DIDIER Drogba/ist
DIDIER Drogba/ist
TANGAN mengepal. Kata “Yesssssssssss†muntah dua kali dari mulutku. Pemicunya orang yang sama: Didier Drogba. Pemain yang gagal membawa negaranya, Pantai Gading jadi kampiun di Piala Afrika, tiga bulan lewat. Di kancah Piala Afrika, Drogba membawa Pantai Gading ke final. Di masa normal Drogba ditunjuk mengambil tendangan penalti. Tapi tendangan sang kapten “hitam manis†itu melambung.
Alhasil laga musti diakhiri dengan adu penalti karena skor tetap kaca mata di babak normal plus perpanjangan waktu. Di adu tendangan penalti Drogba menebus kesalahannya. Tendangannya menjebol gawang. Meski tak cukup membawa Pantai Gading jawara Afrika. Si underdog Zambia menekuk kumpulan pemain papan atas yang berlaga di Eropa, yang terbanyak dari liga Inggris, lewat adu penalti (8-7).
Final Liga Champions 2012 adalah cerita yang sama buat Drogba -- pemain yang didatangkan Jose Mourinho dari Marsaille tahun 2004 lalu. Ini final ketiga buatnya tahun ini. Final Piala FA sudah biasa buat Drogba. Dengan satu gol darinya merobek gawang Liverpool, pemain berbanderol 24 juta pounds itu - - "sekarang mungkin berlipat2 jika Chelsea mau melegonya - - membawa The Blues memuncaki Piala FA untuk kali keempat. Kegagalan Liverpool meraih juara Piala FA, mungkin menjadi satu alasan dari banyak alasan lainnya yang bikin manajemen klub tadi mencopot Kenny Dalgish.
Di Allianz Arena Munich, Drogba mengenakan kaos kebesaran klubnya, biru. Nomor sebelas di punggungnya. Kali ini posisinya underdog. Ya…karena Chelsea musti bermain tanpa empat pilarnya yang ikut bermandi keringat dan sukses menggerendel permainan tika-tiki Barcelona di semifinal. Terry, Ivanovic, Meireles dan Ramires. Kedua, Bayern Munich tengah panas-panasnya dengan permainan menyerang yang memikat. Setidaknya setengah tingkat di bawah Barcelona dan Real Madrid. Apalagi pasukan Jupp Heynckes bermain di rumah sendiri, stadion yang kerap bikin musuh-musuhnya pulang membawa malu.
Tapi, begitulah sepak bola. Permainan belum usai sebelum wasit meniup pluit panjang. Hasil akhirnya ditentukan di lapangan: Bukan komentator televisi, statistik dan apalagi dukun dari dunia paling gelap mana pun! Sepak bola adalah permainan 90 menit (meski kadang ada injury time atau tambahan waktu, perpanjangan dan adu tendangan penalti) di mana 22 orang menentukan nasibnya (dan takdirnya?) di lapangan. Di sisinya tambahkan pula peran pelatih/ manajer yang ikut menentukan strategi macam apa yang hendak dimainkan agar laga bisa dimenangkan.
*
Semua tahu Chelsea akan bermain apa di final Liga Champions. Bermain terbuka tak mungkin. Malah sebaliknya memberi peluang Robben dan kawan-kawan untuk lebih cepat ke daerah penalti Cech. Maka gaya yang ditempuh Chelsea tentu permainan dan strategi a la Roberto Di Matteo. Merelakan lawan menguasai bola. Namun begitu, Matteo meminta Lampard dan kawan-kawan merampas bola dari Robben Cs bahkan sebelum setengah lapangan. Kita semua kaget ada seorang pemain kurang dikenal semacam Ryan Bertrand jadi starting line up Chelsea. Bertrand dipasang di sayap kiri. Bahu-membahu dengan Ashley Cole menutup, mencegah dan menghalau Robben serta Philip Lamp. Hasilnya tak begitu mengecewakan. Hingga ditarik di menit ke-73 dan digantikan Malouda, gawang Chelsea tetap “perawanâ€. Selain empat pemain kunci di sektor pertahanan, Bertrand tak bisa disebut bermain jelek. Tapi sepuluh menit selepas dia menepi, gawang Cech bobol juga. Adalah Thomas Mueller yang merobek gawang Cech lewat sundulan yang lebih dulu memantul ke tanah.
