya mau jenguk keluarga yang ada di dalam sekitar 2 mingÂgu lalu. Saya parkir di luar, kareÂna tadi satpam bilang di dalam sudah penuh,†ujar pria yang meÂngaku bernama Hartono itu.
Melewati pintu masuk, HarÂtono menyusuri jalan seperti di koridor rumah sakit tempo dulu. Di sebelah kiri koridor terdapat bariÂsan mobil dan motor. PosisiÂnya tak tidak tertata baik karena saking banyaknya yang parkir di situ.
Hartono menghentikan langÂkah di depan bangunan di sebelah kanan koridor. Di depan baÂnguÂnan itu sejumlah petugas terlihat berjaga-jaga.
Sambil mengutarakan keÂingiÂnannya, Hartono dipersilakan meÂngisi formulir yang diletakkan di atas meja. Meja ini ditunggui dua petugas keamanan wanita.
Setelah mengisi lengkap, HarÂtono dan istrinya menunggu di bangku plastis panjang persis di depan pintu masuk. Tempat yang didatangi Hartono adalah rumah tahanan (rutan) BNN. Para terÂsangÂka kasus narkoba yang terÂtangkap dijebloskan ke sini. Anak Hartono menjadi penghuni rutan ini.
“Saya tunggu antrean untuk daÂpat kesempatan bertemu deÂngan anak saya. Karena saat ini meÂmang banyak keluarga lain yang ingin membesuk, sehingga harus bergiliran,†kata Hartono.
Menurut Kepala Rutan Zainal, pengunjung memang harus antre karena kapasitas rutan ini terÂbatas. Apalagi, di sini tak ada ruang pengunjung.
Pengunjung bertemu tahanan di ruang depan sel. Karpet diÂseÂdiakan untuk tempat perÂteÂmuan. Sulit membedakan tahanan deÂngan pengunjung. Tahanan tak diwajibkan pakai seragam saat dibesuk.
Badan Jalan Jadi Tempat Parkir, Disemprit DTJ
Kurangnya lahan parkir menjadi masalah yang dihadapi staf BNN setiap hari maupun para pengunjung. Badan jalan pun dipakai untuk tempat parkir mobil. Pantauan Rakyat MerÂdeka, puluhan mobil itu terÂparÂkir di Jalan MT Haryono, CaÂwang, Jakarta Timur persis di deÂpan kantor BNN.
Deretan mobil terlihat mulai 20 meter sebelum kantor BNN hingÂga beberapa puluh meter seÂtelahÂnya mengarah ke Pancoran. HamÂpir setengah badan jalan terpakai untuk parkir. Mobil-mobil parkir membentuk empat barisan.
“Kami tidak membantah bila parkir di depan gedung BNN itu mengganggu ketertiban lalu linÂtas. Dan ini pula yang jadi alasan Dewan Transportasi Jakarta (DTJ) pernah protes ke kantor kami tahun lalu,†kata Kepala HuÂmas BNN Sumirat Dwiyanto.
DTJ meminta kepada BNN memÂbenahi parkir liar yang ada di sepanjang jalan depan kantor. NaÂmun hingga Desember 2011 tak juga ditemui tempat untuk parÂkir staf BNN maupun pengunjung.
“Kami undang DTJ untuk raÂpat cari solusi bagaimana atasi parÂkir liar itu. Tapi setelah meÂreka tahu kondisi parkir kami, akÂhirnya tetap tidak bisa diÂhindari kalau badan jalan harus terpakai untuk parkir kenÂdaÂraÂan,†kata Sumirat.
“Disepakati kalau parkir di depan kantor boleh dilakukan di atas jam 10 pagi. Karena di baÂwah jam 10 kan lagi macet-maÂcetnya jalan di sini,†tambahnya.
Menurut Sumirat, lalu lalang di sini cukup banyak. “Perlu diÂingat, selain masyarakat dan pegawai BNN, ada personil dari Direktrorat IV Bareskrim Polri yang ikut memenuhi kawasan ini. Bisa dibayangkan, kita yang tidak punya lahan parkir seperti basement dan gedung bertingkat tentu akan kewalahan,†bebernya.
Akses bagi kendaraan berÂmotor keluar masuk pun hanya satu. Kendaraan yang ingin maÂsuk maupun keluar, mengÂguÂnaÂkan pintu dan jalur yang sama.
“Makanya kalau ada kenÂdaÂraan yang ingin keluar tapi berÂbarengan dengan yang masuk cukup bikin repot petugas parÂkir,†tutup Sumirat. [Harian Rakyat Merdeka]
Populer
Selasa, 08 Oktober 2024 | 10:03
Senin, 07 Oktober 2024 | 04:21
Senin, 30 September 2024 | 05:26
Sabtu, 05 Oktober 2024 | 03:45
Rabu, 09 Oktober 2024 | 06:46
Senin, 07 Oktober 2024 | 14:01
Rabu, 09 Oktober 2024 | 01:53
UPDATE
Kamis, 10 Oktober 2024 | 07:48
Kamis, 10 Oktober 2024 | 07:38
Kamis, 10 Oktober 2024 | 07:31
Kamis, 10 Oktober 2024 | 07:17
Kamis, 10 Oktober 2024 | 06:50
Kamis, 10 Oktober 2024 | 06:20
Kamis, 10 Oktober 2024 | 05:50
Kamis, 10 Oktober 2024 | 05:25
Kamis, 10 Oktober 2024 | 04:58
Kamis, 10 Oktober 2024 | 04:30