ilustrasi, rakyat miskin
ilustrasi, rakyat miskin
RMOL.Kenaikan harga bahan bakar minyak (BBM) tidak dapat dilihat dari satu aspek, yang dikhaÂwaÂtirkan banyak pihak adalah harga-harga kebutuhan pokok masyaÂrakat melejit.
“APBN kita memang berat menanggung seluruh kebutuhan pemÂbangunan. Pemerintah meÂlihat salah satu opsi untuk menÂstaÂbilkan APBN dengan meÂngurangi subsidi BBM. Sebagai ganÂtinya, pemerintah berencana meÂngalihkan sebagian biaya subÂsidi BBM dalam bentuk Bantuan Langsung Sementara Masyarakat (BLSM) sebagai kompensasi kenaikan harga BBM,†ujar angÂgota Badan Anggaran (Banggar) DPR Jazuli Juwaini.
Dia memahami BLSM sebagai benÂtuk pengaman sosial untuk mengÂkompensasikan dampak keÂnaikan BBM. Di luar efektivitas dan ketepatan sasaran dalam peÂnyaÂlurannya, sejatinya BLSM haÂnya mengatasi persoalan dalam jangka pendek karena sifatnya yang sementara dan tunai.
Padahal, multiplier effect keÂnaiÂkan harga BBM dampaknya jangÂka panjang dalam menambah beÂban kehidupan masyarakat ekoÂÂnomi lemah. Dalam jangka panÂÂjang kehidupan rakyat miskin akan semakin sulit.
“Jika harga BBM naik, maka pemerintah tak boleh merasa cuÂkup dengan penyaluran BLSM. PeÂÂmerintah wajib meningÂkatkan dan menggalakkan program-proÂgram pemberdayaan fakir misÂkin deÂngan dukungan anggaran yang meÂÂmadai dan manajemen proÂÂgram yang lebih terintegrasi, transÂÂparan dan akuntabel, tepat saÂsaran, dan terukur (targetted),†jelasnya.
Anggaran kemiskinan dalam APBN, lanjut Jazuli, saat ini baru beÂrupa bantuan sosial sekitar Rp 60 triliun yang tersebar di sekitar 19 kementerian/lembaga. SaÂyangÂÂnya, anggaran sebesar itu tiÂdak terkoordinasi dengan baik, leÂmah dalam perencanaan dan impleÂmentasi yang dapat dilihat dari serapan anggaran, sehingga tidak berdampak signifikan pada penanggulangan kemiskinan.
Terkait usulan Banggar yang meminta pemangkasan anggaran BLSM, Menko Kesra Agung LakÂÂsono mengatakan, pemoÂtoÂngan itu menyebabkan kelebihan jangka waktu selama tiga bulan.
“Kelebihan dana itu harus diÂkembalikan lagi ke masyarakat yang berpenghasilan rendah dan juga untuk percepat proses inÂfrastuktur BBG (bahan bakar Gas),†ucapnya saat konferensi pers di kantornya.
Kemudian, lanjut Agung, sisa dana itu bisa digunakan untuk membangun infrastruktur desa seÂperti pembangunan jalan, saÂrana dan prasarana di setiap peÂdesaan serta memperkuat terÂwuÂjudnya pendidikan meÂnengah universal wajib 12 tahun. [Harian Rakyat Merdeka]
Populer
Senin, 22 Desember 2025 | 17:57
Sabtu, 20 Desember 2025 | 12:33
Jumat, 19 Desember 2025 | 03:10
Rabu, 17 Desember 2025 | 08:37
Sabtu, 20 Desember 2025 | 16:35
Sabtu, 20 Desember 2025 | 14:07
Kamis, 18 Desember 2025 | 20:29
UPDATE
Rabu, 24 Desember 2025 | 20:14
Rabu, 24 Desember 2025 | 20:05
Rabu, 24 Desember 2025 | 19:46
Rabu, 24 Desember 2025 | 19:41
Rabu, 24 Desember 2025 | 19:33
Rabu, 24 Desember 2025 | 19:11
Rabu, 24 Desember 2025 | 18:43
Rabu, 24 Desember 2025 | 18:36
Rabu, 24 Desember 2025 | 18:35
Rabu, 24 Desember 2025 | 18:34