Berita

ilustrasi

Pilkada DKI Watch: Calon Independen Telah Dizalimi!

SENIN, 27 FEBRUARI 2012 | 19:28 WIB | LAPORAN: ALDI GULTOM

RMOL. Kehadiran calon perseorangan (independen) dalam Pilkada sesungguhnya amanat UU 12/2008 Pasal 59 ayat 1. Jalur perseorangan muncul dari  perdebatan panjang dan melelahkan atas perubahan sistem politik Indonesia dan muncul sebagai kritik atas oligarki parpol sebagai satu-satunya pintu pencalonan kepala daerah.

Tapi dalam prakteknya, calon perseorangan menemui banyak hambatan. Tidak hanya dibebani persyaratan dukungan awal yang memberatkan oleh KPU, tetapi juga keihlasan kalangan parpol yang masih setengah hati terhadap munculnya calon independen.

"Dari hasil investigasi Pilkada DKI Watch di lapangan terhadap proses verifikasi faktual calon independen, ditemukan berbagai masalah yang muncul," kata Koordinator Pilkada DKI Watch, Yusak Farhan, dalam siaran pers yang diterima Rakyat Merdeka Online, Senin (27/2).


Masalah itu antara lain, pertama, metode verifikasi faktual mengharuskan adanya verifikasi dukungan 100 persen sebagaimana diatur dalam peraturan KPU Nomor 13/2010 dan peraturan KPU DKI Jakarta nomor 06/Kpts/Kpu-Prov-010/2011. Padahal, UU 12/2008, tidak mengatur secara detail mekanisme verifikasi, apakah dengan sistem sampling atau semua dukungan. Dalam membuat peraturan verifikasi, harusnya KPU mempertimbangkan aspek teknis lapangan terkait dampak verifikasi 100 persen dukungan apalagi masa waktu verifikasi di PPS hanya 14 hari sesuai ketentuan UU 12/2008. Bahkan, praktik di lapangan, efektifnya tidak lebih dari enam hari.

"Dalam kasus Pilkada DKI, bagaimana mungkin menghadirkan atau mendatangi kurang lebih 1 juta pendukung dari dua calon independen untuk diverifikasi dalam tempo dua minggu? Bagaimana jika ada 3, 4, atau 5 pasangan calon independen yang mendaftarkan diri? Tentu saja ini sangat merepotkan PPS dalam melakukan verifikasi," lanjutnya.

Apalagi, metode yang digunakan di lapangan dalam prakteknya lebih dibebankan kepada pasangan calon, di mana tim sukses yang harus menggiring pendukung untuk dihadirkan dan diverifikasi PPS. Implikasinya, biaya politik pasangan calon independen semakin membengkak karena harus menyebar undangan, menghadirkan pendukung dan mengawal proses verifikasi langsung di lapangan.

Kedua, KPUD DKI Jakarta beserta perangkatnya (PPK, PPS) tampak tidak siap dengan implikasi metode verifikasi 100 persen atau seluruh pendukung pasangan calon independen. Selain minimnya anggaran verifikasi, KPU juga memiliki keterbatasan jumlah perangkat penyelenggara pemilu dibanding dengan jumlah dukungan yang harus diverifikasi.

Ketiga, telah ada penggiringan opini bahwa seolah-olah semua calon independen gagal karena melakukan manipulasi dukungan berupa KTP ganda, KTP kadaluwarsa dan lainnya. Padahal, mereka telah bekerja keras selama hampir satu tahun untuk mengumpulkan dukungan. Proses ini harus dihargai, apalagi pelaksanaan verifikasi masih berlangsung, dan belum ada keputusan fiinal dari KPU DKI Jakarta mengenai lolos tidaknya calon independen. Penggiringan opini tersebut adalah bentuk pendzaliman terhadap calon independen.

"Calon independen telah dizalimi keberadaannya oleh pihak-pihak yang tidak menginginkan calon independen lolos verifikasi. Saya mendesak kepada semua kalangan untuk menghormati proses verifikasi faktual calon independen yang sedang dilaksanakan," ujarnya.

Dia ingatkan kembali kepada semua kalangan bahwa kehadiran calon independen adalah amanat UU, lahir dari perdebatan panjang dan melelahkan untuk memperkuat sistem politik Indonesia yang demokratis dan berkeadilan.

"KPU DKI Jakarta beserta perangkatnya harus melaksanakan verifikasi faktual dukungan calon perseorangan dengan memberikan waktu yang cukup agar dapat dibuktikan benar tidaknya dukungan warga," tandasnya.[ald]

Populer

Masih Sibuk di Jogja, Pimpinan KPK Belum Tahu OTT di Lampung Tengah

Selasa, 09 Desember 2025 | 14:21

Pura Jadi Latar Film Porno, Hey Bali: Respons Aparat Dingin

Selasa, 09 Desember 2025 | 21:58

Mahfud MD soal Bencana Sumatera: Menyuruh Pejabat Mundur Tidak Relevan

Rabu, 10 Desember 2025 | 05:53

Uang yang Diamankan dari Rumah Pribadi SF Hariyanto Diduga Hasil Pemerasan

Rabu, 17 Desember 2025 | 08:37

OTT KPK juga Tangkap Haji Kunang Ayah Bupati Bekasi

Jumat, 19 Desember 2025 | 03:10

OTT Beruntun! Giliran Jaksa di Bekasi Ditangkap KPK

Kamis, 18 Desember 2025 | 20:29

Ini Susunan Lengkap Direksi dan Komisaris bank bjb

Selasa, 09 Desember 2025 | 17:12

UPDATE

Tiga Jaksa di Banten Diberhentikan Usai jadi Tersangka Dugaan Pemerasan

Sabtu, 20 Desember 2025 | 05:59

Bakamla Kukuhkan Pengawak HSC 32-05 Tingkatkan Keamanan Maritim

Sabtu, 20 Desember 2025 | 05:45

Ketum HAPPI: Tata Kelola Sempadan Harus Pantai Kuat dan Berkeadilan

Sabtu, 20 Desember 2025 | 05:05

11 Pejabat Baru Pemprov DKI Dituntut Bekerja Cepat

Sabtu, 20 Desember 2025 | 04:51

Koperasi dan Sistem Ekonomi Alternatif

Sabtu, 20 Desember 2025 | 04:24

KN Pulau Dana-323 Bawa 92,2 Ton Bantuan ke Sumatera

Sabtu, 20 Desember 2025 | 03:50

Mutu Pangan SPPG Wongkaditi Barat Jawab Keraguan Publik

Sabtu, 20 Desember 2025 | 03:25

Korban Bencana yang Ogah Tinggal di Huntara Bakal Dikasih Duit Segini

Sabtu, 20 Desember 2025 | 02:59

Relawan Pertamina Jemput Bola

Sabtu, 20 Desember 2025 | 02:42

Pramono dan Bang Doel Doakan Persija Kembali Juara

Sabtu, 20 Desember 2025 | 02:25

Selengkapnya