Berita

ilustrasi, pesawat Fokker 27 jatuh

On The Spot

Dengar Suara Pesawat, Jantung Kok Mau Copot

Warga Kompleks Rajawali Halim Trauma
SABTU, 23 JUNI 2012 | 10:19 WIB

RMOL. Titin duduk termangu di belakang rumahnya di RT 11 RW 10, Jalan Branjangan 2, Kompleks Rajawali, Pangkalan Udara TNI AU Halim Perdanakusuma, Jakarta Timur, Jumat siang (22/6).

Sambil memandangi rumah tetangganya yang hangus dilalap api, wanita berumur 40 tahun ini sesekali berbincang-bincang de­ngan beberapa warga yang ber­gerombol melihat lokasi kece­lakaan. “Saya masih shock ingat kejadian kemarin,” kata wanita tiga orang anak ini.

Kamis (21/6) pesawat Fokker 27 jatuh dan menimpa sejumlah rumah di kompleks ini. Beberapa korban tewas adalah penghuni rumah.

Titin masih ingat suara desing baling-baling yang sangat dekat di atas rumahnya beberapa detik sebelum jatuh dan menimpa de­la­pan rumah. “Suaranya seperti ba­ling-baling helikopter. Keras ba­nget, posisinya kayak di atas kepala kita,” katanya.

Setelah itu, terdengar suara keras “bruuk” yang disusul koba­ran api yang membumbung tinggi dan membakar rumah yang berada di dekat lokasi jatuhnya pe­sawat. “Suara ledakan nggak ada. Saat pesawat jatuh tanah sem­pat bergetar keras,” kata wani­ta yang wajahnya masih pucat ini.

Besarnya api yang membakar rumah tetangganya membuat Ti­tin lari tunggang langgang me­nyelamatkan diri. Ia berlindung ke rumah tetangga yang jauh dari lokasi jatuhnya pesawat. “Saya terus dzikir moga-moga rumah saya tidak ikut terbakar,” katanya.

Setelah api mereda, ia belum berani mendatangi rumahnya karena masih tercium bau avtur yang saat menyengat. Ia melihat bahan bakar pesawat itu tumpah ke tanah.

Satu jam berada di rumah te­tangganya, wanita yang me­nge­nakan daster ini memberanikan diri masuk ke dalam rumahnya dan menyelamatkan tabung gas elpiji. “Halaman juga saya siram air untuk mencegah avtur me­nyebar,” katanya.

Selain itu, seluruh perabutan ru­mah yang berharga seperti, kulkas, televisi, mesin cuci juga diangkut khawatir rumahnya ikut terbakar. “Tapi alhamdulilah jilatan api tidak sampai mengenai rumahnya dan hanya membakar beberapa pohon. Kalau nggak ada pohon mungkin rumah saya ikut terbakar habis,” katanya.

Peristiwa kecelakaan ini sangat menggocang jiwanya, hingga kini bila mendengar suara pe­sa­wat yang hendak terbang (take off) maupun mendarat (landing) di Pangkalan Udara Halim Per­dana Kusuma ia masih deg-de­gan.  Badannya pun langsung le­mas. “Semoga dalam beberapa hari ini sudah sembuh,” kata Ti­tin. Ia berharap, kecelakaan ini merupakan terakhir kali dan tidak terjadi lagi di sini.

Pengamatan Rakyat Merdeka kompleks Rajawali yang jadi lokasi jatuhnya pesawat cukup jauh dari landasan Pangkalan Udara TNI AU Halim Per­da­na­ku­suma, Anggota Provoost TNI AU berjaga di gerbang masuk kompleks ini. Setiap orang yang hendak masuk diperiksa. Setelah diperbolehkan masuk, Rakyat Mer­deka menyusuri jalan di te­ngah komplek Rajawali. Inilah Jalan Branjangan 2 tempat lokasi jatuhnya pesawat.

Namun jalan tersebut dijaga ketat petugas provost dan sia­pa­pun tidak boleh masuk kecuali warga yang tinggal di sepanjang jalan tersebut. Karena tidak mendapat akses jalan masuk, ak­hir­nya kami menyusuri Jalan Branjangan 1. Dari sini warga bisa melihat lokasi kejadian de­ngan menyusuri jalan setapak dan becek. Lokasinya tepat di be­la­kang rumah Titin.

