Jenderal (Purn) Endriartono Sutarto
Jenderal (Purn) Endriartono Sutarto
RMOL. Ketua Tim Analisis dan Advokasi Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK), Jenderal (Purn) Endriartono Sutarto menilai, penetapan Angelina Sondakh dalam kasus Wisma Atlet dan Miranda Goeltom dalam kasus cek pelawat yang dilakukan KPK, aneh karena tidak melewati prosedur biasa.
“Kedua orang ini jadi terÂsangka tapi tidak ditahan. Yang saya dengar, jawaban pimpinan KPK saat rapat dengar pendapat dengan DPR, alasan tidak ditahan karena khawatir jika waktu yang diperlukan tidak mendapat bukti tambahan, maka kedua orang ini harus dilepas demi hukum,†kata bekas Panglima TNI ini kepada Rakyat Merdeka, di Jakarta, kemarin.
Artinya, lanjut dia, KPK belum mendapatkan dua bukti hukum yang cukup, tapi sudah menjadiÂkan Angelina Sondakh menjadi tesangka. Sehingga, hal tersebut bisa saja jadi pemicu penyidik meminta dibuat komite etik untuk memeriksa Ketua KPK Abraham Samad. “Kalau itu terjadi, analisa saya kira-kira begitu,†ujarnya.
Menurutnya, komite etik berÂhak memeriksa pimpinan KPK. Tetapi untuk masalah ini lebih baik komite etik itu dari orang-orang internal KPK. Karena masalah tersebt hanya internal KPK.
Berikut kutipan selengkapnya:
Anda setuju dibentuk komite etik untuk memeriksa Abraham Samad?
Bukan setuju atau tidak. TeÂtapi komite etik itu meÂmang boÂleh diÂbenÂtuk tetapi tiÂdak perlu orang-orang dari luar. Kalau memang betul-betul dilaporkan, tugas komite etik itu memeriksa.
KeÂnapa hanya dari daÂlam KPK?
Selesaikan dulu secara inÂÂÂternal demi kreÂdibilitas KPK. Itu hanya saran saya. KPK tidak perlu terÂgesa-gesa atau terlambat meÂmutuskan perkara. Sesuai atuÂran saja.
Maksud Anda?
Ya, kalau sudah ada bukti jaÂngan diÂtunda-tunda untuk meÂnetapkan seseorang jadi terÂsangka. Tapi kalau belum ada bukti, jaÂÂngan tergesa-geÂsa dan tetap kejar terus. Mungkin hal itulah yang menyeÂbabkan peÂnyiÂdik meÂminta dibentuk koÂmite etik.
Saya tidak tahu persis latar belakang penyidik KPK meminta dibentuk komite etik. Tetapi saya menilai ada keganjilan dalam kasus Angie dan Miranda, karena sudah jadi tersangka tetapi tidak segera ditahan hingga saat ini.
Bukankah harus ada bukti tambahan untuk menahan terÂsangka?
Kalau mereka tidak menahan Angie dan Miranda dengan alaÂsan masih mencari bukti lagi, maka seÂbenarnya KPK belum mempunyai kekuatan hukum pasti, kedua orang tersebut jadi tersangka.
Seharunya langsung ditahan ketika sudah jadi tersangka?
Setahu saya, untuk dijadikan terÂsangka, KPK harus mempuÂnyai dua bukti berkekuatan huÂkum. Kalau sudah ada dua bukti maka seharusnya bisa diÂtahan. Jadi ketika ditetapÂkan jadi terÂsangka bisa langÂsung ditaÂhan, kalau dua bukti itu sudah ada.
Kalau sudah diÂnyatakan terÂsangka dan sudah punya dua bukti cukup tapi tidak ditahan, keÂmungkinan peÂnyiÂdik ini meÂnilai keÂputusan KPK tiÂdak sesuai sebagaiÂmana seharusnya. MungÂkin saja begitu.
Memangnya selama ini jika KPK meneÂtapÂkan seseorang jadi tersangka, langsung diÂtahan?
Selama ini, jika KPK menetapÂkan seseorang jadi tersangka, pasti langsung ditahan agar tidak menghilangkan barang bukti dan melarikan diri. Angelina Sondakh dan Miranda kan sudah berbulan-bulan jadi tersangka, tapi tidak ditahan.
Bahkan, DPR pun menanyakan adanya diskriminasi. DPR memÂbandingkan dengan kasus-kasus lainnya, ketika jadi tersangaka langsung ditahan. Kok ini tidak.
Tidak pernah terjadi sebeÂlumÂnya ya?
Ini tidak pernah terjadi seÂbelum-sebelumnya.
Ada aturan yang dilanggar dong?
Hal ini kaitannya dengan UnÂdang-Undang, jadi bukan aturan internal KPK. Kalau tidak diÂtahan, bisa-bisa mereka berdua jadi tersangka seumur hidup. Kan susah kalau begitu. Bahkan kreÂdibilitas KPK pun bisa terganggu.
Kalau hanya untuk cari poÂpuÂlaritas, saya rasa KPK bukan temÂpat untuk manggung. Harus mampu melakukan pemberantaÂsan korupsi secara cepat dan beÂnar serta tidak tergesa-gesa. KPK tidak boleh ada tekanan dari mana pun. [Harian Rakyat Merdeka]
Populer
Rabu, 24 Desember 2025 | 07:26
Kamis, 25 Desember 2025 | 15:01
Jumat, 26 Desember 2025 | 14:06
Kamis, 25 Desember 2025 | 21:48
Selasa, 23 Desember 2025 | 04:16
Rabu, 24 Desember 2025 | 21:17
Senin, 22 Desember 2025 | 17:57
UPDATE
Minggu, 28 Desember 2025 | 03:57
Minggu, 28 Desember 2025 | 03:33
Minggu, 28 Desember 2025 | 03:13
Minggu, 28 Desember 2025 | 02:59
Minggu, 28 Desember 2025 | 02:36
Minggu, 28 Desember 2025 | 02:24
Minggu, 28 Desember 2025 | 01:58
Minggu, 28 Desember 2025 | 01:34
Minggu, 28 Desember 2025 | 01:19
Minggu, 28 Desember 2025 | 00:54