BPH Migas
BPH Migas
RMOL. Badan Pengatur Hilir Minyak dan Gas (BPH Migas) mengaku kesulitan mengawasi kegiatan penyelundupan bahan bakar miÂnyak (BBM) subsidi jika harÂgaÂnya tidak dinaikkan.
“Jika harga BBM subsidi maÂsih Rp 4.500 kita sulit melakukan pengawasan penyelundupan,†ujar Kepala BPH Migas Andy NoorÂÂsaman Sommeng kepada RakÂyat Merdeka di DPR, kemarin.
Sommeng mengatakan, faktor penyebab terjadinya penyelunÂduÂpan adalah disparitas harga antara BBM subsidi dan non subsidi. MeÂÂnurut dia, disparitas harga juÂga menjadi faktor penyebab jeÂbolnya kuota BBM subsidi.
Ia memprediksi, jika tak diÂlaÂkuÂkan tindakan penyesuaian harÂga, maka kuota tahun ini akan terÂlewati lagi. Kegiatan pengatuÂran juÂga tiÂdak akan berpengaruh. “KuoÂta yang ideal untuk saat ini adalah 43-44 juta kiloliter,†kata Sommeng.
Kendati kuota dibatasi, BPH Migas tidak bisa melakukan pengÂhentian pasokan BBM karena akan berdampak kelangkaan.
Di tempat yang sama, Dirjen Migas Kementerian Energi SumÂber Daya Mineral (ESDM) Evita H Legowo mengatakan, jika peÂmerintah tidak segera melaÂkukan penyesuaian, maka kuota BBM tahun ini bisa tembus 47 juta kiÂloÂliter. “Untuk premium dan soÂlar, tiga bulan pertama ini sudah di atas asumsi,†ujar Evita.
Menurut dia, angka 47 juta kiloÂliter itu didominasi oleh konÂsumsi premium sebesar 29,4 juta kiloliter dan solar menjadi 16,6 juta kiloliter. Sedangkan kerosin angkanya tetap.
Evita menambahkan, jebolnya kuota BBM itu disebabkan tidak tepat penyaluran BBM subsidi. “Ini gara-gara harga BBM subÂsidinya murah,†cetusnya.
Ia menjelaskan, harga BBM subsidi Indonesia sebesar Rp 4.500 per liter merupakan yang terÂmurah. Evita menjelaskan, harga BBM di Malaysia sudah menÂcapai Rp 6.000 per liter, ChiÂna Rp 9.000 per liter seÂdangkan Vietnam Rp 10.000 per liter.
Menurut Evita, kondisi ini berdampak pada beralihnya pengÂguna BBM non subsidi ke BBM subÂsidi karena saat ini harÂga IndoÂnesia Crude Price (ICP) 128 dolar AS per barel. Namun, kata Evita, peluang unÂtuk menuÂrunkan harga kembali juga maÂsih terbuka jika ICP turun seperti yang terjadi pada 2008.
Kepala Badan Kebijakan Fiskal Kementerian Keuangan (KemenÂkeu) Bambang Brojonegoro meÂngatakan, alasan pemerintah mengusulkan kenaikan harga BBM karena program pembaÂtasan sulit dilakukan.
Bambang mengatakan, pilot project pembatasan BBM subÂsidi tidak berjalan mulus. BahÂkan, Iran sudah mencoba cara ini tapi tidak berjalan. “Saat ini baÂnyak neÂgara yang sudah melepas harga BBM sesuai harga pasar,†ujar Bambang.
Menurutnya, jika peÂmerintah diam saja tidak melaÂkukan revisi harga, jumlah subÂsidi BBM bisa tembus Rp 300 triliun. Padahal, subsidi dalam APBN tidak hanya subsidi BBM saja, namun juga ada subsidi listrik. [Harian Rakyat Merdeka]
Populer
Selasa, 23 Desember 2025 | 04:16
Senin, 22 Desember 2025 | 17:57
Sabtu, 20 Desember 2025 | 12:33
Sabtu, 20 Desember 2025 | 14:07
Jumat, 19 Desember 2025 | 03:10
Rabu, 17 Desember 2025 | 08:37
Rabu, 24 Desember 2025 | 14:13
UPDATE
Jumat, 26 Desember 2025 | 12:12
Jumat, 26 Desember 2025 | 12:05
Jumat, 26 Desember 2025 | 11:56
Jumat, 26 Desember 2025 | 11:54
Jumat, 26 Desember 2025 | 11:48
Jumat, 26 Desember 2025 | 11:15
Jumat, 26 Desember 2025 | 11:00
Jumat, 26 Desember 2025 | 10:49
Jumat, 26 Desember 2025 | 10:35
Jumat, 26 Desember 2025 | 10:30