RMOL. Pengamat Timur Tengah Hery Sucipto, mengatakan, pemerintah Indonesia tidak memiliki pandangan dan strategi yang jelas terkait dinamika dan perubahan yang terjadi di Timur Tengah dan Dunia Arab.
Hal itu dikatakan Hery dalam diskusi bertema "Antisipasi Strategis Keamanan Nasional Terkait Perkembangan di Timur Tengah", yang diselenggarakan Dewan Ketahanan Nasional (Wantannas), Rabu di Jakarta (25/4).
"Pemerintahan Presiden SBY tidak cekatan dan tidak punya konsep jelas bagaimana merespon dinamika dan krisis politik di Timur Tengah. Padahal Indonesia sangat berkepentingan dalam konteks Timur Tengah tersebut," katanya.
Hery, yang juga Direktur Pusat Kajian Timur Tengah dan Dunia Islam (PKTTDI), Universitas Muhammadiyah (UMJ), menjelaskan, stabilitas nasional Indonesia, langsung maupun tak langsung, akan terkait dengan krisis di Timur Tengah. Sayangnya, katanya lagi, pemerintah tidak tanggap dan cenderung tidak responsif.
"Dari sisi agama, politik, historis, demokrasi, dan ketahanan energi, kita terkait. Negara-negara di Timur Tengah adalah pemberi pengakuan pertama kemerdekaan Indonesia. Pengalaman transisi demokrasi kita juga dapat dishare ke mereka. Banyak aspek," ujarnya.
Tidak seperti Turki yang cepat tanggap dan konkret berbuat di Timur Tengah. Indonesia yang memiliki modal baik dalam hal berdemokrasi dan pengalaman transisi pemerintahan, justru abai terhadap dinamika di Timur Tengah.
"Kebijakan pemerintah terlalu Amerika dan Barat oriented, sehingga melupakan Timur Tengah. Ingat, stabilitas di kawasan itu juga stabilitas di Indonesia," pungkasnya. [zul]