Berita

hatta rajasa/ist

POLING

55 Persen Tidak Akan Memilih Hatta Rajasa

SENIN, 11 JUNI 2012 | 17:46 WIB | LAPORAN: ALDI GULTOM

RMOL. Sudah 14 tahun menggelinding, nyatanya arah reformasi harus dikembalikan ke rel yang benar. Partai politik yang berkembang biak sangat subur satu dekade terakhir malah membuat demokrasi makin runyam di ranah prosedural tanpa menyentuh substansi menyejahterakan rakyat sekaligus mengembalikan martabat bangsa.

Dalam sistem presidensial, pemangku RI-1 adalah figur penting yang memegang kunci keruwetan politik, hukum dan degradasi budaya Indonesia. Saat ini, rasa frustasi sosial untuk menemukan pemimpin yang tepat seperti telah di puncaknya. Tahun 2012 yang mestinya jadi tahun kerja kabinet malah dipenuhi perdebatan Pilpres 2014.

Proses pencarian pemimpin yang tepat jadi ladang lembaga survei. Jelang akhir 2011 hingga awal tahun ini, nama-nama calon presiden berseliweran. Perdebatan siapa tokoh yang layak dipilih pun masuk ke kedai-kedai kopi. Salah satu nama yang ramai dibicarakan adalah Ketua Umum PAN, Hatta Rajasa.


Pada Oktober 2011, Soegeng Sarjadi Syndicate (SSS) menggelar survei. Waktu itu, Hatta Rajasa menduduki posisi buncit bersama tokoh Ormas Nasdem, Surya Paloh. Hatta ada di bawah sejumlah nama tokoh nasional lain seperti Sri Mulyani, Aburizal bakrie, Din Syamsuddin dan Jusuf Kalla. Sedangkan Prabowo Subianto dan Mahfud MD jadi juara.

Nah, lagi-lagi SSS menggelar survei serupa, periode 14-24 Mei lalu. Survei terbaru Soegeng Sarjadi Syndicate (SSS) menunjukkan, 80,7 persen responden yakin Indonesia mampu menjadi negara adidaya. Dan lagi-lagi Prabowo (25,8 persen) yang dianggap paling mampu mengantarkan Indonesia menjadi negara adidaya. Dimana posisi Hatta Rajasa?

Mr Silverhair bersama Sri Mulyani, Hidayat Nur Wahid, Ani Yudhoyono, Akbar Tandjung, Djoko Suyanto, dan Pramono Edhie Wibowo suaranya tidak signifikan.

Dalam sejumlah survei ranking Hatta memang tak kunjung mendapat perbaikan. Misalnya, dalam survei Lembaga Survei Indonesia yang dilakukan 1-12 Februari lalu, Hatta hanya duduk di nomor 9 deret capres terpopuler. Tapi di sisi lain, pada survei itu Hatta divonis sebagai capres paling pintar dan bersih.

Isu berhembus, dukungan dari sang besan, Susilo Bambang Yudhoyono, sangat dinantikan kubu Hatta untuk melaju ke Pilpres. Selain sebagai dukungan politik, juga tambahan modal untuk meraup suara dari timur ke barat NKRI.

Tapi Ketua Dewan Pembinan Partai Demokrat itu mengajukan syarat yang melangit. Partai matahari terbit harus mampu meraih dua digit angka perolehan suara pada 2014. Itulah yang membuat Hatta mengeluarkan instruksi agar PAN sekurang-kurangnya mendapat 1 kursi di tiap daerah pemilihan pada Pileg 2014. Dukungan dari penguasa lama sangat dibutuhkan PAN yang sinarnya meredup sejak gagal menggolkan Amien Rais di Pilpres 2004.