**
Allianz Arena bergemuruh. Merah. Merah..Merah menjadi juara. Aku yang berada di pojok kecil Gandul, Depok tertegun. “Mungkin ini waktunya Munich setelah kali terakhir menjadi kampiun Liga Champions, 11 tahun silam,†begitu aku berbisik. Namun, aku tak berniat lempar handuk buru-buru. Entah mengapa aku percaya pada “keajaiban†- - untuk tak mengatakan “keberuntungan†atau hoki. Ya…napasku masih Biru. Harapanku masih Biru.
Entah mengapa Heynckes lalu menarik Mueller beberapa menit kemudian. Penggantinya Daniel van Buyten, terang sekali sang pelatih yang pernah sukses menukangi Real Madrid di Final Liga Champions 1998 itu memberi satu tanda: Kami akan lebih bertahan di sisa waktu yang tinggal 7 menit (masa normal).
Di Matteo segera merespons. Salomon Kalou ditariknya. Fernando Torres diharapkan jadi super-sub. Benar saja Torres lebih berani membawa bola dari sisi kiri pertahanan Munich. Puncaknya, di menit ke-88 Chelsea mendapat tendangan sudut. Yang pertama di laga yang berat sebelah itu karena Munich meraihnya belasan kali. Bola diambil Juan Mata. Tendangan kaki kirinya melayang ke kerumunan. Di momen yang paling tepat..lebih cepat beberapa detik kepala Drogba lebih dulu menjemput itu bola. Si kulit bundar melesat ke tiang dekat, tanpa bisa dihalau oleh kiper Munich yang tengah benderang, Manuel Neuer. Skor berubah 1-1.
***
“Yesssssss…†Hanya kata itu yang terucap dari mulutku. Menonton bola sendirian, cuma ditemani teh pahit panas dan sejumlah penganan, mustilah ekspresif jika tak mau kehilangan “kenikmatan†menyaksikan drama sepak bola. Permainan yang sudah mirip atau setingkat dengan hidup itu sendiri. Jam ponselku - - yang hingga kini tak kunyalakan layanan BBM-nya itu - - "menunjukkan pukul 03.38. Kukirim sandek pada saudaraku di kampung, Jember sana yang kali ini memilih Munich lantaran lini pertahanan dan tengah Chelsea dianggapnya kurang solid. “Permainan belum selesai. Warna biru itu tampak terang di lapangan hehehe,†begitu pesanku padanya.
Saudaraku itu sudah menyerah saat wasit meniup pluit di babak normal. Saat skor masih 1-1. Mungkin begitu pula banyak lagi yang lain...
****
Perpanjangan waktu. Semua terasa baik-baik saja buat Lampard Cs. Tapi ada-ada saja yang bikin harapan “terbangâ€. Menit ke-95, Munich dapat penalti karena Frank Ribery dijatuhkan Drogba di area terlarang. Kaki kiri Robben yang pernah menjebol Real Madrid, kali ini tak berdaya di depan Cech. Kiper jangkung berkebangsaan Ceko - - yang menjadi salah satu pilar The Blues selain Terry, Lampard dan Drogba - - itu sukses mematahkan tendangan Robben, mantan sejawatnya dulu di Chelsea. Aku menyaksikan adegan tak biasa di area pertahanan Munich. Bastian Schweinsteiger membelakangi gawang Cech. Dia berdua dengan si kiper, Neuer. Mungkin tak berani menatap Robben mengambil penalti. Dan benar saja, Robben gagal. Ada ketegangan di wajah Schweinsteiger…
Permainan terus berlangsung hingga 12o menit. Wasit asal Portugal, Pedro Proenca musti memimpin adu tos-tosan. Seperti yang kita tahu bersama, Mueller dan Ribery (cedera dan ditarik setelah dijatuhkan Drogba) sudah tak ada di lapangan di perpanjangan waktu. Jadi mereka hanya bisa menjadi “penonton†dari pinggir lapangan, tak mungkin ikut menendang dalam adu penalti. Dan semua tahu drama terjadi di Allianz Arena. Munich - - seperti juga timnas Jerman yang kerap mempertontonkan ketahanan mental yang luar biasa saat adu penalti - - kali ini menjadi mereka yang menangis.
