RMOL. Belum lama duduk sebagai menteri kesehatan, Nafsiah Mboi sudah melontarkan pernyataan kontroversial. Kata dia, remaja berperilaku seksual berisiko butuh kampanye kondom. Saat rapat perdana dengan Komisi IX DPR, Nafsiah pun dicecar soal pernyataannya itu.
Sekitar pukul 10 pagi mobil ToÂyota Camry warna hitam berÂplat RI 30 berhenti persis di deÂpan pintu belakang, gedung NuÂsantara I Komplek DPR. Seorang pria mengenakan seragam safari warÂna hitam segera berlari memÂbuka pintu belakang mobil.
Pintu belakang mobil terbuka, MenÂkes Nafsiah Mboi terlihat berÂgerak ke arah luar. Tanpa memÂbuang waktu, perempuan yang meÂnggantikan almarhumah EnÂdang Sri Sedyaningsih sebagai menÂteri kesehatan ini langsung menuju ke ruang rapat Komisi IX DPR.
Dengan mengenakan baju batik warna coklat dan rok berwarna hitam, Nafsiah tampak percaya diri menuju tempat duduknya yang persis berhadap-hadapan dengan meja pimpinan sidang.
Sebelum duduk, wanita yang sudah memasuki usia ke 72 tahun ini masih sempat melemparkan senyum pada seluruh anggota Dewan yang memang sudah menunggunya.
Tidak menunggu lama, Wakil Ketua Komisi IX Irgan Chairul Mahfidz yang bertugas sebagai pimpinan sidang mengambil inisiatif untuk membuka rapat. Dengan mengetuk palu sebanyak tiga kali, politisi PPP itu meÂnyatakan rapat kerja resmi dibuÂka. Irgan lalu mempersilahkan MenÂkes untuk menyampaikan preÂsentasinya.
Setelah basa-basi sedikit MenÂteri Nafsiah tidak mau memÂbuang waktu dan segera meÂnyamÂpaikan presentasinya. MeÂmanfaatkan dua layar besar yang ada di sudut kiri dan kanan ruang rapat, Menkes mulai memaparÂkan makalahnya.
Menkes memulainya dengan menjelaskan keberhasilan pemeÂrintah dalam MDG’s (Millenium Development Goals). Ia hanya seÂbentar membahas hal ini. MaÂsuk ke soal berikutnya. Yakni kamÂpanye kondom yang sedang ramai dibicarakan.
“Sengaja saya memberikan paÂparan lebih panjang tentang HIV/AIDS karena soal ini meÂngunÂdang kontroversi. Saya baru menÂjabat 11 hari sudah mengundang kontroversi,†papar Menkes sambil tersenyum.
Dalam paparannya, Menkes membantah dirinya atau keÂmenterian yang dipimpinnya meÂmiliki program membagi-bagiÂkan kondom secara gratis kepada remaja. Soal kondom itu, dia meÂnuding media massa salah kutip pernyataannya.
“Saya kembali tegaskan kami tidak akan membagi-bagikan kondom kepada remaja. Kami haÂnya memberikan kepada mereka yang seks berisiko tinggi,†tegas Nafsiah.
Nafsiah mencontohkan, KeÂmenÂkes memberikan kondom keÂpada pria-pria yang kerap berÂsinggungan dengan prostitusi. “DeÂngan demikian mereka muÂdah mengakses kondom dan mengÂgunakannya. Mereka akan dapat melindungi istri dan baÂyinya dari terpapar HIV/AIDS,†paparnya.
Khusus untuk remaja, kata Nafsiah, Kemenkes melakukan pencegahan di hulu. Tidak dengan membagi-bagikan konÂdom. “Karena itu kami mengajak toÂkoh agama, tokoh masyarakat dan juga pendidik untuk terus meningkatkan iman dan mental remaja,†kata Nafsiah.
Meskipun dalam paparannya MenÂkes sudah menyatakan sikapÂnya yang tidak akan memÂbagi-bagi kondom di kalangan remaja, protes yang datang terÂhaÂdapnya tidak bisa dibendung. Protes keras segera disampaikan, begitu pimÂpinan rapat membuka sesi bertanya kepada anggota dewan.
Anggota Komisi IX dari Fraksi PKS Indra dengan tegas menolak rencana Menkes soal kampanye kondom tersebut.
“Itu sama saja melegalkan seks bebas. Harusnya Menkes fokus pada kasus penolakan pasien miskin di rumah sakit,†ujarnya.
Herlina Amran, rekan satu fraksinya juga melemparkan penÂdapat yang senada. Dia menÂcontohkan, di Amerika Serikat yang telah memberi pendidikan reproduksi kepada remaja. Walhasil seks bebas pada remaja di sana justru meningkat. “Jadi siapa yang bisa menjamin kebiÂjakan pembagian kondom tidak salah sasaran?†ujarnya.
Politisi PKB Chusnunia meÂminta Menkes Nafsiah fokus saja pada program-program kementeÂrian yang sudah berjalan. “BaÂnyak masalah yang harus segera diseleÂsaikan ketimbang menjadi konÂdom sebagai program ungÂgulan,†imbuh politisi berkerudung ini.
