ilustrasi/ist
ilustrasi/ist
RMOL.Kalangan DPR dan pemeÂrintah diminta mewaspadai tekaÂnan anggaran bila harga minyak dunia makin melambung. EkoÂnom Indef Ikhsan Modjo mengaÂtakan, postur APBN 2012 akan makin tertekan akibat beban subÂsidi BBM yang makin melonjak menyusul kenaikan harga minyak dunia. “Hitungan kami, dengan harga minyak 126 dolar AS per baÂrel sekarang ini, subsidi BBM akan melesat ke angka Rp 238 triÂliun,†katanya di Jakarta, kemarin.
Ia berharap, Badan Anggaran DPR yang kini membahas kebiÂjaÂkan BBM bersama pemerintah mencari jalan terbaik mengatasi pembengkakan subsidi tersebut. “DPR mesti tanggung renteng kenaikan harga BBM,†ujarnya.
Dalam rapat dengan Badan Anggaran DPR dua hari terakhir, Menteri Keuangan Agus MartoÂwardoyo mengajukan alokasi subsidi BBM Rp 138 triliun deÂngan skenario kenaikan harga BBM bersubsidi Rp 1.500 per liÂter mulai 1 April 2012.
Sebagian Anggota Banggar DPR sudah setuju, namun sebaÂgian lainnya belum setuju atas usuÂlan pemerintah tersebut. RaÂpat pembahasan subsidi akan berÂlanjut pada Minggu sore ini. Kalau tidak tercapai kesepakatan di Banggar DPR, opsi kenaikan harga BBM, maka akan diputusÂkan dalam rapat paripurna DPR yang dijadwalkan Kamis (29/3).
Ikhsan mengatakan, dengan asumsi harga minyak 126 dolar AS per barel, maka subsidi BBM bakal melonjak hingga Rp 100 triÂliun dari asumsi pemerintah dengan skenario kenaikan yakni Rp 138 triliun. Menurut dia, kini, harga keekonomian BBM sudah menembus Rp 9.000 per liter atau beban subsidi BBM sudah menÂcapai Rp 4.500 per liter. “SemenÂtara, ke depan harga minyak diÂprediksikan akan terus bergerak naik dan bahkan diperkirakan menÂcapai 160 dolar AS per baÂrel,†ujarnya.
Menurut dia, kenaikan subsidi BBM akan menyebabkan peningÂkaÂtan defisit dan utang luar neÂgeri. “Subsidi sudah menggeÂroÂgoti APBN dan tidak lagi tepat sasaÂran,†timpal dia. Ia memperÂkiÂraÂkan, dengan subsidi BBM Rp 238 trilÂiun, maka defisit akan menÂcaÂpai 4,6 persen. “Angka defiÂsit ini meÂlanggar UU yang mengamaÂnatÂkan maksimal tiga persen,†ujarnya.
Pengamat energi, Pri Agung Rakhmanto mengingatkan, peÂmeÂÂrinÂtah mesti meminimalkan dampak negatif kenaikan harga BBM baik secara sosial, ekoÂnoÂmi, maupun politik. “Pemerintah juga perlu mengalokasikan dana penghematan dari kenaikan harga BBM untuk rakyat,†ujarnya.
Ia mengatakan, pemerintah mau tidak mau harus menaikkan harga BBM dengan sejumlah alaÂsan. Pertama, dana subsidi dialoÂkasikan untuk program lebih berÂmanfaat seperti pembangunan infrastruktur termasuk gas, transÂportasi publik, pendidikan, dan kesehatan bagi masyarakat tidak mampu. “Artinya, kenaikan harÂga BBM tidak semata menguraÂngi beban APBN, tetapi juga leÂbih berfungsi sebagai stimulus perekonomian nasional dan insÂtruÂmen penyejahteraan,†ujarnya.
Argumen kedua perlunya keÂnaikan harga BBM, lanjutnya, adalah harga BBM belum menÂcapai keekonomiannya. Menurut dia, subsidi yang tepat bukanlah subsidi harga, tapi langsung keÂpada masyarakat berhak. Ketiga, memperkecil disparitas harga dengan BBM nonsubsidi, seÂhingga menekan penyalahgunaan dan pasar gelap BBM. Keempat, menÂdorong pengembangan baÂhan bakar gas (BBG) dan bahan bakar nabati (BBN). [Harian Rakyat Merdeka]
Populer
Selasa, 23 Desember 2025 | 04:16
Senin, 22 Desember 2025 | 17:57
Sabtu, 20 Desember 2025 | 12:33
Jumat, 19 Desember 2025 | 03:10
Rabu, 17 Desember 2025 | 08:37
Sabtu, 20 Desember 2025 | 14:07
Sabtu, 20 Desember 2025 | 16:35
UPDATE
Kamis, 25 Desember 2025 | 16:04
Kamis, 25 Desember 2025 | 15:20
Kamis, 25 Desember 2025 | 15:01
Kamis, 25 Desember 2025 | 14:40
Kamis, 25 Desember 2025 | 14:39
Kamis, 25 Desember 2025 | 14:20
Kamis, 25 Desember 2025 | 14:15
Kamis, 25 Desember 2025 | 14:13
Kamis, 25 Desember 2025 | 14:03
Kamis, 25 Desember 2025 | 13:58