RMOL. Puluhan motor jenis Vespa konvoi dari arah Pejompongan menuju Senayan, Sabtu malam lalu (14/4). Sampai di depan patung orang memanah di gerbang gerbang Gelora Bung Karno, mereka berhenti.
Kendaraan roda dua asal ItaÂlia itu lalu diparkir berjejer mengÂhadap ke jalan. Di antara puluhan motor itu terdapat Vespa yang sudah diubah bentuknya menjadi lebih panjang dari ukuran awal. Joknya muat tiga orang.
“Kami dari Party/C merupakan perkumpulan para pecinta sepeda motor jenis Vespa. Setiap malam Minggu kami memang biasa kumpul di sini,†kata wakil ketua kelompok bermotor itu.
Kelompok ini sengaja memilih nama Party/C mengacu pada temÂpat mereka biasa nongkrong. ParÂty/C adalah kependekan dari ParÂkir Timur Senayan Scooter Club.
Komunitas ini tak khawatir nongÂkrong setelah aksi sweeping sekelompok orang terhadap loÂkasi balap liar di Jakarta dan temÂpat nongkrong geng motor
Untuk diketahui, Jumat diÂnihari (13/4) kelompok bermotor yang mengenakan pita kuning di tangannya menganiaya sejumlah orang yang tengah nongkrong di minimarket Seven Eleven, SaÂlemba, Jakarta Pusat. Beberapa orang menderita luka bacokan senjata tajam. Tiga motor dirusak.
Para pelakunya yang dikenali memiliki ciri berbadan tegap dan berambut cepak itu juga menÂgeÂroyok sejumlah orang di Jalan PraÂmuka, Jakarta Timur.
Salah satu korban pengaÂniÂaÂyaÂan itu meÂninggal di rumah sakit. Tiga motor dirusak dan dua lainÂnya dibakar.
Di sini dua anggota kelompok itu tertembak peluru yang dileÂpasÂkan seorang pengemudi moÂbil. Belakangan diketahui kedua orang itu adalah tentara.
Sebelumnya, kelompok ini juga menebar teror di sejumlah kaÂwasan di Jakarta Utara. Selain menganiaya orang, mereka juga merusak sebuah mobil dan meÂlempari Pos Polisi Volker di Jalan RE Martadinata.
Aksi sweeping ini diduga ada kaitan dengan tewasnya Arifin, anggota TNI AL. Arifin mereÂgang nyawa setelah dikeroyok geng motor di Kemayoran, JaÂkarta Pusat, beberapa waktu lalu.
Tak lama setelah kejadian ini sekelompok orang bertubuh tegap melakukan penyerangan terhadap pemotor di SPBU Shell di Danau Sunter, Jakarta Utara. Seorang tewas.
Kelompok ini diduga menginÂcar geng motor yang kerap nongÂkrong dan balap liar di sejumlah wilayah di ibu kota. Sejak itu, ruas jalan yang biasa dijadikan arena balap liar sepi dari keÂlomÂpok bermotor.
Namun komunitas Party/C teÂtap nongkrong seperti biasa. MeÂnurut Eko, komunitasnya buÂkanÂlah geng motor.
“Dengan adanya peristiwa ini kami justru ingin menegaskan klub maupun komunitas motor berbeda dengan geng motor yang suka balap liar dan kekeÂrasan. Makanya kami tetap berÂkumpul,†ujarnya.
Saat berkumpul mereka meÂngenakan seragam dan logo klub. Kendaraan roda dua yang mereka tunggangi juga hanya merek Vespa.
Eko mengklaim komunitasnya tak memiliki musuh. Saat berada di jalan mereka lebih menguÂtamakan kekompakan ketimbang kebut-kebutan.
“Setiap kami touring ke jalan, tidak ada dari kelompok kami yang saling membalap satu sama lain. Kami selalu tertib dan berÂiringan selama dalam perjalanan seÂhingga sama sekali tidak meÂngÂganggu para pengguna jalan yang lain,†kata dia.
Sebab itu, Eko meminta maÂsyarakat tak menyamakan koÂmuÂnitas atau klub motor dengan geng motor.
“Saya berharap teman-teman dari komunitas motor lain tidak berÂhenti kegiatannya. Mari kita buktikan kalau komunitas motor itu berbeda dengan geng motor dengan berperilaku yang baik dan tidak melanggar aturan lalu lintas,†tegasnya
Andre, Ketua Privateer Team, salah satu komunitas motor di Jakarta juga mengecam aksi geng motor yang kerap bertindak bruÂtal dan kebut-kebutan.
