Berita

Katon Bagaskara

Wawancara

WAWANCARA

Katon Bagaskara: Etika Politik Belum Baik, Ogah Jadi Wakil Rakyat

JUMAT, 11 MEI 2012 | 08:39 WIB

RMOL. Musisi senior Katon Bagaskara mengaku bukan hanya Partai Golkar yang meminta dirinya menjadi calon legislatif Pemilu 2014. Tapi juga Partai Demokrat dan Partai Nasdem.

“Yang mau meminang saya ba­nyak. Namun saya tidak mau,” kata Katon Bagaskara kepada Rak­yat Merdeka, di Jakarta, kemarin.

Dia merasa belum pantas ber­gelut di dunia politik. Masih terta­rik dengan dunia musik. Tidak mungkin juga keduanya digeluti.

“Ketika memutuskan untuk bergabung dengan sesuatu yang baru, saya pasti serius,” kata vo­ka­lis Kla Project ini.

Seperti diketahui, Wakil Sekjen Partai Golkar Nurul Arifin me­nya­takan, Golkar tengah mem­bidik sejumlah artis yang mem­pu­nyai popularitas tinggi di ma­syarakat untuk dijadikan caleg partainya pada Pemilu 2014.

Ada beberapa nama artis yang masuk daftar tim pencari caleg Golkar. “Ada Dessy Ratnasari, Artika Sari Devi, Katon Bagas­kara, dan Ari Lasso, ya antara itu­lah,” kata Nurul Arifin.

Katon Bagaskara selanjutnya mengatakan, meski menolak dipinang dari beberapa parpol. Bukan berarti dia anti politik. Anti politik dinilai sebagai sikap yang salah.

Berikut kutipan selengkapnya:


Apakah sudah ada parpol yang secara resmi mengajukan su­rat ke Anda untuk berga­bung?

Saya nggak mau menceritakan itu. Karena itu sudah masuk pri­vasi. Saya tidak boleh menjelas­kan ada tidaknya secara resmi parpol mengajukan surat kepada saya.

    

Apa yang meminta Anda itu pimpinan parpol?

Sudah ada yang berkomunikasi langsung dengan saya melalui anggota-anggotanya yang me­mang dekat dengan saya.

   

Apakah sikap penolakan ini dipengaruhi keluarga?

Nggak ada pengaruh sama se­kali dari keluarga. Keluarga men­dukung keputusan saya. Karena hidup saya adalah pilihan saya.

Harus melihat mana yang menguntungkan dan dapat mem­bahagiakan hidup saya, baik ber­sama keluarga ataupun bersama diri saya sendiri.

   

Apa yang Anda lakukan agar orang tidak anti politik?

Saya mau mengajarkan ke orang Indonesia bahwa kita ja­ngan pernah anti politik. Sebab, politik ini dibutuhkan untuk mengatur kekuasaan. Kan, untuk mengatur sebuah negara besar diperlukan kekuasaan.

Kalau tidak ada yang berkuasa. Nanti siapa yang mau mengatur. Jangan-jangan nanti kita diatur negara lain. Kalau kita diatur bangsa lain, bisa parah bangsa. Se­bab, kita bisa diperbudak nantinya.

   

Memangnya, ada yang salah dengan politik di Indonesia, se­hingga Anda belum tertarik di­dunia politik?

Jangan menyalahkan politik­nya. Tapi mari kita menjaga etika politik. Saya melihatnya, etika poli­tik di Indonesia belum dipa­tuhi dengan baik. Makanya ogah menjadi wakil rakyat.

Saya tidak salahkan politiknya. Tapi salahkan etikanya. Ini arti­nya yang salah oknum-oknum yang bergabung dalam politik itu. Mereka belum mematuhi etika.

   

Kenapa Anda nggak masuk po­litik saja untuk memper­bai­ki­nya?

Saya bicara seperti ini juga ikut membangun bangsa ini. Kemu­dian melalui lirik lagu-lagu saya dan opini saya juga bisa mem­per­baiki etika itu.


