Berita

ilustrasi

Kalau Polisi Takut Preman, Biarkan Rakyat Pegang Senjata

Ada Bau Pengalihan Isu
SABTU, 25 FEBRUARI 2012 | 13:49 WIB | LAPORAN: ALDI GULTOM

RMOL. Tidak sepenuhnya benar jika persoalan akut premanisme di Indonesia berhubungan langsung dengan "urusan perut" atau kebutuhan ekonomi.

"Beberapa kali Kadiv Humas Polri selalu bilang ini persoalan ekonomi. Saya bantah, dari sekian banyak pengangguran di negara ini, preman-preman itu cuma sekian persennya. Dan dibutuhkan nyali sangat besar untuk seperti mereka, selain itu mereka selalu bergerombol dan faktanya, maaf ya, selalu berasal dari suku tertentu," kata Koordinator Indonesian Crime Analyst Forum (ICAF) Mustofa B. Nahrawardaya kepada Rakyat Merdeka Online, Sabtu (25/2).

Dia meminta, sebaiknya Polri berhenti mencari segala pembenaran atas banyaknya gangguan keamanan dan meningkatnya keresahan masyarakat akibat aksi premanisme. Kalaupun benar Polri sudah melakukan pemetaan dan analisis, tapi tidak ada peningkatan kinerja karena ada kesalahan fatal di dunia kepolisian yang cuma mengukur pretasi dalam membongkar kasus tapi bukan mematikan kasus.


"Penyerangan di RSPAD itu karena mereka tidak takut lagi pada polisi. Selama ini terjadi pembiaran dan pemanfaatan premanisme. Masa intelijen polisi tidak tahu ada pergerakan sekian puluh orang dengan mobil bawa senjata tajam menyerang rumah sakit?" katanya.

Akibat kesan pembiaran itu, muncullah banyak spekulasi. Salah satunya analisa bahwa kepolisian kini dimanfaatkan kekuasaan agar rakyat melupakan kasus-kasus penting yang membuat citra pemerintah terpuruk. Isu premanisme sengaja diletupkan karena punya efek langsung pada kegelisahan publik dan mumpuni jadi magnet atensi warga yang terancam.
 
"Kalau sama preman saja takut apalagi sama politisi besar yang bisa menggusur jabatan. Sekarang kan faktanya kasus wisma atlet dan korupsi besar lain perlahan dilupakan masyarakat," lontarnya.

Lebih jauh, Mustofa menyarankan, kalau pemerintah atau negara gagal menjamin keamanan rakyat dari kelompok preman saja, maka rakyat berhak melindungi dirinya dengan caranya sendiri.

"Misalnya dari kasus toko emas yang dirampok. Mestinya pemilik toko emas berhak punya senjata api dengan syarat karena polisi tidak bisa jamin keamanan. Penjahat-penjahat itu saja bisa merampok dimana-mana pakai senjata api dan rakyat tidak dilindungi maksimal," tandasnya.[ald]

Populer

Masih Sibuk di Jogja, Pimpinan KPK Belum Tahu OTT di Lampung Tengah

Selasa, 09 Desember 2025 | 14:21

Pura Jadi Latar Film Porno, Hey Bali: Respons Aparat Dingin

Selasa, 09 Desember 2025 | 21:58

Mahfud MD soal Bencana Sumatera: Menyuruh Pejabat Mundur Tidak Relevan

Rabu, 10 Desember 2025 | 05:53

Uang yang Diamankan dari Rumah Pribadi SF Hariyanto Diduga Hasil Pemerasan

Rabu, 17 Desember 2025 | 08:37

OTT KPK juga Tangkap Haji Kunang Ayah Bupati Bekasi

Jumat, 19 Desember 2025 | 03:10

OTT Beruntun! Giliran Jaksa di Bekasi Ditangkap KPK

Kamis, 18 Desember 2025 | 20:29

Ini Susunan Lengkap Direksi dan Komisaris bank bjb

Selasa, 09 Desember 2025 | 17:12

UPDATE

Tiga Jaksa di Banten Diberhentikan Usai jadi Tersangka Dugaan Pemerasan

Sabtu, 20 Desember 2025 | 05:59

Bakamla Kukuhkan Pengawak HSC 32-05 Tingkatkan Keamanan Maritim

Sabtu, 20 Desember 2025 | 05:45

Ketum HAPPI: Tata Kelola Sempadan Harus Pantai Kuat dan Berkeadilan

Sabtu, 20 Desember 2025 | 05:05

11 Pejabat Baru Pemprov DKI Dituntut Bekerja Cepat

Sabtu, 20 Desember 2025 | 04:51

Koperasi dan Sistem Ekonomi Alternatif

Sabtu, 20 Desember 2025 | 04:24

KN Pulau Dana-323 Bawa 92,2 Ton Bantuan ke Sumatera

Sabtu, 20 Desember 2025 | 03:50

Mutu Pangan SPPG Wongkaditi Barat Jawab Keraguan Publik

Sabtu, 20 Desember 2025 | 03:25

Korban Bencana yang Ogah Tinggal di Huntara Bakal Dikasih Duit Segini

Sabtu, 20 Desember 2025 | 02:59

Relawan Pertamina Jemput Bola

Sabtu, 20 Desember 2025 | 02:42

Pramono dan Bang Doel Doakan Persija Kembali Juara

Sabtu, 20 Desember 2025 | 02:25

Selengkapnya