Haryono Umar
Haryono Umar
RMOL. Bekas Pimpinan Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) Haryono Umar menuturkan, Komite Etik KPK bisa memeriksa pimpinan KPK. Karena bidang pengawasan KPK hanya bisa mengawasi setingkat deputi, dirjen dan ke bawah.
“Komite etik ini terdiri dari unsur pimpinan,penasehat dan pihakdari luar KPK. Diharapkan pihak dari luar inilah lebih baÂnyak,†katanya kepada Rakyat Merdeka, di Jakarta, kemaAap pembeÂrantasan korupsi. Jika penyidik KPK meminta dibentuk komite etik untuk memeriksa ketua KPK Abraham Samad, harus dapat persetujuan dari pimpinan KPK.
Pembentukan komite etik menÂjadi kewenangan pimpinan. PimÂpinan akan menilai diperlukan atau tidak komite etik. Jika pimÂpinan menilai diperlukan, maka bisa saja dibentuk.
Berikut kutipan selengkapnya:
Jika pimpinan KPK merasa tidak perlu dibentuk, keinginan peÂnyidik bentuk komite etik gagal dong?
Kalau pimpinan merasa tidak perlu, ya tidak dibentuk. Karena hal tersebut menjadi kewenangan dan domainnya pimpinan termaÂsuk Abraham Samad dan pimÂpinan KPK lainnya.
Memang, di KPK semua orang berhak menyampaikan pendapat. Tetapi keputusannya ada di tangan pimpinan KPK, karena pegawai lainnya bekerja atas nama pimpinan.
Bagaimana jika sikap pimpiÂnan justru saling berseberaÂngan?
Semua hak dan kewajiban pimÂpinan itu sama. Kalau saling berÂseberangan, saya rasa pasti ada jalan keluarnya. Saya yakin pasti ada jalan keluarnya. Nggak ada yang tidak bisa diselesaikan.
Abraham menilai, keinginan terÂÂsebut karena ingin menyingÂkirÂkan dirinya. Komentar Anda?
Saya yakin pimpinan KPK cuÂkup arif dan luas pandangannya mengatasi segala persoalan-perÂsoalan yang sedang dihadapi. Memang harus diakui jika perÂsoalan di KPK tidak akan habis, akan terus ada.
Apakah kondisi tersebut memÂbuat isu perpecahan di KPK selama ini benar terjadi?
Nggaklah. Karena kami dulu juga sering berbeda pendapat dan pandangan. Kalau berbeda penÂdapat dan pandangan itu semua orang punya hak dan berhak meÂnyampaikan pendapatnya. InterÂvensilah yang tidak boleh. PimÂpinan pun tidak boleh mengÂinterÂvensi penyidik dan lainnya.
Anda tidak yakin kabar terÂjadi perpecahan di KPK?
Saya sendiri tidak mengetahui pasti perkembangan di dalam KPK seperti apa. Waktu periode saya, sebelum memutuskan, diÂgelar terlebih dahulu satu persatu pasalnya.
Semuanya dibahas, termasuk penyidik, penuntut dan pimpinan KPK. Kalau ada dua barang bukti kuat, silakan diumumkan jadi terÂsangka.
Saya menilai, kinerja KPK seÂÂkarang yang suÂdah berjaÂlan seÂÂkiÂtar tiga bulan, maÂsih on the track. ArtiÂnya, terus melakukan upaya-upaya peninÂdakan dan penceÂgaÂhan dan belum ada kaÂsus yang berÂhenti.
Penyidik meÂÂnilai AbraÂham meÂnyalahi proÂÂsedur saat peÂneÂtaÂpan AngeÂlina Sondakh jadi terÂsangÂka, sehingga meÂminta dibentuk komite etik. KoÂmentar Anda?
Jadi begini. Penyidik itu kan meÂnyampaikan tugas-tugasnya dan menunjukkan pasal-pasal. Tapi keputusannya ada di tangan pimpinan untuk segera menguÂmumÂkan. Kalau semuanya sudah berÂpendapat, baru diputuskan setelah melalui musyawarah.
Menangani kasus sangat berÂhati-hati. Perlu diingat, pandaÂngan penuntut sangat penting, karena dialah yang akan menunÂtut di persidangan. Penuntut meÂmahami aspek-aspek hukum yang kuat.
O ya. DPR berniat merevisi UU KPK. Anda mendukung niat DPR itu?
Itu isu lama, sejak zaman saya dulu. Katanya sudah masuk proÂlegnas. Sebetulnya kalau melihat dari sisi pencegahan, memang masih kurang. Misalnya mengeÂnai LHKPN (Laporan Harta KeÂkayaan Pejabat Negara), kaÂrena baru ada satu pasal.
Perlu direvisi dong?
Sejauh ini Undang-Undang KPK itu sudah cukup memadai untuk dijalankan. Jadi revisi itu tidak penting sekali untuk diÂlakukan. Yang perlu dilakukan hanya semacam Peraturan PemeÂrintah (PP) untuk memperkuat sisi pencegahan mengenai LHKPN dan gratifikasi.
Kenapa hanya PP?
Karena untuk memperkuat pasal. Gratifikasi itu masih belum begitu jelas, sehingga semua bisa dianggap gratifikasi. Jadi tidak perlu direvisi UU KPK, keluarÂkan PP saja untuk LHKPN.
Bagaimana dengan penindaÂkan?
Kalau penindakan saya rasa sudah jelas ada 36 pasal yang berÂkaitan dengan penindakan. TerÂmasuk berkaitan dengan penyaÂdapan dan penyelidikan. [Harian Rakyat Merdeka]
Populer
Rabu, 24 Desember 2025 | 07:26
Kamis, 25 Desember 2025 | 15:01
Jumat, 26 Desember 2025 | 14:06
Kamis, 25 Desember 2025 | 21:48
Selasa, 23 Desember 2025 | 04:16
Rabu, 24 Desember 2025 | 21:17
Senin, 22 Desember 2025 | 17:57
UPDATE
Sabtu, 27 Desember 2025 | 17:52
Sabtu, 27 Desember 2025 | 17:43
Sabtu, 27 Desember 2025 | 16:32
Sabtu, 27 Desember 2025 | 16:13
Sabtu, 27 Desember 2025 | 15:26
Sabtu, 27 Desember 2025 | 15:07
Sabtu, 27 Desember 2025 | 14:52
Sabtu, 27 Desember 2025 | 14:24
Sabtu, 27 Desember 2025 | 14:07
Sabtu, 27 Desember 2025 | 13:41