Barangkali itu tidak mak­si­mal, makanya Anda ditawarin agar bisa berbuat sesuatu untuk bangsa ini?

Saya juga tidak tahu apakah partai-partai lain tertarik memi­nang saya karena ingin memper­baiki etika itu atau hanya untuk menarik simpati masyarakat saja terhadap partai itu.


Tapi apa pun itu, saya sangat berterima kasih karena saya merasa terhormat. Buat saya, bu­kan istilahnya haram atau hak yang tidak boleh dilakukan oleh seorang seniman untuk berpoli­tik. Politik ini sah-sah saja.


Kapan Anda ingin mengge­luti dunia politik?

Kalau saya serius, saya harus meninggalkan dunia seni saya. Kalau dunia seni saya tinggalkan, kemudian aturan serta tatanan politik kita masih belum benar, saya akan jatuh.

Saya ini ibaratnya danau yang masih belum bersih. Namun, bu­kan berarti saya ini anti politik.

   

Apa pandangan Anda me­nge­nai politik di Indonesia?

Saya bukan pengamat politik, sehingga tidak bisa kasih pan­dangan. Nanti bisa salah, he-he. Politik itu seperti bisnis. Dalam bisnis, ada yang bisnis secara bersih ada pula bisnis kotor.

Tapi kan orang nggak ada yang anti bisnis. Kalau ada yang anti bisnis, maka tidak akan ada per­dagangan. Nggak ada eko­nomi dan nggak ada lapangan kerja. [Harian Rakyat Merdeka]


Populer

Mantan Jubir KPK Tessa Mahardhika Lolos Tiga Besar Calon Direktur Penyelidikan KPK

Rabu, 24 Desember 2025 | 07:26

Mantan Wamenaker Noel Ebenezer Rayakan Natal Bersama Istri di Rutan KPK

Kamis, 25 Desember 2025 | 15:01

Camat Madiun Minta Maaf Usai Bubarkan Bedah Buku ‘Reset Indonesia’

Selasa, 23 Desember 2025 | 04:16

Sarjan Diduga Terima Proyek Ratusan Miliar dari Bupati Bekasi Sebelum Ade Kuswara

Jumat, 26 Desember 2025 | 14:06

Adik Kakak di Bekasi Ketiban Rezeki OTT KPK

Senin, 22 Desember 2025 | 17:57

8 Jenderal TNI AD Pensiun Jelang Pergantian Tahun 2026, Ini Daftarnya

Rabu, 24 Desember 2025 | 21:17

Ketika Kebenaran Nasib Buruh Migran Dianggap Ancaman

Sabtu, 20 Desember 2025 | 12:33

UPDATE

Program Belanja Dikebut, Pemerintah Kejar Transaksi Rp110 Triliun

Sabtu, 27 Desember 2025 | 08:07

OJK Ingatkan Risiko Tinggi di Asuransi Kredit

Sabtu, 27 Desember 2025 | 07:48

Australia Dukung Serangan Udara AS terhadap ISIS di Nigeria

Sabtu, 27 Desember 2025 | 07:32

Libur Natal Pangkas Hari Perdagangan, Nilai Transaksi BEI Turun Tajam

Sabtu, 27 Desember 2025 | 07:17

Israel Pecat Tentara Cadangan yang Tabrak Warga Palestina saat Shalat

Sabtu, 27 Desember 2025 | 07:03

Barzakh itu Indah

Sabtu, 27 Desember 2025 | 06:38

Wagub Babel Hellyana seperti Sendirian

Sabtu, 27 Desember 2025 | 06:21

Banjir Cirebon Cermin Politik Infrastruktur Nasional Rapuh

Sabtu, 27 Desember 2025 | 06:13

Jokowi sedang Balas Dendam terhadap Roy Suryo Cs

Sabtu, 27 Desember 2025 | 06:06

Komdigi Ajak Warga Perkuat Literasi Data Pribadi

Sabtu, 27 Desember 2025 | 05:47

Selengkapnya