“Tidak semua komunitas motor itu identik dengan hal-hal yang negatif seperti tawuran dan balap liar. Dan kami selama ini meruÂpakan komunitas motor yang dikenal baik oleh masyarakat,†ujar Andre saat berbincang deÂngan Rakyat Merdeka.
Komunitas Privateer Team, jelas Andre, merupakan kumÂpuÂlan dari para pecinta sepeda moÂtor yang suka touring ke sejumlah daerah. Anggotanya mulai peÂlaÂjar, mahasiswa, pegawai hingga orang yang sudah berusia lanjut.
Semua penggemar motor dari berbagai jenis dan merek bisa bergabung dengan komunitas ini. “Saya mengendarai KawaÂsaki Ninja. Tapi teman saya baÂnyak yang naik Honda Tiger, hingÂga motor bebek dan Vespa. Bagi kami bukan jenis motorÂnya, tapi kecintaan dan hobi yang sama mengenai kenÂdaÂraÂan,†kata Andre.
Kata Andre, salah satu tujuan pembentukan komunitas motor ini adalah mencari kesenangan dari touring ke daerah-daerah. LeÂwat milis grup, anggota komuÂnitas ini bisa berdiskusi, berbagi pengalaman maupun pengeÂtahuan mengenai kendaraan bermotor.
“Kami pun kerap melakukan kegiatan-kegiatan sosial seperi bakti sosial, galang dana dan sebagainya. Ini bukti kalau kami komunitas motor yang positifm†tegasnya.
Namun dengan adanya aksi brutal geng motor, kata Andre, nama baik komunitasnya ikut tercoreng. Kegiatan mereka pun terganggu.
“Malam Minggu biasanya kami kumpul bareng dalam acara informal untuk sekadar berbagi cerita. Tapi dengan kasus ini, kami menjadi takut untuk kumpul akhir-akhir ini,†ujarnya.
Biasa kumpul di mana? Andre menyebut ada beberapa titik yang biasa menjadi tempat kumpul PriÂvateer Team. “Ada yang suka nongkrong di TMII atau di SeÂnayan. Bahkan di Salemba, ada reÂkan kami yang juga biasa nongÂkrong disana. Perlu diperjelas, kami ini anti melakukan balap liar,†ujarnya.
Demi Gengsi, Uang Dan Perempuan
Balap Liar Di Jalanan Ibu Kota
Geng motor identik dengan balap liar. Aksi adu cepat di jalan raya itu kerap berakhir dengan tawuran, baik dengan kelompok lawan maupun warga yang kesal dengan ulah geng motor.
Kriminolog Universitas InÂdonesia Adrianus Meliala berÂpendapat kekerasan yang diÂlaÂkukan geng motor tak terjadi beÂgitu saja.
“Awalnya dari nongÂkrong-nongkrong. Berlanjut ke balaÂpan liar, dan terakhir mulai konÂvoi serta mencari musuh,†kata dia.
Andri, ketua Privateer Team, salah satu komunitas motor di Jakarta membenarkan aksi balap liar kerap memicu tindak keÂkerasan. Awalnya hanya seÂkadar adu gengsi melesat deÂngan kecepatan tinggi. Namun karena suatu sebab bisa berÂujung tawuran antar kelompok.
Balap liar, kata dia, tak hanya sekadar menyalurkan hobi. Tapi juga jadi ajang taruhan. TaruÂhanÂnya bisa berbentuk uang maupun kendaraan lawan.
“Kurang menarik balapan kalau tidak ada taruhannya. Semakin besar taruhannya akan semakin ramai. Tapi peluang terjadi tawuran juga semakin besar,†ujarnya.
Kerap kali pengendara yang kalah tak bisa menerima keÂnyataan. Kendati mengetahui soal itu, Andre membantah koÂmuÂnitasnya terlibat dalam aksi balap liar di jalan raya. Ia berÂharap tak ada satupun anggota komunitas yang melakoni tinÂdakan berbahaya itu.
“Kalau ada anggota klub kami ketahuan ikut aksi balap liar, kami langsung meÂngeÂluarkannya dari keanggotaan. Bagi kami, balapan itu boleh tapi yang resmi dan pada temÂpatnya,†kata dia
Ia mencontohkan ada seorang anggota yang gemar belapan. SeÂbagai ketua, Andre meÂnyaÂranÂkan agar dia ikut balapan di Sirkuit Sentul, Bogor. “TerÂnyaÂta anggota saya itu juara tahun kemarin,†ujarnya.