Di lokasi kejadian dipasang garis kuning. Siapapun dilarang melewati garis tersebut kecuali aparat terkait. Dari sini terlihat kondisi delapan rumah yang ter­timpa pesawat Fokker 27.

Bangunan yang tertimpa pesawat buatan Belanda itu hanya menyisakan dinding. Itu pun sudah tak utuh. Tanda-tanda be­kas terlihat jelas di dinding yang dicat putih. Beberapa perabotan rumah tangga seperti kompor, ka­sur ha­ngus terbakar. Tidak hanya itu ku­sen rumah juga ikut ter­bakar ha­bis. Bau gosong masih menyengat.

Pohon-pohon yang berada dekat dengan lokasi kecelakaan juga terlihat merangas tersambar api. Daun-daunnya rontok.

Beko terlihat berada di tengah-tengah rumah yang terbakar untuk mengangkuti puing-puing pesawat. Beberapa provost TNI AU berjaga-jaga di sekitar lokasi jatuhanya pesawat.

Tim Sepakbola, Diplomat Sampai Petinggi Militer

Korban-korban Fokker 27

Fokker 27 memiliki catatan kecelakaan yang panjang sejak diterbangkan pertama kali oleh Aer Lingus pada November 1958.  Pesawat buatan Belanda ini mengalami kecelakaan per­tama kali pada 10 Juni 1960 di Mackay, Qeensland, Aus­tralia.

Saat itu, Fokker 27 milik Trans Australia Airlines jatuh dan me­newaskan 29 penumpang. In­siden itu tercatat sebagai pe­ris­tiwa kecelakaan pesawat ter­buruk saat itu.

Sepuluh tahun kemudian, Fok­­ker 27 milik Pakistan Inter­na­tional Airlines (PIA) jatuh saat le­pas landas dari Islamabad. Insi­den yang terjadi pada 6 Agustus 1970 itu menewaskan 30 orang. Pada 20 Februari 2003, Fokker 27 milik Angkatan Uda­ra (AU) m­e­ngalami kecela­ka­an hingga me­ne­waskan Ke­pala Staf AU Pakis­tan Marshal Mushaf Ali Mir dan is­trinya, serta 15 penumpang lainnya.

Fokker 27 milik PIA kembali jatuh pada 10 Juli 2006. Pesawat yang membawa 45 penumpang terhembas ke bumi tiga menit setelah take off dari Bandara Mut­tan. Pesawat terbakar habis. Tak ada penumpang yang selamat.

Pada 4 Agustus 1984, pesa­wa­t serupa milik Angkatan Uda­ra Nigeria juga jatuh dan me­ne­waskan 30 penumpangnya. Pe­sawat membawa delegasi pe­merintah dan militer untuk misi diplomatik.

Pada 26 Mei 1980 pesawat Fok­ker 27 yang dioperasikan Bi­man Airlines Bangladesh, ja­tuh dan merenggut 45 penum­pang dan empat awaknya. Pe­sa­wat yang jatuh dekat Bandara Shah­jalal itu dikemudikan Ka­niz Fa­tima Roksana,  pilot pe­rem­puan pertama di Bangladesh.

Peru juga pernah mengalami pe­ngalaman buruk dengan Fok­ker 27. Pada 8 Desember 1987 pesawat yang mengangkut tim sepakbola Alianza Lima jatuh di ibu kota negara, Lima. Seluruh anggota tim tewas.

Di Indonesia, pada 6 April 2009, Fokker 27 milik TNI AU hanggar Lanud Hussein Sastra­ne­gara hingga menelan 24 korban jiwa. Kamis lalu pesawat latih je­nis ini di Halim Perdanakusumah. Menewaskan 11 orang.

Penerbang Latihan Pakai Simulator

Fokker Dikandangkan

Selama ini Fokker 27 digu­na­kan sebagai pesawat latih. Se­telah peristiwa Kamis lalu, TNI AU mengandangkan semua pesawat buatan Belanda itu.

“Latihan rutin yang memakai Fokker 27 dihentikan dulu se­mentara waktu. Kami akan laku­kan investigasi internal dulu kenapa pesawat itu bisa jatuh,” kata Kepala Dinas Penerangan Angkatan Udara Marsekal Per­tama Azman Yunus.

