RMOL. Dalam beberapa waktu terakhir, ketenaran Anas Urbaningrum bisa disejajarkan dengan para tokoh politik terkemuka di muka negeri ini. Anas mungkin sudah dikenal oleh masyarakat warung kopi yang kini ajang gosipnya sudah masuk arena politik. Sayang, bukan karena prestasi tapi akibat namanya selalu melekat dengan banyak skandal politik.
Dari kasus wisma atlet SEA Games di Palembang, skandal Anas melebar ke dugaan praktik politik uang dalam Kongres Partai di Bandung pada 2010 yang sudah diakui beberapa kader di daerah. Anas juga terbelit kasus proyek pusat olahraga senilai lebih dari Rp 1 triliun di Hambalang, Jawa Barat, yang statusnya masih di penyelidikan. Tak bisa dipungkiri, justru tertangkap kesan mantan Ketum HMI periode 97-99 itu kurang lihai "bermain" jika dibanding para seniornya yang bebas melenggang di arena politik.
Spekulasi yang melingkari Ketua Umum Partai Demokrat kian menjadi-jadi setelah Ketua Dewan Pembina Partai Demokrat, Susilo Bambang Yudhoyono, dengan tegas tapi pasrah berserah pada Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) dalam proses hukum kader-kadernya yang terseret kasus wisma atlet, tentu saja termasuk Anas.
Sementara, Bekas Bendahara Umum Demokrat, Muhammad Nazaruddin, yakin sekali jalan KPK mulus untuk menjebloskan mantan bosnya ke tahanan koruptor. Sayang, Nazar dikecewakan eks Wasekjen Partai Demokrat Angelina Sondakh.
Menurut Nazaruddin, andai saja Angie tidak memberikan kesaksian palsu di persidangan Rabu pekan lalu (15/2), bisa dipastikan Anas sudah jadi tersangka hari itu juga. Nyatanya, Angie yang ditetapkan KPK sebagai tersangka dalam kasus sama, membantah semua percakapan antara dirinya lewat Blackberry Messenger dengan Direktur Maketing PT Anak Negeri, Minda Rosa Manulang. Perempuan yang dipecat dari keanggotaaan Badan Anggaran itu mengaku tidak tahu soal dugaan aliran dana dari Grup Permai ke Partai Demokrat saat Kongres di Bandung.
Pakar hukum Margarito Kamis meminta KPK tak pedulikan semua opini yang berkembang di seputar penyelidikan kasus yang membawa nama Anas Urbaningrum. Patut diapresiasi memang keberanian Abraham Samad memvonis Angie sebagai tersangka dalam proyek senilai Rp 191 miliar itu. Tapi, pemberantasan korupsi tidak pantas dikotak-kotakan untuk partai politik penguasa, atau bukan penguasa. KPK tidak pantas bicara politik! Dia malah memprotes Presiden SBY yang mencampur persoalan etika di internal partai mereka dengan penanganan hukum di Komisi Pemberantasan Korupsi.
"Soal nasib Anas itu kan persoalan di dalam mereka (Demokrat), tapi jangan bilang tunggu KPK. Tetapkan Anas tersangka atau tidak, dengan berhentikan Anas dari Demokrat, itu dua hal beda," ujarnya.
Sedangkan politisi senior Zaenal Maarif, masih pesimis akan peluang Anas Urbaningrum menjadi tersangka. Jangankan jadi tersangka, untuk bersaksi di pengadilan pun sampai kini Anas belum dipanggil majelis hakim. Dihitungannya, peluang Anas jadi tersangka akan besar kalau didahului penetapan yang sama pada Wakil Direktur Keuangan PT Permai Grup, Yulianis.
Meski kecil peluang Anas jadi tersangka, justru ruang perpecahan internal Demokrat-lah yang kian terbuka. Hal itu diakui sendiri oleh orang dekat Anas, Saan Mustopa. Ya, memang ada perpecahan di internal partainya menyikapi isu pelengseran Anas Urbaningrum dari kursi Ketua Umum Demokrat. Tapi, banyak kalangan masih percaya power Anas masih kuat dari aspek legalitas maupun politik untuk melawan kekuatan yang ingin melengserkannya.
Dalam beberapa kesempatan, Anas malah menantang penegak hukum mengusut kasus wisma atlet ataupun Hambalang dengan pandangan objektif, transparan, dan anti-intervensi politik. Tantangan dari Anas itu sekaligus membuktikan bahwa bapak beranak empat itu mencium skenario penjungkalan.
Terlepas dari itu, isi kepala publik terus dijejali dengan kisah Demokrat dalam prahara korupsi. Mau tak mau, publik mengawal ketat penegakan hukum di lingkaran Presiden. Rakyat pastinya berkepentingan dalam tiap kasus penegakan hukum, apalagi jika menyangkut nama besar di jantung kekuasaan.
Begitu sering nama Anas disebut dalam persidangan kasus wisma atlet, semakin besar keyakinan masyarakat bahwa politisi muda itu bakal terjerembab mengikuti jejak dua koleganya. Setidaknya hal itu tercermin dari hasil poling yang digelar Rakyat Merdeka Online sejak sepekan lalu. Ya, 77 persen pembaca yakin Anas Urbanigrum bakal menjadi tersangka selanjutnya dalam pengusutan kasus korupsi proyek wisma atlet Palembang. Sisanya, 23 persen, tidak yakin.
Ada dua hal yang bisa disimpulkan baik itu negatif maupun positif. Kabar baiknya, publik punya harapan besar pada supremasi hukum, menepis fakta bahwa Anas memegang jabatan strategis di puncak partai penguasa. Kinerja KPK di bawah Abraham Samad Cs berarti diapresiasi rakyat hingga sebagian besar dari mereka yakin tak ada hambatan KPK untuk menjadikan Anas tersangka baru.
Sementara di sisi kelamnya, optimisme Anas menjadi tersangka bisa berarti pesimisme masyarakat pada kiprah politisi muda di dunia politik nasional. Politisi muda dianggap tak jauh beda, bahkan jauh lebih busuk, daripada para tetuanya dalam kerakusan jabatan dan materi. Kalau sudah begitu, apa kata dunia?
[ald]