Apapun statistik berbicara, tapi PAN tetap bersikeras mengangkat Hatta Rajasa sebagai capres tunggal. Di tengah kondisi demikian, PAN dan Hatta masih memperjuangkan penghapusan syarat pencapresan oleh parpol (presidential threshold). Ketentuan itu mengatur bahwa capres bisa diusung jika didukung oleh partai atau gabungan partai yang sekurang-kurangnya memiliki 20 persen dari jumlah kursi DPR atau memperoleh 25 persen dari suara sah nasional dalam pemilu anggota DPR.

Tingkat popularitas dan keterpilihan Hatta juga bergantung pada keberhasilan program Masterplan Percepatan Pembangunan Ekonomi Indonesia (MP3EI) ) yang digawangi langsung olehnya sebagai Menteri Koordinator Ekonomi, yang jika sukses bisa menjadi komoditas isu yang mumpuni saat kader-kader partai mensosialisasikan profil putra Palembang itu.  

Rakyat Merdeka Online mengangkat isu pencalonan Hatta Rajasa sebagai tema poling dua pekan terakhir. Apakah Anda akan memilih Hatta Rajasa dalam Pilpres 2014?

Sampai ditutup beberapa saat lalu, tercermin kembali bahwa kecakapan Hatta masih kurang mendapat tempat di hati publik. Dari total pemilih 2316 orang, hanya 44,1 persen yang menyatakan bersedia Memilih Hatta. Sementara, 55,0 persen menegaskan Tidak Memilih. Sisanya, 0,9 persen menjawab ragu-ragu. [ald]

Populer

Masih Sibuk di Jogja, Pimpinan KPK Belum Tahu OTT di Lampung Tengah

Selasa, 09 Desember 2025 | 14:21

Pura Jadi Latar Film Porno, Hey Bali: Respons Aparat Dingin

Selasa, 09 Desember 2025 | 21:58

Kebun Sawit Milik POSCO Lebih dari Dua Kali Luas Singapura

Senin, 08 Desember 2025 | 19:12

Mahfud MD soal Bencana Sumatera: Menyuruh Pejabat Mundur Tidak Relevan

Rabu, 10 Desember 2025 | 05:53

Bangun Jembatan Harapan

Minggu, 07 Desember 2025 | 02:46

Distribusi Bantuan di Teluk Bayur

Minggu, 07 Desember 2025 | 04:25

Bahlil Minta Maaf Usai Prank Presiden Prabowo

Selasa, 09 Desember 2025 | 18:00

UPDATE

Kreditur Tak Boleh Cuci Tangan: OJK Perketat Aturan Penagihan Utang Pasca Tragedi Kalibata

Rabu, 17 Desember 2025 | 08:15

Dolar Melemah di Tengah Data Tenaga Kerja AS yang Variatif

Rabu, 17 Desember 2025 | 08:00

Penghormatan 75 Tahun Pengabdian: Memori Kolektif Haji dalam Buku Pamungkas Ditjen PHU

Rabu, 17 Desember 2025 | 07:48

Emas Menguat Didorong Data Pengangguran AS dan Prospek Pemangkasan Suku Bunga Fed

Rabu, 17 Desember 2025 | 07:23

Bursa Eropa Tumbang Dihantam Data Ketenagakerjaan AS dan Kecemasan Global

Rabu, 17 Desember 2025 | 07:01

Pembatasan Truk saat Nataru Bisa Picu Kenaikan Biaya Logistik

Rabu, 17 Desember 2025 | 06:46

Dokter Tifa Kecewa Penyidik Perlihatkan Ijazah Jokowi cuma 10 Menit

Rabu, 17 Desember 2025 | 06:35

Lompatan Cara Belajar

Rabu, 17 Desember 2025 | 06:22

Jakarta Hasilkan Bahan Bakar Alternatif dari RDF Plant Rorotan

Rabu, 17 Desember 2025 | 06:11

Dedi Mulyadi Larang Angkot di Puncak Beroperasi selama Nataru

Rabu, 17 Desember 2025 | 05:48

Selengkapnya