Kita tahu Schweinsteiger juga mengambil tendangan. Dia penembak terakhir Munich. Jika di laga semifinal, ia bikin Ronaldo Cs terlempar dan Madridisti menangis. Justru di depan pendukungnya sendiri, Schweinstteiger gagal. Tendangannya membentur tiang kiri dan Cech bisa mengamankannya. Skor tetap 3-3. Dua penembak Munich gagal. Demikian Juan Mata yang jadi penendang pertama Chelsea.
Drogba penendang terakhir klub London itu. Semua harapan diletakkan padanya. Ya…karena Lampard Cs pernah gagal saat melakoni duel adu penalti di Moskow, empat tahun sebelumnya. Terry terpeleset dan kesempatan Chelsea meraih trofi Liga Champions melayang. Drogba bukan Terry. Dan cerita tahun 2008 sudah dibuang jauh2 oleh pasukan Di Matteo. Satu dua tiga, Drogba mengambil ancang-ancang. Dengan kaki kanannya, ia mengarahkan bola ke sisi kanan gawang Neuer, si kiper (yang juga mengambil penalti itu) tertipu karena bergerak ke kiri. Drogba membuat mimpi Roman Abramovich terwujud setelah mengguyur ratusan juta pounds sejak 2003 lalu.
Penyerang yang kaki (kanan dan kiri) serta sundulan kepalanya sama dahsyatnya itu tak lupa benar-benar menyerahkan trofi Liga Champions ke Abramovich. Sang bos asal Rusia itu menimangnya sebentar. Seperti Cech yang tengah merayakan ulang tahunnya, kukira momen meraih Liga Champions tahun ini, salah satu momen terbaik dan terbesar dalam hidup juragan minyak tadi.
Akhir yang manis buat Chelsea. Mimpi buruk buat Bayern Munich. Siapa yang tak percaya mereka yang belum juara tak bisa mengangkat trofi Liga Champions, Chelsea melakukannya tahun ini. Para aktornya sebagian besar pemain yang sudah dimakan usia. Peraciknya “hanya†seorang caretaker manajer/pelatih. Amboi!!! [***]
Penulis adalah pemerhati sepakbola tinggal di Jakarta, bekerja di sebuah stasiun televisi.
Populer
Rabu, 24 Desember 2025 | 07:26
Kamis, 25 Desember 2025 | 15:01
Jumat, 26 Desember 2025 | 14:06
Kamis, 25 Desember 2025 | 21:48
Selasa, 23 Desember 2025 | 04:16
Rabu, 24 Desember 2025 | 21:17
Senin, 22 Desember 2025 | 17:57
UPDATE
Sabtu, 27 Desember 2025 | 17:52
Sabtu, 27 Desember 2025 | 17:43
Sabtu, 27 Desember 2025 | 16:32
Sabtu, 27 Desember 2025 | 16:13
Sabtu, 27 Desember 2025 | 15:26
Sabtu, 27 Desember 2025 | 15:07
Sabtu, 27 Desember 2025 | 14:52
Sabtu, 27 Desember 2025 | 14:24
Sabtu, 27 Desember 2025 | 14:07
Sabtu, 27 Desember 2025 | 13:41