Berbeda dengan rekannya, Wakil Ketua Komisi IX DPR Nova Riyanti Yusuf menilai kampanye penggunaan kondom sebagai salah satu alat konÂtrasepsi merupakan hal biasa.
“Banyak bangat pertanyaan seputar kondom, yang produktif dan substantif menyikapi fakta temuan angka mencengangkan terkait pencegahan HIV/AIDS dan juga untuk memusnahkan standar ganda nilai moral kita. Itu tantangan buat Menkes,†katanya.
Namun, kata dia, dalam kampanye kondom ini sebaiknya pemerintah fokus pada pekerja seks komersil (PSK) miskin. SeÂbab mereka tak mampu memÂbeli kondom. Pemerintah juga perlu membuat kebijakan mengenai penjualan alat kontrasepsi itu.
Karena banyaknya anggota dewan yang ingin mengajukan pertanyaan, rapat diperpanjang. Seharusnya sudah rehat pada jam 12 siang untuk makan siang. Tapi rehat baru dilakukan pada 14.30.
Rapat dilanjutkan sejam kemuÂdian untuk mendengarkan jawaÂban Menkes. Usai pimpinan siÂdang menyatakan rapat diskors, deÂngan terburu-buru Menkes seÂgera berjalan ke arah keluar ruangan sidang. Saat dicegat baÂnyak wartawan, Menkes meminta waktu untuk menuju toilet.
Namun usai keluar dari kamar kecil, lagi-lagi Menkes meminta tak wawancara dulu. “Manusiawi dong, saya ini belum makan siang. Jadi saya izin untuk makan siang dulu,†katanya kepada wartawan yang sudah menunggunya.
Hampir satu jam istirahat, rapat kembali dilanjutkan. Menkes yang mendapatkan banyak kritiÂkan soal kampanye kondom mulai menjawab beberapa perÂtanyaan dalam satu jawaban.
Dalam jawabannya, dia meneÂgaskan sikapnya yang sama seÂkali tidak berencana ataupun akan melakukan kampanye bagi-bagi kondom untuk remaja.
“Kalau di sekolah-sekolah, para remaja kita itu lebih ke hulu. Artinya, pendidikan kepada reÂmaja supaya dia punya ketahanan iman dan mental untuk menolak perilaku berisiko, baik seks maupun narkoba,†tegasnya.
Pukul 17.45 WIB, rapat antara Menkes dan Komisi IX ditutup. Namun saat akan mengetuk kesimpulan rapat yang berjalan sekitar 8 jam ini, perdebatan kembali terjadi.
“Kita sudah rapat lama, kenapa masalah kondom tidak dimaÂsukan dalam poin kesimpulan. Kita tahu kondom ini sudah menuai pro dan kontra, tentunya masyarakat menunggu hasilnya dari rapat ini,†kata politisi PKS Arif Minardi.
Namun mayoritas rekan koÂmisinya menganggap masalah kondom sudah selesai, sehingga tak perlu dimasukkan dalam kesimpulan. “Tadi Menkes sudah berikan klarifikasi soal tidak akan lakukan bagi-bagi kondom sudah selesai. Jadi saya pikir tidak perlu diperdebat lagi,†ujar pimpinan sidang yang kemudian mengetuk palu tanda rapat berakhir.
“Sudah Jalan Enam Tahun, Saya Hanya Melanjutkan...â€
Forum Indonesia untuk TranÂspaÂransi Anggaran (FITRA) memÂbeberkan pemerintah telah menghabiskan anggaran sebesar Rp 25,2 miliar untuk kampanye kondom. Kondom dipesan bersaÂma alat kontrasepsi lain sebagai program pencegahan HIV/AIDS.
Koordinator Investigasi dan Advokasi Fitra Uchok Sky Khadafi mengungkapkan, lelang pengadaan kondom Tahun AngÂgaran 2012 sudah selesai. PeÂnanÂdatanganan kontrak peÂngadaan itu dilakukan pada 7 hingÂga 17 Februari 2012. PeÂmenang. PT Kimia Farma TraÂding & DistriÂbution menjadi pemenang pengaÂdaan senilai Rp 24,8 miliar itu.
“Dan alokasi dalam pagu Anggaran APBN Tahun 2012 sebesar Rp 25,2 miliar. Lelang untuk pengadaan kondom tahun anggaran 2012 dipublikasikan pada tanggal 9 Januari 2012 sampai 19 Januari 2012. SemenÂtara penandatanganan kontrak sudah dilakukan mulai tanggal 7 Februari sampai 17 Februari 2012,†jelas Uchok.
Menurut Uchok, dengan ramÂpungnya proses lelang pengadaan kondom, maka langkah pemeÂrintah selanjutnya adalah kamÂpanye dan pembagian kondom gratis untuk para remaja.
