ilustrasi
ilustrasi
RMOL. Kontrak politik antara masyarakat dengan calon pemimpinnya harus dijalankan lebih dari sekadar norma. Kontrak politik harus membuat sang kandidat tahu bahwa ada sanksi yuridis yang akan diterimanya bila tidak terjadi pemenuhan atas janji-janji kampanye.
Jelang Pilkada Juli nanti, warga Jakarta sudah kebanjiran janji-janji pasangan calon. Tidak seperti pilkada-pilkada lalu, tahun ini ada enam pasangan yang berkompetisi menuju puncak kekuasaan DKI. Bisa dibayangkan berapa ribu janji manis sudah mereka lontarkan demi meraih dukungan terbesar dari publik. Tapi apakah ketika mereka berhasil duduk di kursi panas, janji-janji itu masih berlaku?
Menurut pakar hukum tata negara, Margarito Kamis, harus ada cara yang lebih mungkin menjamin terwujudnya sistem pemerintahan yang lebih baik. Salah satu caranya adalah kontrak politik kandidat dengan masyarakat. Tapi, isi kontrak politik harus terukur, konkrit dan masuk akal.
Populer
Selasa, 09 Desember 2025 | 14:21
Selasa, 09 Desember 2025 | 21:58
Rabu, 10 Desember 2025 | 05:53
Kamis, 18 Desember 2025 | 20:29
Selasa, 09 Desember 2025 | 17:12
Selasa, 09 Desember 2025 | 18:00
Rabu, 17 Desember 2025 | 08:37
UPDATE
Jumat, 19 Desember 2025 | 10:13
Jumat, 19 Desember 2025 | 10:12
Jumat, 19 Desember 2025 | 10:05
Jumat, 19 Desember 2025 | 10:04
Jumat, 19 Desember 2025 | 09:59
Jumat, 19 Desember 2025 | 09:48
Jumat, 19 Desember 2025 | 09:28
Jumat, 19 Desember 2025 | 09:19
Jumat, 19 Desember 2025 | 09:05
Jumat, 19 Desember 2025 | 08:54