Berita

ilustrasi

Jujur Saja, Adakah Skenario Menyuburkan SPBU Asing?

SENIN, 27 FEBRUARI 2012 | 13:53 WIB | LAPORAN: ALDI GULTOM

RMOL. Selain kebocoran anggaran besar-besaran di Pertamina dan BPH Migas seperti temuan Badan Pemeriksa Keuangan (BPK), beban pemerintah saat ini adalah desakan dari negara-negara asing agar harga BBM dinaikkan. Hal itu yang membuat Presiden, setelah sekian lama menimbang-nimbang, akhirnya meneken keputusan menaikkan BBM.

"Agar perusahaan-perusahaan yang bergerak di bidang SPBU milik asing dapat bersaing di Indonesia, seperti SPBU Shell dan Petronas," kata Direktur Eksekutif Komite Pemantau dan Pemberdayaan Parlemen Indonesia (KP3I), Tom Pasaribu, kepada Rakyat Merdeka Online, sesaat lalu (Senin, 27/2).

Tom menduga, kedua perusahaan asing itu mampu mempengaruhi kebijakan pemerintah untuk membatasi maupun menaikkan BBM bersubsidi dan bila dianggap perlu, harus menghilangkan BBM jenis Premium dari pasaran, supaya masyarakat dengan terpaksa menggunakan jenis Pertamax sehingga Shell dan Petronas dapat hidup di Indonesia.


"Harusnya pemerintah jujur dan berterus terang pada rakyat, namun pemerintah selalu berlindung dengan kalimat subsidi sebagai senjata ampuh untuk meluluhkan hati rakyat," lanjut Tom.

Kenyataan di sisi lain, istilah subsidi adalah senjata pemerintah untuk menggerogoti APBN. Hal tersebut dapat dilihat dari seluruh temuan BPK tentang subsidi yang dilakukan pemerintah sejak 31 Desember 2008. Subsidi Benih Ikan sebesar Rp 19,270,251,000; subsidi BBM sebesar Rp 866,542,591,000; subsidi LPG sebesar Rp 57,024,692,990; subsidi listrik sebesar Rp 4,705,443,232,936 dan subsidi Pupuk sebesar Rp 2,844,357,844,858. Subsidi benih sebesar Rp 508,321,232,420; subsidi pangan sebesar Rp 913,470,485,100; subsidi perawatan beras sebesar Rp 39,115,727,252; subsidi minyak goreng sebesar Rp 1,245,992,000; subsidi PT. Pelni sebesar Rp 268,842,667,873; subsidi PT KAI sebesar Rp 136,166,250,000; subsidi PT Pos sebesar Rp 29,687,500,000.

"Kami mendesak pemerintah berlaku jujur kepada rakyat apakah beban APBN diakibatkan subsidi BBM atau disebabkan kebocoran dengan pola-pola korupsi yang dilakukan para pejabat di negeri ini," tandas Tom.[ald]

Populer

Masih Sibuk di Jogja, Pimpinan KPK Belum Tahu OTT di Lampung Tengah

Selasa, 09 Desember 2025 | 14:21

Pura Jadi Latar Film Porno, Hey Bali: Respons Aparat Dingin

Selasa, 09 Desember 2025 | 21:58

Mahfud MD soal Bencana Sumatera: Menyuruh Pejabat Mundur Tidak Relevan

Rabu, 10 Desember 2025 | 05:53

Uang yang Diamankan dari Rumah Pribadi SF Hariyanto Diduga Hasil Pemerasan

Rabu, 17 Desember 2025 | 08:37

OTT KPK juga Tangkap Haji Kunang Ayah Bupati Bekasi

Jumat, 19 Desember 2025 | 03:10

OTT Beruntun! Giliran Jaksa di Bekasi Ditangkap KPK

Kamis, 18 Desember 2025 | 20:29

Ini Susunan Lengkap Direksi dan Komisaris bank bjb

Selasa, 09 Desember 2025 | 17:12

UPDATE

Tiga Jaksa di Banten Diberhentikan Usai jadi Tersangka Dugaan Pemerasan

Sabtu, 20 Desember 2025 | 05:59

Bakamla Kukuhkan Pengawak HSC 32-05 Tingkatkan Keamanan Maritim

Sabtu, 20 Desember 2025 | 05:45

Ketum HAPPI: Tata Kelola Sempadan Harus Pantai Kuat dan Berkeadilan

Sabtu, 20 Desember 2025 | 05:05

11 Pejabat Baru Pemprov DKI Dituntut Bekerja Cepat

Sabtu, 20 Desember 2025 | 04:51

Koperasi dan Sistem Ekonomi Alternatif

Sabtu, 20 Desember 2025 | 04:24

KN Pulau Dana-323 Bawa 92,2 Ton Bantuan ke Sumatera

Sabtu, 20 Desember 2025 | 03:50

Mutu Pangan SPPG Wongkaditi Barat Jawab Keraguan Publik

Sabtu, 20 Desember 2025 | 03:25

Korban Bencana yang Ogah Tinggal di Huntara Bakal Dikasih Duit Segini

Sabtu, 20 Desember 2025 | 02:59

Relawan Pertamina Jemput Bola

Sabtu, 20 Desember 2025 | 02:42

Pramono dan Bang Doel Doakan Persija Kembali Juara

Sabtu, 20 Desember 2025 | 02:25

Selengkapnya