RMOL. Taufik Kiemas sepertinya benar-benar tidak ingin ada orang tua yang maju di pilpres 2014. Tidak lelah-lelahnya, Ketua MPR ini mengimbau agar kaum sepuh untuk tidak maju. Kini, dia bahkan mulai nakut-nakutin orang tua yang ngotot maju nanti bakal diturunkan di tengah jalan.
Suami Megawati ini mencontohkan turunnya Presiden Soekarno pada 1966 dan mulai goncangnya pemerintahan Presiden Soeharto pada 1997. Kata dia, selain masalah kepemimpinan masing-masing, Soekarno dan Soeharto diturunkan karena sudah ketuaan.
“Tahun 1966 dan tahun 1997 kan begitu. Daripada nanti (yang tua) diminta mundur, lebih baik beri jalan kepada yang muda,†ujar politikus senior PDIP ini di Gedung DPR/MPR, Senayan, kemarin.
Bagi Kiemas, 2014 adalah masa krusial demokrasi Indonesia. Karena itu, harus dimanfaat dengan sangat baik. Jangan lagi demokrasi Indonesia tidak membuahkan hasil hanya karena orang-orang tua yang terus ngotot.
Sebab itulah, Kiemas terus berusaha mengimbau agar para orang tua yang mau nyapres mengurungkan niatnya. Lebih baik memberikan kesempatan pada yang muda, supaya bisa maju dengan lancar. “Kalau kita (orang-orang tua) menahan diri, yang muda akan maju terus,†ujarnya.
Saat ini, kata dia, banyak sekali kader muda yang potensial. Ada yang duduk di DPR dan ada yang di MPR. “Mereka harus diberi jalan,†kata Kiemas tanpa menyebut secara pasti siapa orang muda yang dia sebut potensial itu.
Salah satu yang disindir Kiemas selama ini adalah Aburizal Bakrie. Di beberapa kesempatan, Kiemas bilang, Ical (sapaan Aburizal Bakrie) sudah ketuaan. Namun, hingga kini, Ical terus ngotot akan maju di pilpres 2014.
Kiemas berharap, Ical bisa sadar dan mau memberikan kesempatan bagi kaum muda. “Mudah-mudahan nanti sadar yang lebih muda banyak,†cetusnya.
Saat ditanya soal Megawati, Kiemas menjamin istrinya tidak akan maju lagi. Dia bilang, saat ini istrinya sudah rela jadi busur untuk mendorong kaum muda. “100 persen saya yakin bahwa Ibu (Megawati) mendorng yang muda,†tandasnya.
Orang-orang Golkar tentu tidak terima dengan ucapan Kiemas itu. Wasekjen Golkar Nurul Arifin menyatakan, tidak ada relevansinya peristiwa turunnya Soekarno dan Soeharto dengan usia dua presiden itu.
“Mereka turun bukan karena usia yang sepuh. Mereka turun lebih karena kasusnya masing-masing,†ujarnya, kepada
Rakyat Merdeka Online, malam ini. Karena itu, Nurul minta Kiemas tidak terus mengkait-kaitkan kelebihan usia dengan kegagalan memimpin.
Kata Nurul, untuk perbaikan bangsa, kesempatan tidak boleh hanya diberikan kepada yang muda. Kesempatan harus diberikan kepada semua yang potensial dan memiliki kemampuan untuk memimpin bangsa dengan baik dan bisa membawa kemajuan.
“Kita tidak boleh mendegradasi kesempatan. Kita harus fair. Jangan hanya berikan kesempatan itu pada yang muda saja, tapi berikan juga kesempatan itu pada yang sudah berusai,†ujarnya.
Nurul bilang, memimpin negara ini bukan perkara yang enteng. Butuh kemampuan yang mumpuni, butuh sikap kenegarawanan yang tinggi, butuh pengalaman yang dalam, dan butuh kebijaksanaan. Nah, semua syarat ini dimiliki Ical.
“Yang muda mungkin mumpuni dalam kemampuan, tapi belum tentu punya kebijaksanaan dan pengalaman. Karena itu, jangan diskriminatif dan paranoid terhadap yang sudah berusia,†tandasnya.
Wasekjen Golkar Satya W Yudha meminta dikotomi tua-muda tidak terus dipertajam. Sebab, yang memilih pemimpinan nanti bukan elite, tapi rakyat. “Pemimpinan bangsa itu akan mengalami seleksi alam. Dan rakyatlah yang menentukannya,†ujarnya, kepada
Rakyat Merdeka Online, malam ini.
Kata dia, usia muda belum tuntu memiliki jaminan akan memimpin bangsa dengan lebih baik. Apalagi, saat ini politisi muda Indonesia banyak memiliki catatan, karena sebagiannya tersangkut kasus korupsi.
Satya paham, saat ini usia Ical sudah kepala 6. Namun, dia memastikan kondisi fisik Ical sangat bugar. Ical juga punya visi misi dan kerja yang jelas buat negeri. Diterima atau tidak Ical untuk jadi orang nomor 1 di Indonesia, rakyat yang akan menentukannya.
“Bangsa ini butuh pemimpin yang bisa memenuhi harapan rakyat. Butuh yang bisa membawa perbaikan. Bukan butuh yang usianya muda saja,†tandasnya.
[arp]