Sri Woro B Harijono
Sri Woro B Harijono
RMOL. Gempa berkekuatan 8,5 skala richter mengguncang Aceh dan sekitarnya Rabu (11/4) lalu menyisakan pertanyaan, kenapa sampai kini belum dimaksimalkan peringatan tsunami.
Kalau ada peringatan tsunami, tentu masyarakat tidak pontang-panting lari ke tempat yang tinggi dan tidak panik seperti terjadi Rabu lalu itu.
Menanggapi hal itu, Kepala Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG) Sri Woro B Harijono mengatakan, alat deÂteksi tsunami hingga kini masih berfungsi dengan baik.
“Peralatan yang kami miliki pun terus ditata dengan baik. Hanya saja pemerintah daerah dan masyarakat yang tidak siap menghadapi kemungkinan tsuÂnami itu,’’ kata Sri Woro B HariÂjono kepada Rakyat MerÂdeka, di Jakarta, kemarin.
Seperti diketahui, Rabu (11/4) sekitar pukul 15:30 WIB, gempa mengguncang Kota Serambi Mekkah berkekuatan 8,5 SR. Dampak gempa tersebut diÂrasaÂkan hingga Sumatera Utara, Sumatera Barat, Bengkulu, dan Lampung.
Pusat gempa berada di 434 kilometer barat daya Meulaboh, 364 kilometer barat daya KabuÂpaten Simeuleu dan sekitar 443 kilometer dari Banda Aceh. Gempa yang berpusat pada koorÂdinat 2,3 derajat Lintang Utara (LU) dan 92,67 derajat Bujur Timur (BT) dengan kedalaman 10 kilometer dan berpotensi tsunami.
Sri Woro B Harijono selanjutÂnya mengatakan, kalau terjadi guncangan, sebaiknya nggak usah begitu panik seperti Rabu lalu itu.
“Cara mereka berlari itu kacau. Ini menunjukkan, performance pemerintah dan instansi terkait belum siap mengÂhadapi keÂmungÂÂkinan tsuÂÂnami,’’ katanya.
Berikut kutipan selengkapnya:’
Apa yang perlu dilakukan ke depan?
Perlu dimaksimalkan persiapan pemerintah daerah, institusi terÂkait, dan maÂsyaÂrakatnya. Saya kira perlu laÂkuÂÂkan latihan mengÂhaÂdapi tsuÂnami.
Barangkali alatnya juga kuÂrang berfungsi?
Kami ini terus meÂmelihara alat, meÂmoÂnitor, seÂhingga alat itu maÂsih berÂfungsi.
BMKG menghimÂbau pemeÂrinÂtah daeÂrah meninÂdakÂlanjuti peÂriÂngaÂtan dini tsuÂnami yang disamÂpaiÂkan, termasuk meÂngaÂÂrahÂkan warga melakuÂkan tindakan antisiÂpasi yang diÂperÂluÂkan. Tidak perlu panik.
Apa BMKG tiÂdak melakuÂkan perÂÂsiapan-perÂsiaÂpan khusus?
Tidak ada persiaÂpan khusus. BMKG hanya menganalisa dan memonitoring. Alat-alatnya saja yang harus dirapihkan agar seÂmuanya dalam keadaan siap pakai.
Sejauh ini tidak ada kendala. Alat-alat yang kami miliki bagus semuanya. Kami juga akan meÂrapatkan jaringan seismograf saja. Ini yang perlu dilakukan.
Bagaimana koordinasi BMKG dengan Pemda?
Kerja sama kami dengan Pemda-pemda baik semua kok. Kami sudah memasang DVB (digital video broadcasting) di seÂmua kantor pemda.
Berapa pemda yang sudah dipasang DVB?
Ada 155 yang sudah kita paÂsang di pemda-pemda. Kegunaan alat ini, ketika ada informasi dari BMKG, langsung diketahui pemda.
Selama ini BMKG dinilai kuÂrang cepat bergerak, tanggaÂpan Anda?
Kami ini sudah bekerja deÂngan maksimal dan baik. Kami selalu siap 24 jam. Yang kurang hanya pemda saja. Sebaiknya pemda ini lebih mempersiapÂkan latihan evaÂkuasi, membuat peta evakuasi, dan membuat tempat pengungÂsian yang aman. MeÂmang ada pemda yang sudah memÂbuat itu, tapi masih sedikit.
O ya, BMKG awalnya mengeÂluarkan periÂngaÂtan kemungkiÂnan ada tsunami, keÂnapa beÂgitu?
BMKG mengeÂluarkan periÂngatan dini tsunami kaÂrena ada dua hal. PerÂtama, gempa meÂmiÂliki kekuatan di atas 7 skala richÂter. Kedua, kedalaÂman pusat gempa berada di bawah 100 kiloÂmeter.
Namun, pada puÂÂkul 19.45 WIB, kami akhiri peÂriÂngaÂtan tsuÂnami itu. Sebab, pergeÂseÂran lemÂpeng yang sifatÂnya mendatar, sehingga tidak mengaÂkibatkan tsunami besar.
Memang ada tsunami di bebeÂrapa wilayah. Tapi tidak terlalu besar. Di Sabang ketinggiannya 20 centi meter, di wilayah MeuÂlaboh 80 centi meter, dan wilaÂyah Nias dengan ketinggian 60 centi meter.
Terjadinya gempa karena perÂgeseran lempeng bumi yang terus bergerak. Nemang suatu hari nanti lempeng-lempeng ini bisa terjadi tabrakan, sehingga mengÂaÂkibatkan gempa.
Bagaimana sistem peringaÂtan di BMKG?
Kalau ancamannya itu awas, ketinggian tsunaminya lebih tinggi dari tiga meter. Kalau antara setengah meter hingga tiga meter itu siaga, di bawah seÂtengah meter, itu waspada.
Ada kemungkinan akan terÂjadi gempa lagi?
Kemungkinan gempa susulan itu msih terjadi tetapi berskala kecil. Warga tidak perlu panik karena gempa susulan tidak berÂpotensi tsunami.
Apakah gempa besar atau kecil?
Sebenarnya kita tidak bisa memÂprediksi apakah ada gempa besar lagi atau tidak.
Kenapa gempa susulan tidak berpotensi tsunami?
Gempa yang berpotensi tsuÂnami jika kekuatannya di atas 7 skala richter.
Sedangkan gempa susulan ini diperkirakan hanya di bawah 7 skala richter. Ini berarti kalaupun ada tsunami, itu kecil. [Harian Rakyat Merdeka]
Populer
Rabu, 24 Desember 2025 | 07:26
Kamis, 25 Desember 2025 | 15:01
Jumat, 26 Desember 2025 | 14:06
Kamis, 25 Desember 2025 | 21:48
Selasa, 23 Desember 2025 | 04:16
Rabu, 24 Desember 2025 | 21:17
Senin, 22 Desember 2025 | 17:57
UPDATE
Sabtu, 27 Desember 2025 | 17:52
Sabtu, 27 Desember 2025 | 17:43
Sabtu, 27 Desember 2025 | 16:32
Sabtu, 27 Desember 2025 | 16:13
Sabtu, 27 Desember 2025 | 15:26
Sabtu, 27 Desember 2025 | 15:07
Sabtu, 27 Desember 2025 | 14:52
Sabtu, 27 Desember 2025 | 14:24
Sabtu, 27 Desember 2025 | 14:07
Sabtu, 27 Desember 2025 | 13:41