Tapi sangat disayangkan, kata dia, Menkes tidak pernah memÂberitahu kepada publik tentang temÂpat-tempat akan membagi-bagikan atau kampanye penguÂnaan kondom dengan sasaran kalangan dengan kelompok seks berisiko sebagaimana klaimnya.
Apalagi, kalau melihat alokasi anggaran untuk kamÂpanye, baik melalui televisi, radio, dan cerdas cermat di teleÂvisi hanya akan memÂbuang-buang anggaran sebeÂsar Rp 28,4 miliar dari alokasi anggaran APBN yang diseÂdiakan sebesar Rp 30,2 miliar.
“Sekali lagi, Menteri KeseÂhatan jangan sesumbar kalau tidak punya data daerah atau tempat mana masyarakat deÂngan perilaku seks berisiko,†tandasnya.
Menkes Nafsiah Mboi menÂjelaskan anggaran Rp 25,5 miÂliar itu tidak dikeluarkan keÂmenteriannya. Anggaran terÂseÂbut, kata dia, dikeluarkan BaÂdan Kependudukan dan KeÂluarga Berencana Nasional (BKKBN) dalam program KB.
“Saya katakan Rp 25 miliar itu dibeli BKKBN, jadi angÂgaran BKKBN untuk program KB, mereka harus beli senÂdiri,†tegas Menskes.
Program kondom ini, kata Nafsiah, hanya meneruskan program Kemenkes sebeÂlumnya. “Program ini sudah berjalan sejak enam tahun lalu, kami hanya melanjutkan,†akunya.
Bagi-bagi Kondom Gratis Cuma Untuk Pelacur Miskin
Demi mencegah penyebaran HIV/AIDS, pekerja seks koÂmersial (PSK) akan mendapatkan konÂdom secara gratis. Namun hanya yang miskin.
Menteri Kesehatan Nafsiah Mboi menjelaskan, program kamÂpanye kondom telah dilaÂkukan sejak enam tahun lalu. AdaÂpun sasaran utama program kamÂpanye kondom itu adalah temÂpat-tempat yang potensial terjadi hubungan seks berisiko, seperti tempat pelacuran.
“Kami akan kampanyekan di beberapa tempat tertentu, seperti tempat pelacuran, terminal dan pelabuhan. Jadi itulah lokasi strategis kami untuk memÂproÂmosikan kondom, ini berlaku di semua provinsi.â€
“Nantinya kami akan berikan pada PSK miskin, karena meÂmang mereka tidak mampu untuk beli kondom. Ini demi mencegah penyebaran HIV/AIDS di InÂdonesia,†tambahnya.
Meskipun akan bagi-bagi konÂdom di tempat lokalisasi, Nafsiah juga akan melakukan penyuÂluhan. Pembagian kondom terÂsebut kata dia, akan jadi moÂmentum untuk melakukan peÂnyuÂluhan, informasi dan penÂdidikan soal dampak buruk dari seks bebas. “Kami akan jelaskan apa rugiÂnya melakukan seks bebas,†ujarnya
Sementara itu, Kepala BKKBN Sugiri Syarief, mengakui pihaknya telah menyiapkan 400 ribu gros lebih atau setara 57,6 juta buah kondom yang akan dibagikan secara gratis ke masyarakat.
Puluhan juta kondom itu adalah untuk mendukung program kampanye pengÂguÂnaan kondom untuk program KB. Adalah PT Mitra Rajawali BanÂjar yang menjadi pemeÂnang tender atas pengadaan puluhan juta kondom tersebut.
Berapa anggarannya? Sugiri lupa anggaran pengadaan kondom tersebut. Hanya, kata dia, dari program tersebut tak ada dana organisasi non-pemerintah (NGO) asing yang masuk ke lembaganya.
“Di BKKBN tidak ada. Saya nggak tahu kalau di instansi lain, kementerian kesehatan kita tidak tahu. Di KPA (Komisi Perlindungan AIDS) kami tidak tahu. Tanya ke sana. Yang dibeli BKKBN produk dalam neÂgeri. Produk merk-nya juga kondom proÂgram KB. ProÂduksi PT Mitra Rajawali Banjar,†ujarnya. [Harian Rakyat Merdeka]
Populer
Selasa, 08 Oktober 2024 | 10:03
Senin, 07 Oktober 2024 | 04:21
Senin, 30 September 2024 | 05:26
Sabtu, 05 Oktober 2024 | 03:45
Rabu, 09 Oktober 2024 | 06:46
Senin, 07 Oktober 2024 | 14:01
Rabu, 09 Oktober 2024 | 01:53
UPDATE
Kamis, 10 Oktober 2024 | 07:48
Kamis, 10 Oktober 2024 | 07:38
Kamis, 10 Oktober 2024 | 07:31
Kamis, 10 Oktober 2024 | 07:17
Kamis, 10 Oktober 2024 | 06:50
Kamis, 10 Oktober 2024 | 06:20
Kamis, 10 Oktober 2024 | 05:50
Kamis, 10 Oktober 2024 | 05:25
Kamis, 10 Oktober 2024 | 04:58
Kamis, 10 Oktober 2024 | 04:30