Hendra, joki balap liar di Jalan Pramuka dan Jalan MatÂraÂman menampik pertikaian antar kelompok bermotor terÂjadi karena balapan. Biasanya, tawuran karena rebutan peÂrempuan.
“Kalau pun tawuran biasanya dengan warga yang tidak suka dengan aksi balap liar. Mereka menyerang anak-anak yang seÂdang balapan. Tidak terima, meÂreka yang balapan lantas membalas,†tutur pria yang tinggal di Kramat Sentiong, Jakarta Pusat ini.
Menurut Hendra, aksi balap liar menjadi ajang adu gengsi dan keunggulan dalam meÂmoÂdifikasi kendaraan roda dua hingga melesat cepat.
“Ada yang korek mesin, ganti karburator, knalpot dan sebÂaÂgainya yang tujuannya agar moÂtor bisa lari lebih kenÂcang. Nah, untuk tahu sejauh mana keÂcepatan motor itu deÂngan balap liar malam-maÂlam,†tuturnya.
Tempat Nongkrong Kelompok Motor Diawasi Polisi
Kepolisian akan meningÂkatkan patroli di ruas-ruas jalan di Jakarta yang kerap menjadi tempat balap liar geng motor. KeÂpala Humas Polda Metro Jaya Komisaris Besar RikÂwanÂto mengatakan, aksi balap liar itu meresahkan dan memÂbaÂhaÂyaÂkan pengendara lain.
“Kawasan itu seperti di KeÂmayoran, dan wilayah di JakarÂta Timur dan Jakarta Selatan,†ujarnya. Menurut Rikwanto, mobil patroli akan ditempatkan di temÂpat-tempat itu. “DiutaÂmaÂkan saat hari libur dan hari Minggu saat mereka berkumpul mulai pagi, sore bahkan tengah malam,†ujarnya.
Kalaupun tak ada balap liar, polisi tetap akan mengawasi kelompok pengendara sepeda motor yang nongkrong di temÂpat-tempat itu.
“Mobil patroli berhenti seÂhingga mereka tidak meÂlaÂkuÂkan hal aneh-aneh,†ujar dia.
Kepala Biro Operasi Polda Metro Jaya, Komisaris Besar Agung Budi Maryoto menaruh perhatian di sejumlah titik raÂwan balap liar. Lokasi yang keÂrap dijadikan ajang trek-trekan itu tersebar di lima wilayah Jakarta.
Yakni di Jalan Benyamin Sueb, Kemayoran, Jakarta PuÂsat. Jalan Benyamin Sueb KeÂmayoran, Jalan Danau Sunter Jakarta Utara. Ruas jalan di JaÂkarta Timur yang biasa menjadi tempat balap liar di Jalan PeÂmuda dan di depan Taman Mini Indonesia Indah (TMII).
Jalan Asia-Afrika Senayan dan Jalan TB Simatupang di JaÂkarta Selatan. Sementara di JaÂkarta Barat di Jalan Panjang. “Di lokasi-lokasi itu selalu ada patroli, tapi jumlahnya berapa diserahkan lagi ke setiap Polres. Kami di Polda sifatnya hanya back up,†tandas Agung. [Harian Rakyat Merdeka]
Populer
Selasa, 08 Oktober 2024 | 10:03
Senin, 07 Oktober 2024 | 04:21
Senin, 30 September 2024 | 05:26
Sabtu, 05 Oktober 2024 | 03:45
Rabu, 09 Oktober 2024 | 01:53
Rabu, 09 Oktober 2024 | 06:46
Rabu, 09 Oktober 2024 | 02:35
UPDATE
Kamis, 10 Oktober 2024 | 18:05
Kamis, 10 Oktober 2024 | 18:04
Kamis, 10 Oktober 2024 | 17:58
Kamis, 10 Oktober 2024 | 17:42
Kamis, 10 Oktober 2024 | 17:28
Kamis, 10 Oktober 2024 | 17:28
Kamis, 10 Oktober 2024 | 17:23
Kamis, 10 Oktober 2024 | 17:11
Kamis, 10 Oktober 2024 | 16:59
Kamis, 10 Oktober 2024 | 16:44