Azman mengatakan, sebe­lum­­n­ya TNI AU memiliki enam pesawat Fokker 27. Kini hanya tersisa lima. “Semua Fokker 27 saat ini diletakkan di home base untuk sementara waktu,” katanya.

Pesawat Fokker yang tersisa akan diperiksa kelaikan mesin­nya. Pesawat itu baru akan di­ope­rasi lagi setelah hasil inves­tigasi keluar tiga bulan lagi.

Walaupun Fokker 27 dikan­dangkan, Azman memastikan latihan rutin bagi para calon pe­nerbang dan penerbang Skuad­ron 2 tidak terganggu.

Latihan bisa dengan simu­lator. “Atau bisa juga dengan meng­gunakan pesawat jenis lain­nya yakni CN 235,” katanya.

Pria dengan tanda satu bin­tang di pundaknya ini me­ngata­kan TNI AU telah menurunkan tim investigasi untuk menye­lidiki penyebab jatuhnya Fokker 27 di dekat Lanud Halim.

“Hasil investigasi diper­kira­kan baru akan keluar tiga bulan kemudian. Tapi ini bukan kon­sumsi publik karena yang ke­celakaan adalah pesawat mi­liter,” katanya.

Azman menjelaskan,  saat ini TNI AU sudah meminta Dinas Keselamatan Terbang dan Kerja TNI AU (Dislambangjau) untuk meneliti penyebab kecelakaan itu. “Mereka nanti yang akan membentuk tim investigasi,” katanya.

Tim akan meneliti puing-puing pesawat untuk mencari pe­nyebab kecelakaan. Fokker 27 TNI AU tidak dilengkapi ko­tak hitam (black box) karena alasan kerahasiaan keamanan. [Harian Rakyat Merdeka]


Populer

Aduan Kebohongan sebagai Gugatan Perdata

Selasa, 08 Oktober 2024 | 10:03

Pernah Bertugas di KPK, Kapolres Boyolali Jebolan Akpol 2003

Senin, 07 Oktober 2024 | 04:21

Warganet Beberkan Kejanggalan Kampus Raffi Ahmad Peroleh Gelar Doktor Kehormatan

Senin, 30 September 2024 | 05:26

Laksdya Irvansyah Dianggap Gagal Bangun Jati Diri Coast Guard

Sabtu, 05 Oktober 2024 | 03:45

Bakamla Jangan Lagi Gunakan Identitas Coast Guard

Rabu, 09 Oktober 2024 | 06:46

Selebgram Korban Penganiayaan Ketum Parpol Ternyata Mantan Kekasih Atta Halilintar

Senin, 07 Oktober 2024 | 14:01

PDIP Bisa Dapat 3 Menteri tapi Terhalang Chemistry Gibran

Rabu, 09 Oktober 2024 | 01:53

UPDATE

TB Hasanuddin Kritik Raffi Ahmad Pakai Seragam TNI: Ada Aturannya!

Kamis, 10 Oktober 2024 | 07:48

Prabowo Harus Buktikan Betul-betul Bentuk Zaken Kabinet

Kamis, 10 Oktober 2024 | 07:38

Ketum Garuda Diduga Aniaya Wanita Pernah Gagal Nyaleg Lewat Gerindra

Kamis, 10 Oktober 2024 | 07:31

Hujan Ringan Diperkirakan Basahi Jakarta

Kamis, 10 Oktober 2024 | 07:17

Bambang Haryo Tinjau Pembangunan Terminal Internasional Bimoku

Kamis, 10 Oktober 2024 | 06:50

Bahlil Diminta Serius Menata Ulang Aturan Pemanfaatan EBT

Kamis, 10 Oktober 2024 | 06:20

Dukung Program Makanan Bergizi, KKP Gerilya Protein Ikan

Kamis, 10 Oktober 2024 | 05:50

Danjen Kopassus Pimpin Sertijab Sejumlah Posisi Strategis

Kamis, 10 Oktober 2024 | 05:25

Indonesia Ajak Negara Asia Pasifik Mitigasi Perubahan Iklim

Kamis, 10 Oktober 2024 | 04:58

Mbak Ita Optimis Gelaran Sembiz Mampu Gaet Banyak Investor

Kamis, 10 Oktober 2024 | 04:30

Selengkapnya