ilustrasi, Terigu
ilustrasi, Terigu
RMOL.Kalangan pengusaha terigu mulai mengatur strategi guna mengurangi dampak kenaikan harÂga bahan bakar minyak (BBM).
Direktur Eksekutif AsoÂsiasi Produsen Tepung Terigu IndoneÂsia (Aptindo) Ratna Sari Loppies menegaskan, harga BBM tidak terlalu berdampak pada kenaikan harga terigu naÂsional. Kalaupun ada kenaikan biaya transportasi itu sangat kecil pengaruhnya. SeÂbab, komponen industri tepung tiÂdak hanya bergantung pada baÂhan bakar, melainkan juga tenaga kerja.
“Harga terigu nasional diÂpeÂngaruhi oleh dua faktor. Pertama, harga gandum internasional. KeÂdua, nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS). Jadi kenaikan harga BBM tidak berÂdampak pada industri terigu,†ujar Ratna di Jakarta, kemarin.
Dikatakan, konsumsi terigu naÂsional saat ini mencapai 4,1 juta ton per tahun. Dari angka terseÂbut, 10-15 persen didatangkan meÂlalui impor. Karena itu, keÂnaikan harga BBM dinilai tidak terlalu mengkhawatirkan karena terigu masih menunjukkan tren perÂtumbuhan enam persen per tahun. Hal itu disebabkan karena terigu yang lebih murah dari beÂras, sehingga kecenderungan konsumsi terigu terus meningkat.
“Selain tren pertumbuhannya naik, impor terigu juga turun. TaÂhun lalu penurunan impor itu suÂdah terjadi. Turunnya impor karena ada 2-3 importir yang suÂdah jadi produsen. Mereka antara lain PT Agri First Indonesia dan PT Golden Grand Mills,†samÂbung Ratna.
Dia memperkirakan, penuruÂnan impor pada tahun ini menÂcapai enam persen. Adapun kaÂpasitas produksi terigu terpasang sudah di level 60 persen. Tahun ini, industri terigu berhasil menÂdatangkan investasi baru sejumÂlah 4 pemain. Salah satu investor tersebut berasal dari Turki.
LoÂkasi yang dibidik investor ini meliputi dua lokasi di Medan, Kalimantan (Banjarmasin) dan Jawa. Masuknya investor ini akan menambah kapasitas produksi sekitar 10 ribu ton per bulan.
“Ke depannya, kami akan meÂminta pemerintah menerapkan Standar Nasional Indonesia (SNI) wajib pada produk terigu impor untuk non food. Saat ini, SNI itu belum diwajibkan,†tandasnya.
Meskipun meyakini dampak kenaikan harga BBM tidak akan berpengaruh pada kenaikan harga bahan baku seperti terigu, namun kenyataan di lapangan berkata lain. Harga kebutuhan pokok naik bersamaan, tak terkecuali terigu.
Harga terigu di pasaran sudah mencapai Rp 7.500 per kilogram (kg) atau naik Rp 500 dari harga semula. Di sisi lain, produsen roti terkemuka PT Nippon Indosari Tbk yang memiliki merek daÂgang Sari Roti mengakui meÂnaikÂkan harga jualnya mengikuti naiknya harga bahan pokok.
“Guna mengantisipasi kenaiÂkan harga BBM dan mengatasi melonÂjaknya harga bahan baku indusÂtri,†tukas DirekÂtur OperaÂsional PT Nippon Indosari Tbk Yusuf Hady. [Harian Rakyat Merdeka]
Populer
Selasa, 23 Desember 2025 | 04:16
Senin, 22 Desember 2025 | 17:57
Sabtu, 20 Desember 2025 | 12:33
Sabtu, 20 Desember 2025 | 14:07
Jumat, 19 Desember 2025 | 03:10
Rabu, 17 Desember 2025 | 08:37
Rabu, 24 Desember 2025 | 14:13
UPDATE
Jumat, 26 Desember 2025 | 12:12
Jumat, 26 Desember 2025 | 12:05
Jumat, 26 Desember 2025 | 11:56
Jumat, 26 Desember 2025 | 11:54
Jumat, 26 Desember 2025 | 11:48
Jumat, 26 Desember 2025 | 11:15
Jumat, 26 Desember 2025 | 11:00
Jumat, 26 Desember 2025 | 10:49
Jumat, 26 Desember 2025 | 10:35
Jumat, 26 Desember 2025 | 10:30